Ibu, Sosok Pertama dan Utama bagi Si Pemimpin Kecil

Oleh uswah 13 Oct 2013

Memiliki anak merupakan kebahagian yang sangat besar terkhusus bagi seorang wanita, karena dengan hadirnya anak yang keluar dari rahimnya, wanita akan merasa menjadi sosok wanita yang sebenarnya Sang Pencetak Generasi. Akantetapi pada kenyataannya, lahirnya bayi-bayi di dunia yang nanti akan menjadi generasi penerus sebuah bangsa, jika tidak disiapkan sejak awal kelahirannya atau bahkan ketika masih dalam kandungan ibu, maka yang lahir hanyalah generasi yang akan menjadi sampah dunia, generasi yang malnutrisi atau obesitas tinggi, atau generasi yang badannya sehat akan tetapi berperilaku jahat, rendah wawasan dan budi pekertinya. Bunda, perjuangan kita belum berakhir ketika sang bayi lahir, perjuangan kita masih panjang….

Anak Sebagai Aset Masa Depan

Anak merupakan aset masa depan, mereka adalah generasi pelanjut kelangsungan sebuah bangsa. Bagaimana kondisi mereka saat ini akan sangat menentukan kondisi sebuah bangsa di masa mendatang. Hal senada diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal,

“Anak merupakan awal mata rantai manusia yang menentukan kondisi bangsa di masa depan,” (Republika, 17 Juli 2013)

 Selain itu, Beliau juga mengungkapkan bahwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah anak usia dibawah lima tahun mencapai 22.678.702 jiwa. Ini merupakan jumlah yang cukup besar, jika kita tidak memperhatikan kondisi dan kebutuhan mereka, maka jumlah anak yang cukup besar ini tidak akan  menjadi aset berharga, justru sebaliknya  menjadi bumerang dan problem di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perhatian dari seluruh sektor dan lapisan masyarakat terhadap kebutuhan anak mulai dari gizi, kesehatan, pelatihan, perlindungan, dan pendidikan harus dioptimalkan, sehingga mereka tumbuh menjadi  generasi seperti yang kita harapkan yaitu generasi yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia yang akan meneruskan perjuangan bangsa. 

Pentingnya Perhatian Terhadap Anak Sejak Usia Dini


Gambar ilustrasi : Sahl sedang asyik bermain sendiri

 Seperti yang disampaikan para ahli, bahwa, saat lahir otak bayi sudah memiliki sekitar 100 miliar sel otak (neuron). Jumlah ini mencapai 75 persen dari jumlah sel-sel otak manusia dewasa. Perkembangan otak menjadi sempurna melalui pengalaman dari hari ke hari yang dialami oleh anak. Artinya, seorang anak ketika dilahirkan telah dibekali berbagai potensi genetis. Potensi itu akan berkembang oleh lingkungan yang baik. Dengan demikian, lingkunganlah yang berperan besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak.

Berbagai penelitian membuktikan, usia dini (0-6 tahun) merupakan periode atau masa keemasan (the golden age) yang sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Kecerdasan anak mencapai 50 persen pada usia 0 – 4 tahun, sebanyak 80 persen pada usia delapan tahun, dan mencapai 100 persen pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukan masa emas seorang anak berada pada usia dini, sebelum berusia 7 tahun. Pada masa emas, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi, mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Di masa ini pula seorang anak mampu menyerap ide dan pengetahuan jauh lebih kuat daripada orang dewasa.

Pentingnya Kyoiku Mama atau Ummu Madrosatun 


Gambar ilustrasi : sosok ibu

Perhatian terhadap anak sejak usia dini penting dilakukan, masa keemasan (the golden age) yang sangat menentukan pada perkembangan anak tidak boleh dilewatkan begitu saja tanpa ada perhatian dan pendidikan yang berarti. Orang tua, terkhusus ibu memiliki posisi yang cukup besar dalam hal ini, karena ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan kehidupan anak. Walaupun sebenarnya perhatian terhadap anak bukan tugas ibu semata, melainkan tugas bersama, yaitu kerjasama antara ayah dan ibu. Akan tetapi pada kenyataannya seringkali ayah tidak berada di rumah bersama anak-anak, kecuali disebagian kecil waktunya. Ini dilihat dari sisi kuantitas. Dari sisi kualitas, waktu yang sedikit inipun lebih banyak digunakan untuk istirahat setelah penat bekerja, tidak mampu lagi memikirkan keadaan anak-anaknya. Dengan begitu, jelas peran dan tanggung jawab terbesar dalam perhatian terhadap anak terletak di pundak ibu.

