Investasi Penting Dalam 15 Bulan

Oleh fitriah dwiastuti 13 Mar 2012

Bahasanya udah kayak ahli perencana keuangan aja! Etapi ini berdasarkan pengalaman belajar 3,5 tahun menjadi Ibu looh, hehe… Bahwa setiap perempuan yang dianugrahi kesempatan memiliki anak juga memiliki kesempatan emas untuk melakukan sebuah investasi penting bagi masa deoan si buah hati juga bagi kehidupan sang ibu.

Jadi begini (beneran kebawa ama judul nih gayanya!),
Saat dalam kandungan, janin kecil akan tumbuh dengan menyerap apapun yang Ibunya makan. Zat-zat terbaik dalam setiap makanan sang ibu akan mengalir kedalam tubuhnya, perlahan membentuk setiap sel, hingga sempurna di usia 9 bulan.
Lalu ketika bayi lahir, Tuhan telah menyiapkan tubuh sang Ibu untuk memproduksi ASI dengan segala keajaibannya sebagai makanan tunggal di 6 bulan pertama kehidupan bayi mungil itu. Proses yang hampir mirip saat dalam kandungan, bayi akan menyerap apapun makanan ibu melalui ASI. Semakin baik dan seimbang nutrisi sang ibu, makan semakin baik dan seimbang juga nutrisi dalam tubuh bayi.

Sembilan bulan tambah 6 bulan, total 15 bulan, seorang manusia baru akan memakan makanan yang “dimasak” oleh tubuh ibunya. Bayangkan, 15 bulan! Bukan waktu yang sebentar. Dalam 15 bulan bayi mungil kita mendapat saripati terbaik dari alam bagi tubuhnya melalui tubuh ibu. Sebuah bekal yang tidak ternilai, yang akan menjadi pondasi kesehatannya di masa depan. Inilah masa investasi itu!

Dari hasil menelaah banyak sumber plus masukan kanan kiri yang tak pernah berhenti, saya mendapat pencerahan bahwa memberi makan seorang bayi, sejak dalam kandungan hingga ia balita, bukan sekedar memenuhi nutrisinya, tapi juga membentuk kebiasaan makannya yang akan dibawa hingga ia dewasa.

Kebiasaan makan adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan kesehatan seseorang. Kebiasaan makan yang sehat sejak dini akan berpeluang besar menciptakan manusia sehat di kemudian hari.

Jika mendengar kata investasi, kesannya ada modal besar yang harus dikeluarkan bukan? Benar! tapi modal bukan selalu berarti uang looh, tapi juga bisa berupa waktu dan perhatian.

Dan sekali lagi, kalo mendengar kata investasi kesannya di masa depan aka nada keuntungan berlipat yang kita dapat, bukan? Ini juga benar! keuntungannya bukan pundi-pundi uang kita yang menggendut, tapi harta yang jauh lebih berharga: kesehatan.

Makanan dengan gizi seimbang, kesannya butuh modal gede ya untuk itu? Etapi, jangan salah makan makanan sehat bukan makanan mahal. Itu dua hal yang sangat berbeda dan tidak berhubungan sama sekali! (langsung berubah dari ahli keuangan jadi ahli gizi)
Makanan sehat adalah berasal dari bahan-bahan alami yang segar, diolah dengan dengan baik tanpa merusak kandungan gizinya, lalu dikonsumsi dengan cara yang benar, agar gizinya terjaga sampai tubuh bisa menyerapnya.

15 bulan yang penting ini diawali dari masa kehamilan ibu. Bukan hal mudah memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil. Apalagi di masa-masa awal kehamilan. Mual! Boro-boro makan yang bergizi, yang gak bergizi aja susah masuk! Hehehe..

Ujian menjadi ibu, memang di mulai sejak hari pertama kita mengandung. Bila nanti ketika anak sudah bisa makan makanan padat, kita akan disibukkan untuk memikirkan menu makannya, maka begitupun ketika hamil, kita juga (mestinya)sibuk memikirkan asupan gizi bagi sang jabang bayi.

Jangan menyerah pada mual, temukan cara agar kita bisa memasukkan makanan bergizi ke tubuh kita. Ketika kehilangan berat badan di bulan kedua kehamilan karena susah makan, saya diperingatkan keras oleh dokter. Ada seorang dokter yang saya kagumi, beliau bilang, langkah paling pertama untuk membentuk bayi yang sehat adalah sang Ibu harus bertekad sekuat mungkin untuk menjadi manusia yang sehat.

Begitupun dengan rasa bahagia. Anak yang bahagia adalah anak yang selalu merasa, melihat dan meyakini bahwa ibu yang mengandungnya, menyusuinya dan mengasuhnya penuh kasih adalah seorang ibu yang bahagia.

Dan, sekali lagi… sehat itu gak mahal kok! Obat memang mahal, makanya jangan sampe sakit. Mending sehat! Jauh lebih murah dari obat.

Buah, sayur dan air putih, adalah andalan saya untuk menjaga asupan gizi. Tidak mahal, paling tidak, pisang, papaya, semangka, bahkan buah kresen dari pohon depan rumahpun saya makan. Tempe tahu juga jadi andalan. Murah, mudah dan bergizi. Sayur lebih mudah lagi, rebus bayam, oyong, kangkung, wortel, labu dan sebagainya. Sesekali dijadikan cemilan dengan dicolek pada sambal.

Hasilnya, anak saya sekarang suka sekali buah-buahan, ngemil sayuran (tanpa sambal yah!), dan penggila tahu tempe dan kedelai rebus. Alhamdulillah daya tahan tubuhnya luar biasa, selain karena ASI selama 2,4 tahun, juga karena makannya yang jarang sekali bermasalah.

Pengalaman saya hamil dan menyusui juga mengurus makan anak saya secara langsung, benar-benar membuka mata saya akan pentingnya asupan selama 15 bulan pertama itu. Sebetulnya asupan di bulan-bulan berikutnya pun penting, selama anak kita masih menyusu. Tapi 15 bulan pertama itu,tubuh kita benar-benar menjadi penyedia tunggal asupan yang masuk ke tubuh sang bayi.

Keuntungan memperhatikan gizi selama 15 bulan itu bukan hanya dirasakan bayi, tapi juga kita sebagai ibu. Kita jelas lebih sehat, tapi selain itu, kita juga akan memiliki kebiasaan makan makanan sehat! Penelitian mengatakan perlu 3 bulan untuk membiasakan sebuah kebiaasaan baru dalam hidup. Kita punya 15 bulan untuk “dipaksa” hidup sehat dengan makan yang sehat. Tentunya kita aka nmenjadi pribadi baru yang lebih sehat. Sekaligus punya profesi baru sebagai ibu plus ahli gizi nomor satu di keluarga.

Dulu sebelum hamil, saya suka makan di luar dan kurang suka memasak di rumah. Tapi sekarang, makan di luar rasanya sangat mahal untuk sebuah makanan yang gizinya kurang terjamin, berapapun harga makan itu. Saya lebih baik goreng tempe tahu dan rebus bayam di rumah, lalu ngemil pepaya. Tetap nikmat, yang pasti, sehat!