Jelajah Gizi ke Gunungkidul ( Bagian III )

Oleh Ani Berta 10 Nov 2012

Tanggal 04 Nopember 2012 memasuki hari ke tiga rangkaian acara Jelajah Gizi destinasi Gunungkidul yang diselenggarakan oleh Sari Husada. Berarti ini adalah hari terakhir. Biasanya memberi kesan haru karena akan berpisah bersama seluruh peserta dan crew. Tapi banyak hal yang membuat saya berkesan dihari terakhir ini. Kita simak yuk!

Sejak awal tim dari Sari Husada sudah mengumumkan rundown acara bahwa dihari ke tiga ini kami diberi kebebasan untuk membuat acara sendiri dari pagi hingga pukul 11 siang. Sungguh berbaik hati ya Sari Husada.

Kesempatan ini tak saya sia-siakan, apalagi saya adalah salah satu peserta yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Jogja. Jadi saya sudah mengatur rencana untuk mengunjungi sudut-sudut Jogja biarpun dalam waktu yang singkat. Untuk masalah belanja, saya singkirkan dulu, saya lebih prioritas ingin mengetahui sudut Jogja.

Setelah sarapan di Ibis All Season, saya bersama Mba Evi, Hanum, Lina dan Andre langsung cabut ke Malioboro. Dipersimpangan kami berpencar. Saya dan Mba Evi lebih cocok karena tidak terlalu suka belanja dan suka menjelajah tempat baru. Maka kami berdua memutuskan untuk berjalan sekitar Jalan Malioboro.

Tempat pertama yang kami sambangi adalah gedung perkantoran DPRD Jogja, dengan gedung lama peninggalan Jaman kompeni. Luas dan atapnya tinggi. Kami meminta ijin pada security yang jaga untuk memotret gedung. Dengan ramahnya security tersebut mempersilahkan.

Selanjutnya kami menyelusuri Jalan Malioboro kembali sambil memotret setiap sudut dan membidik ornamen-ornamen khas Jogja disana. Tak lupa untuk bernarsis ria. Mampir sebentar ke Pasar Beringharjo.

Jalan-jalan
Di

Karena waktu kami tinggak satu setengah jam lagi, maka kami memakai becak untuk menuju Tamansari, tempat pemandian permaisuri dan para putri di era kekuasaan Sultan Hamengkubuwono ke I dan seterusnya namun sekarang sudah tak dipakai lagi, sekarang lebih berfungsi untuk obyek wisata saja.

Menyelusuri sekitar Tamansari ini saya sangat antusias dan senang karena diluar Tamansari adalah pemukiman penduduk. Walau rumah-rumah terdiri dari gang-gang kecil namun rapi, bersih dan terjaga. Masyarakatnya ramah dan murah senyum, makin jatuh cinta sama Jogja ini.

Setelah puas mengelilingi dan menjepret lokasi Tamansari. Juga berinteraksi dengan penduduk sekitarnya. Saya dan Mba Evi langsung cabut lagi ke Benteng Vredeburg yang lokasinya sekitar 5 menit dari Tamansari. Berkeliling dengan sistem kebut dan tak lupa mengabadikannya. Didalan Vredeburg terdapat diorama dimasa perjuangan melawan penjajah.

Sisa waktu bebas kami tinggal 15 menit saat di Benteng Vredeburg, kami naik becak kembali menuju hotel. Untung sekali abang becak baik sekali, selain menjadi penarik becak beliau juga menjadi guide. Abang becak menawarkan kami untuk singgah di Toko oleh-oleh 8akpia Pathok yang terlewati. Dengan sigap saya dan Mba Evi mengisi keranjang belanjaan dan langsung membayarnya. Sambil naik becak, kami selalu mengabadikan setiap sudut di sepanjang Jalan Malioboro tersebut.

Sampai di hotel, semua sudah siap di lobi, saya dan Mba Evi tepat waktu berada di hotel. Yeaayyyy….....waktu yang singkat tadi bisa membawa saya dan Mba Evi menyelusuri sudut Kota Jogja sepanjang Jl.Malioboro-Pasar Beringharjo dan Tamansari.

Kami melanjutkan lagi program Jelajah Gizi, setelah check-out dari Ibis All Season, menuju Bale Raos. Sebuah restoran terbaik di Kota Jogja yang letaknya dekat keraton. Disana telah menanti para jurnalis dari media lokal dan komunitas blogger yang berada di Jogja. Salah satu komunitas Blogger yang saya kenal dan hadir disana adalah Komunitas Cah Andong.

Rangkaian acara Jelajah Gizi ke 3 ini, sekaligus mengisi program rutin acara #NutriTalk yang sudah 7 kali diselenggarakan di Jakarta.

Di Bale Raos kami mencicipi makanan khas Jogja yang merupakan kesukaan Sultan, yaitu Bendul, Risol dan Talam Ebi.