Jepang merupakan negara maju yang tidak asing lagi bagi kita, ternyata para wanitanya justru merasa bahagia, tersanjung dan dimuliakan dengan jabatan dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Bahkan mereka tak segan-segan mengundurkan diri dari karir mereka demi mengasuh dan mendidik sendiri anak-anak mereka di rumah. Dari sumber informasi yang saya dapatkan, rilis Kementerian Kesehatan-Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang tanggal 17 Maret 2004 mengungkapkan bahwa 61% Ibu muda Jepang meninggalkan pekerjaannya diluar rumah setelah melahirkan anaknya. Mereka menganggap menjadi ibu rumah tangga sama profesionalnya dengan wanita pekerja. Mereka lebih suka banyak tinggal di rumah untuk memperhatikan kebutuhan anak-anaknya dan terus menerus memotivasi anak-anaknya untuk bekerja keras meningkatkan prestasi akademis mereka. Padahal para wanita Jepang rata-rata mereka lulusan S1/S2. Mereka sekolah tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang tertinggi. 

“Kyoiku Mama” yang dalam bahasa Arab  populer dengan sebutan “Ummu Madrosatun” yaitu ibu pendidik sebagai tempat sekolah anak-anaknya menjadi motivasi wanita-wanita Jepang dalam mendidik anak-anaknya. Kyoiku Mama lah yang meletakkan dasar pendidikan moral dan perilaku sejak dini kepada anak-anaknya. sehingga di sekolah, yang mengajarkan hal-hal akademis, tidak direpotkan lagi dengan masalah -masalah perilaku anak didik karena nilai-nilai luhur telah melebur dalam karakter setiap siswa sejak dari rumah. 

Saya disini mengajak kepada para bunda untuk bersemangat menjadi kyoiku mama atau ummu madrosatun karena ini merupakan tugas utama kita dan ini adaah tugas yang mulia.

Ibu,  Figur Pemimpin Bagi Si Pemimpin Kecil

Gambar ilustrasi :  Sahl menirukan perilaku ibunya yang hobi menjahit


Pada dasarnya semua manusia diciptakan sebagai pemimpin, begitu juga dengan ibu, ibu adalah pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad Sallalluhualaihiwasallam, yang merupakan seorang tokoh figur pemimpin paling berpengaruh no.1 di dunia   (menurut  astrofisikawan Michael H. Hart dalam bukunya The 100). Nabi Muhammad Salallahualaihiwasallam berkata, 

“Setiap kalian adalah pemimpin dan nanti akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin rumah tangganya dan nanti akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan nanti akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.

 Oleh karena itu, jika kita ingin anak–anak kita kelak tumbuh dewasa menjadi sosok generasi pemimpin dengan berbagai karakter kepemimpinan yang dimilikinya, maka seorang ibu harus berusaha terlebih dahulu menjadi figur pemimpin yang baik, karena ibu akan menjadi taladan yang akan ditiru oleh anak-anaknya. 

Pepatah yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita juga mengisaratkan akan hal itu,

 ”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” , 

artinya, kondisi anak ketika sudah dewasa tidak jauh berbeda dengan orang tuanya.

Menjadi figur pemimpin yang baik tidaklah mudah, butuh adanya ilmu pengetahuan, kesungguhan, keteladanan, kesabaran dan kasih sayang. Berikut beberapa hal yang menurut pengalam pribadi saya perlu miliki oleh seorang ibu dalam menyiapkan si pemimpin kecil.

1. Naluri Keibuan sebagai Modal Awal Kepemimpinan Ibu.

Sudah menjadi kepastian bahwa wanita tercipta di Dunia ini memiliki beberapa peran yang istimewa diantaranya adalah melahirkan, menyusui dan merawat anaknya. Terkadang hal ini  kurang disadari, padahal peran ini merupakan kekhususan seorang wanita yang tidak bisa digantikan oleh kaum kaki-laki, kalau seorang wanita tidak lagi peduli maka keberlangsungan perjalanan sebuah bangsa menjadi terancam, bisa kita bayangkan jika para wanita sudah tidak mau lagi mengandung dan melahirkan, maka bangsa ini akan bisa mengalami lost generation, begitu juga ketika wanita tidak mau menyusui dan merawat anak-anaknya, lalu anak-anak ini akan dikemanakan? Tatanan kehidupan akan menjadi kacau dan ini yang akan terekam di memori anak-anak kita, jika hal ini terjadi maka pertumbuhan dan perkembangan anakpun juga akan mengalami kekacauan.

Saya ingin berbagi pengalaman dengan bunda, baik yang sudah diberi karunia anak maupun yang belum, termasuk para wanita yang belum menikah tentang beberapa tips agar dalam diri kita terbentuk naluri keibuan yang matang.

