Inisiatif Penuh Cinta dari 9 Bidan Inspiratif

Oleh Ani Berta 22 Dec 2012

Masalah malnutrisi masih merupakan masalah yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan kasus gizi balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk mengalami angka penurunan walau masih saja ada di beberapa wilayah di Indonesia. Prevalensinya masih tinggi karena ada di angka 42%. Jika dibandingkan dengan Srilangka yang tingkat pendapatan kotor per kapita (GDP) lebih rendah dari Indonesia, tingkat prevalensi malnutrisi anaknya hanya 18%.

Tak hanya itu, angka kematian ibu dan bayi masih tergolong paling tinggi di Asia. Berangkat dari masalah tersebut, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Sari Husada melakukan kerjasama yang konkret untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan cara mendukung Program Pos Bhakti Bidan sebagai dukungan penuh terhadap Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Dalam program ini akan diberikan apresiasi bagi program Pos Bhakti Bidan terbaik.

Program Pos Bhakti Bidan adalah program yang dijalankan bersama para tokoh dan anggota masyarakat di daerah tempat bidan tinggal. Akan ditampung ratusan proposal program ini dan akan disaring menjadi 9 program terbaik yang akan diberikan Srikandi Award sebagai penghargaan khusus bagi para bidan dengan inisiatif dan program terbaiknya.

Jakarta, 17 Desember 2012 – Sari Husada dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk ke empat kalinya menyelenggarakan “Srikandi Award” untuk memberikan penghargaan terhadap para bidan yang telah berhasil menjalankan program terbaiknya dalam wujud dedikasi kepada masyarakat untuk mengurangi resiko gizi buruk, menurunkan angka kematian ibu dan anak serta mendukung upaya menyejahterakan masyarakat dilingkungan tempatnya tinggal dengan wawasan usaha mandiri.

Yetty Leoni M. Irawan, Msc selaku Sekretaris Jenderal IBI mengungkapkan, “Sejak pertama kali dilaksanakan di Tahun 2009, program Pos Bhakti Bidan ini telah menginspirasi dan mengajak para bidan di seluruh pelosok nusantara meningkatkan komitmen sosial untuk mendukung tercapainya peningkatan kualitas tarafkesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak.”

Yeni Fatmawati, Corporate Affairs dan Legal Director Sari Husada menjelaskan, “Tahun ini dari 250 program Pos Bhakti Bidan yang dijalankan di 18 propinsi, kami memilih 9 bidan dengan inisiatif terbaik.Oleh karena itu tahun ini kami mengangkat “Cinta 9 Bidan” sebagai tema Srikandi Award 2012”

Dewan juri Srikandi Award 2012 terdiri dari dr.Kartono Mohamad (Mantan Ketua IDI, Ketua Dewan Juri Srikandi Award ), Dr. H. Abidinsyah Siregar, DHSM, Mkes, (Kantor Kementrian Kesehatan RI), Dr.Harni Koesno, MKM (Ketua Umum IBI), Diah Saminarsih (Asisten Utusan Khusus Presiden untuk MDGs, Bidang Percepatan MDGs Dalam Negeri dan Sinergi Komunitas), dan Dr.Pinky Saptandari, M.A. (Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia)

Pemilihan nominasi 9 bidan terbaik ini telah melalui proses seleksi sejak September 2012 lalu dan dipilih berdasarkan wawasan dan penguasaan program, keunikan program, dan yang penting adalah keberlanjutan program.

Maka 9 bidan terpilih adalah :