Kue

Bendul adalah kue berbentuk bulat dengan komposisi terigu, telur, mentega dan susu. Jika dimakan terasa empuk, gurih dan manis. Sedangkan Talam Ebi adalah kue yang menyerupai puding namun lebih legit, gurih dan wangi karena komposisi pewarna alami dari daun suji dan pandan. Kalau Risol sudah tak asing lagi ya, semua juga dapat membayangkan rasa dan bentuk dari risol ini.

Sedangkan Bir Jawa adalah minuman yang terbuat dari olahan Jahe dan campurannya.

Dilanjutkan

Dalam program #NutriTalk ini, acara dibuka dengan sambutan dari Bapak Arif Mujahidin dari Sari Husada. Bapak Arif mengungkapkan bahwa program Jelajah Gizi dari Tanggal 2 sampai 4 Nopember ini bertujuam untuk mengeksplorasi sumber pangan daerah. Agar bisa lebih dibudidayakan secara meluas. Seperti halnya dengan Gunungkidul, daerah yang kering dan lahan berkapur ini ternyata menyimpan banyak pangan sumber gizi yang patut dibudidayakan agar bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam jangka panjang.

Bapak Arif melanjutkan bahwa Kearifan lokal Desa Gunungkidul, yang selalu mengolah bahan makanan secara konvensional pun patut dicontoh oleh daerah manapun dan oleh siapapun. Karena dampaknya positif. Contohnya dalam mengolah padi menjadi beras tanpa memakai mesin sehingga kulit ari beras yang mengandung vitamin tidak hilang. Dalam penanaman pun tanpa pupuk dan tanpa disemprot obat kimia.

Dilanjutkan dengan sambutan dari Ibu Yeni Fatmawati selaku Direktur Sari Husada. Beliau mengungkapkan bahwa gizi di tanah air masih menemukan masalah kompleks yang harus dipecahkan bersama. Baik oleh masyarakat maupun berbagai instansi yang mendukung hal ini. Maka Sari Husada pun ikut bertanggung jawab atas masalah gizi ini.

Ibu Yeni pun memberi informasi bahwa dengan acara rutin bulanan Sari Husada melalui Nutrisi Untuk Bangsa yang bertajuk #Nutritalk adalah upaya dalam sosialisasikan agar masyarakat selalu melek gizi. Melalui program Nutritalk ini, ada bermacam-macam edukasi gizi yang disampaikan oleh para pakar gizi. Program Nutritalk dapat di akses melalui website www.nutrisiuntukbangsa.org dan jejaring sosial Facebook Nutrisi Untu Bangsa serta Twitter @Nutrisi_Bangsa

Dengan demikian seluruh masyarakat dapat dengan mudah mengakses wawasan tentang gizi ini.

Ibu Yeni menambahkan, bahwa program Jelajah Gizi yang telah dilakukan di Gunungkidul bersama wartawan media dan Blogger adalah salah satu program Nutritalk bertema tentang gizi dalam makanan khas suatu daerah.

Setelah sambutan dari Bapak Arif Mujahidin dan Ibu Yeni Fatmawati, Bapak Profesor Ahmad Sulaiman pun memberi penjelasan tentang gizi yang terkandung dalam penganan khas Gunungkidul yang sempat dicicipi oleh semua peserta Jelajah Gizi.

Menurut Bapak Profesor Dr Ahmad Sulaiman, Belalang yang tersedia di Gunungkidul punya nilai gizi protein yang setara dengan protein daging sapi. Belalang adalah jenis bangkai yang dihalalkan selain ikan. Jadi sah untuk dikonsumsi. Untuk ketela rambat yang tumbuh subur di Gunungkidul juga mengandung karbohidrat, protein, zinc dan anti oksidan yang baik bagi tubuh. Tak hanya itu, daun ubi ketela rambat ampuh untuk menyuburkan ASI bagi ibu menyusui. Sehingga kreativitas masyarakat Gunungkidul dapat menjadi inspirasi bagi semuanya agar memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di masing-masing daerah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Lanjut Pak Profesor.

Pemaparan dari Bapak Profesor Ahmad Sulaiman menutup rangkaian acara jelajah gizi dan program Nutritalk di Bale Raos. Selanjutnya adalah pengumuman lomba live twitter yang dipilih berdasarkan kualitas dan kuantitas twit nya. Terpilih Lina dan Reh Atemalem Susanti sebagai pemenang dan berhak mendapatkan uang tunai masing-masing sebesar Rp. 1.500.000,

I

Acara ditutup dengan foto bersama dan berpamitan. Kami pun segera menuju Bandara Adisucipto untuk kembali ke Jakarta dengan sejuta kesan yang menyenangkan dari rangkaian acara Jelajah Gizi. Gunungkidul, teman-teman Blogger dan Wartawan yang menjadi peserta, I will be miss you all. Dan untuk semua staff Sari Husada, Nutrisi Untuk Bangsa, all crew dan semuanya saya ucapkan terima kasih atas acara yang sarat wawasan ini.