Yang pertama, Nikmati Masa-masa Kehamilan. Mengandung bukanlah perkara yang menakutkan, justru sebaliknya mengandung merupakan perkara yang mulia dan membahagiakan bagi seorang wanita, tiap fase kandungan memiliki kondisi yang berbeda, trimester pertama berbeda dengan trimester kedua dan ketiga. Dalam masa kehamilan yang cukup lama ini yakni kurang lebih 9 bulan seorang wanita akan tergembleng menjadi orang yang sabar, tegar dan siap.

Yang Kedua, Melahirkan dengan Cara Normal. Jika kondisi janin dan ibu sehat maka melahirkan secara normal adalah pilihan terbaik. Ada banyak manfaat yang akan didapat, melahirkan normal akan mempercepat proses penyembuhan sang ibu, selain itu ibu akan lebih merasakan makna sebuah perjuangan hidup. 

Yang Ketiga, ibu hendaknya menyusui anak-anaknya.

Menyusui anak selama dua tahun penuh, bagi ibu yang ingin menyempurnakan penyusuan.  Penelitian medis dan psikologis menyatakan bahwa masa dua tahun pertama adalah masa yang sangat penting bagi pertumbuhan anak secara fisik dan psikis. Selama masa penyusuan anak mendapatkan dua hal yang sangat berarti. Pertama, ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak, sekaligus mengandung antibodi yang membuat anak tahan terhadap serangan penyakit. Kedua, ada kedekatan emosi yang sangat kuat antara ibu  dengan anak. 

Yah, seorang wanita ketika menyusui tanpa disadari diapun reflek sambil mengelus-ngelus kepala anaknya, menimang-nimang dan memukul-mukul gemas anak yang sedang disusuinya. Ini adalah wujud kasih sayang yang terbentuk secara alamiah ketika ibu menyusui anaknya, dan kasih sayang ibu terhadap anak merupakan bekal yang sangat penting dalam melakukan pendidikan terhada anak nantinya.

Yang Keempat, Ibu Berusaha Mandiri Merawat Bayi.

Kemandirian seorang wanita yang baru menjadi ibu dalam merawat buah hati pertamanya akan menjadi bekal bagi wanita tersebut untuk lebih siap, mandiri dan berpengalaman dalam merawat si buah hati hingga dewasa. 

Keempat hal di atas merupakan modal persiapan bagi ibu agar naluri keibuannya terbentuk lebih matang, naluri ini bertujuan agar hubungan dan ikatan emosional antara ibu dan anak semakin dekat,sehingga diharapkan pendidikan lebih mudah dilakukan karena adanya saling memahami antara keduanya. Akan tetapi menyiapkan si pemimpin kecil hanya berdasar pada naluri keibuan semata tidak cukup,  butuh adanya wawasan yang luas dan siasat yang tepat.

2. Ibu Memiliki Pengetahuan tentang Kesehatan anak

Mengetahui tentang kesehatan anak sangat penting agar anak kita tumbuh menjadi generasi yang sehat. Mulai dari pola makan, menu makanan, pola istirahat, kebersihan, sampai pada pengetahuan tentang berbagai penyakit yang sering menyerang anak-anak terkusus balita dan cara penanganannya. Seringnya ibu merasa sangat panik ketika anaknya mengalami sakit, dan terburu-buru membawa ke dokter untuk segera diberi obat, sehingga anakpun terbiasa mengkonsumsi obat kimia sejak balita, padahal hanya sakit demam atau flu ringan yang bisa sembuh dalam beberapa hari walau tanpa diberi obat.

3. Ibu Memahami pertumbuhan dan perkembangan Anak.


Gambar ilustrasi :  Sahl mulai senang naik ke  kursi

Pemahaman ini diperlukan sebagai bahan untuk membantu ibu mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya ketika anak berada pada tahap belajar berjalan, ibu tidak boleh memaksa bayi diluar kemampuannya, tetapi biarkan si bayi belajar berjalan sesuai kemampuannya. Begitu juga ketika bermain, senangnya anak bermain bukanlah semata-mata sebagai hiburan, namun juga sebagai sarana pengajaran dan pengembangan bakat anak. Berilah anak permainan sesuai dengan tingkat usianya atau tingkat perkembangannya, jangan asal membelikan mainan ya Bunda. Contoh kecilnya nih, ketika sedang marak mainan laptop anak kadang kita sebagai ibu pingin banget belikan buat anak kita, padahal anak kita baru umur 2 tahun, ini sebenarnya kurang cocok, bukannya anak kita mendengar dan belajar dari laptop justru laptopnya cuma dibolak-balik dan dipencet-pencet, kalau tidak bunyi mungkin dibanting.

4. Ibu Memahami Karakteristik Anak.

Pemahaman yang tidak kalah penting ketika ibu melakukan pendidikan terhadap anaknya yaitu membentuk kepribadiannya dan menanamkan kebiasaan yang baik sesuai dengan karakteristik si anak. Setiap ibu harus mengerti bahwa setiap tingkatan umur dalam rentang kehidupan anak memiliki karakteristik tertentu beserta metode pendidikan yang tertentu pula. 