  1. Wilda Inayah dari Wonosobo, Jawa Tengah. Dengan program Kreasi Gizi di Lumbung Padi yang mengedepankan pemberian pengetahuan mengenai gizi, asupan yang benar hingga resep makanan.
  2. Sunarti dari Kokap, Kulonprogo, D.I Yogyakarta. Dengan program Sumber Gizi Dari tanah Kami Mensosialisasikan mengenai pentingnya gizi seimbang, bagaimana cara memenuhi gizi tersebut dan pengolahan variasi berbagai makanan. Bidan Sunarti juga mengerahkan ibu rumah tangga disekitarnya untuk menanam jamur dan sayuran organik di halaman-halaman rumahnya.
  3. Suhatmi Puji Lestari dari Sragen, Jawa Tengah. Dengan Program Modal Menthok Bekal Mandiri setelah memberikan penyuluhan, pemberian makanan tambahan dan edukasi pengelolaan makanan bergizi, bidan yang telah bertugas dari 1994 ini membeli bibit sayuran dan bibit menthok untuk dikembangbiakan oleh masing-masing rumah tangga. Sehingga kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi dan penghasilan pun diperoleh dari penjualan menthok yang beranak pinak.
  4. Syafrianti dari Kuantan Singigi, Riau. Dengan program Pondok Gizi untuk Buah Hati Membangun pondok gizi di tengah perkebunan sawit dengan sasaran para pekerja kebun yang mempunyai anak dan kurang memerhatikan gizinya. Inisiatif Syafiani adalah memberikan asupan gizi gratis dan mengajarkan mengelola makanan sehat.
  5. Rahmi dari Muna, Sulawesi Tenggara. Dengan program ASI Bukti Cinta Ibu Kearifan lokal daerah tempatnya tinggal yang memercayai bahwa tangisan bayi adalah ungkapan lapar. Dan harus segera diberi makanan padat berupa pisang dan madu. Adalah satu masalah yang tak mudah untuk dialihkan pola pikir masyarakatnya untuk pemberian ASI Eksklusif. Bidan Rahmi menggandeng Kepala Desa, Aparat Desa, Tokoh masyaratak dan para suami untuk sosialisasikan pemberian ASI untuk anak sebagai konsumsi terbaik di awal kehidupannya. Juga edukasi bagi para ibu dan calon ibu. Upayanya berbuah manis dan hal ini perlu keberlanjutan.
  6. Patima Ohorella dari Tulehu, Maluku Tengah. Dengan Program Delivery Rantang Gizi Masyarakat Tulehu yang miskin, malas dan tak termotivasi dalam memerhatikan gizi bagi anak-anaknya. Maka agar mencapai bayi yang bisa disasar penyampaian kebutuhan gizinya, Bidan Patima mengantarkan makanan dengan gizi lengkap dari pintu ke pintu.
  7. Nurifah Siregar dari Ketapang, Kalimantan Barat. Dengan program Edukasi Dini Menyambut Buah Hati Membuat kelas dengan metode belajar orang dewasa (BOD) berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil melalui ceramah, tanya jawab, demonstrasi, praktek, curah pendapat dan penegasan. Didalamnya diajarkan kwhamilan, persalinan, perawatan bayi, perawatan nifas, hingga meluruskan mitos yang ada di masyarakat. Calon ayah dan anggota keluarga lain pun dilibatkan dalam program ini.
  8. Siti Kholifah dari Pacitan, Jawa Timur. Dengan program Hamil Sehat Ibu Belia maraknya pernikahan dini dan kehamilan yang terjadi dibawah umur, Bidan Siti Kholifah melakukan pendekatan kepada para ibu belia untuk mengedukasi kehamilan serta memulihkan mentalnya dari ketidaksiapan hamil pada usianya.
  9. Kasriyatun dari Pati, Jawa Tengah. Dengan program Menepis Ironi di Ladang Garam Desa Bangsalrejo, Pati jawa Tengah adalah salah satu ladang garam di Indonesia namun banyak penduduknya yang kekurangan yodium karena kebanyakan mengonsumsi garam briket dan garam rosok yang tak mengandung yodium. Kekurangan yodium dapat memicu kanker dan keguguran pada ibu hamil. Maka Bidan Kasriyatun melakukan sosialisasi pentingnya yodium bagi kesehatan keluarga khususnya ibu hamil.

Dengan terpilihnya 9 bidan inspiratif ini diharapkan dapat menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan taraf gizi keluarga dan kesehatannya. Karena dengan mendukung memberantas kasus malnutrisi dan mengurangi resiko angka kematian ibu dan anak, maka kita telah mendukung dalam upaya memajukan kualitas generasi penerus bangsa.

Acara Srikandi Award Tanggal 18 Desember 2012 berlangsung meriah di Balai Kartini Jakarta dengan konsep drama musikal oleh Butet Kartaredjasa, Eka Deli dan Taufiq Ismail serta 9 Bidan pilihan. Mengusung konsep Cinta 9 Bidan. Berikut adalah foto-fotonya :

Paduan Suara Ikut Menyemarakkan Srikandi Award 2012
Paduan
Butet Kertaredjasa
Butet
9 bidan terpilih
9
Puisi
Pembacaan
Eka Deli
Penampilan
Srikandi
Inilah

Program Srikandi Award beserta kiprah para sosok Bidan inspiratif ini sebagai bukti peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi kasus malnutrisi dan tingkat kematian ibu dan bayi serta balita. Semoga dapat berjalan berkelanjutan dan menginspirasi semua pihak.