Berikut gambaran karakteristik anak :

•Siap menerima segala sesuatu. Anak bagaikan lembaran kertas putih yang belum terisi berbagai perilaku dan pemikiran. 

•Kemampuan berpikir konkret. Anak belum begitu bisa mencerna permasalahn konkret, sehingga ibu mendidik harus disertai dengan pengamalan yang bisa didengar dan dilihat. Ketika kita ingin mengajarkan matematika pada anak, jangan paksa anak menjawab pertanyaan “dua ditambah tujuh berapa?”. tapi, gunakanlah alat peraga seperti pensil sehingga anak mudah menjawab pertanyaan kita.

•Egoisme yang tinggi, anak merasa segala sesuatu adalah miliknya, tugas ibu adalah berusaha mengikis karakter ini.

•Anak butuh kasih sayang, rasa aman, penghargaan dan kepercayaan.

•Anak butuh ditemani, maka ibu hendaknya memilihkan orang-orang sekitar yang dapat mendukung pendidikannya.

5. Ibu Hendaknya Memperhatikan Hal-hal berikut ketika Mendidik Si Pemimpin Kecil :

•Memukul anak bukan satu-satunya cara dalam mendidik anak. Ada cara dan kapan memukul anak boleh dilakukan.

•Jangan suka menakut-nakuti anak dengan hantu dan sebagainya ( kodok, cicak, dll) karena akan mempengaruhi jiwa anak.

•Jangan terlalu memanjakan anak sehingga anak menjadi generasi yang suka instan alias nggak mau repot atau susah.

•Jangan pernah ucapan orangtua bertentangan dengan perbuatan.

Jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada untuk menakut-nakuti anak,atau agar nurut karena anak akan belajar berbohong dan tidak percaya sama ibu ketika dia mulai mengerti bahwa ternyata dia dibohongi.

6. Ibu Memberi Arahan tentang  Sosok Teladan yang  diidolakan oleh Anak.

Jangan heran jika terkadang anak kita berperilaku dan bergaya seperti Spiderman, naruto, dan sebagainya karena memang anak adalah “alat perekam” yang canggih dan sempurna yang mampu merekam apa yang dilihat dan didengarnya. Di sinilah peran ibu sangat penting termasuk memberikan arahan terkait tokoh-tokoh yang ingin diidolakan anak. Jika kita menginginkan jiwa kepemimpinan itu semakin matang dalam diri anak maka arahkanlah anak untuk mengidolakan tokoh-tokoh pemimpin yang hebat dan berkepribadian baik yang ada faktanya dalam kehidupan nyata, bukan tokoh khayal/fiksi. Tokoh nyata akan memberikan inspirasi dan rasa percaya diri untuk bisa meniru kehebatan sang tokoh dalam kehidupan nyata, sedangkan tokoh khayal hanya akan menjadikan anak sibuk dalam dunia imajinasi dan angan-angan yang tidak bisa direalisasikan sehingga berujung pada kekesalan dan kekecewaan pada anak.

Jika sosok teladan yang diidolakan anak sudah ada, maka bantulah dia untuk mengenalkan tokoh tersebut pada anak dan tanamkan kecintaan padanya, sehingga anakpun menjadi bersemangat untuk menjadi seperti tokoh yang diidolakannya.

Saya pribadi ingin sekali anak-anak saya meneladani sosok figur pemimpin paling berpengaruh no.1 di dunia, sosok yang cerdas, amanah, jujur, bijak, menyayangi, berwibaya dan sifat-sifat baik lainnya dan pengaruh kepemimpinannya tidak hilang ditelan masa berawal dari kota kecil di arab, Madinah hingga mendunia, yaitu kepemimpinan Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam dan para sahabat-sahabatnya.

Untuk Bunda, silahkan pilih yang Bunda suka, asal jangan Doraemon saja ya bunda? Kasian nanti kalau si pemimpin kecil minta ‘kantong ajaib’nya doraemon…, mau cari kemana kita? hehehe


7. Doa Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil

Dan yang terakhir, janganlah terlupa dengan sesuatu yang istimewa yaitu doa. Doa ibu bisa menjadi kekuatan yang sangat besar bagi si pemimpin kecil. 

Demikian beberapa uraian yang bisa saya tulis. Semoga menjadi andil untuk saling berbagi pengalaman dalam menyiapkan si pemimpin kecil menjadi generasi penerus bangsa yang hebat.



Gambar ilustrasi : Sahl dan kakaknya, Salma.

seperti apakah ketika mereka dewasa?

seperti apapun mereka nantinya

tentu tidak lepas dari peran saya sebagai ibu dalam membimbing mereka,

 pemimpin-pemimpin kecilku…



Sumber bacaan :