KAPTEN CILIK (Rahasia Agar Anak Menjadi Pribadi Seorang Pemimpin Yang Bertanggung Jawab Dan Tidak Mudah Menyerah)

Oleh yuisetyowati 29 Sep 2013

    Dalam sebuah dongeng klasik Jerman, alkisah ada seorang anak lali-laki bernama Hans yang rela menukar emas yang dimilikinya dengan seekor keledai. Tidak lama kemudian, keledai itu ditukar lagi oleh Hans dengan seekor sapi, yang lalu ditukarnya lagi dengan seekor angsa. Tidak selesai sampai disini saja. Oleh hans, angsa tersebut ditukar dengan batu, yang akhirnya di cemplungkan ke dalam sumur. Meskipun kehilangan harta bendanya, diakhir cerita, Hans digambarkan merasa bahagia sebab ia tidak harus membawa apa pun yang memberatkan dirinya.

            Mendengarkan cerita tersebut kita mungkin berfikir bahwa betapa bodohnya Hans membiarkan dirinya kehilangan harta benda. Namun, di balik kisah ini ada pelajaran positif yang dapat kita pelajari yakni meskipun melakukan kesalahan demi kesalahan, Hans tetap bisa berbahagia karena ia menerima kesalahannya dan mengambil sisi positif dari kesalahan tersebut. Selain cerita klasik tersebut kita juga dapat mendapatkan nilai positif dari beberapa film.

            Mungkin Anda masih ingat dengan film Batman, film yang disukai oleh berbagai kalangan usia ini menceritakan tentang seorang pria yang bernama Bruce (pemeran Batman) tetap setia menjadi pahlawan dan melindungi masyarakat walaupun ia telah di kucilkan oleh masyarakat. Diceritakan bahwa Bruce seorang pengusaha besar di Amerika. Selain menjadi seorang pengusaha, dia juga memiliki kepribadian yang lain sebagai seorang pahlawan. Batman alias Bruce selalu membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Tapi suatu ketika Batman kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Batman tidak lagi berjaya seperti dulu dan semakin terpuruk. Namun diakhir cerita Batman kembali menjadi pahlawan dan memenangkan pertarungan dengan musuhnya.  
 
Gagal itu wajar
             Seperti perkataan salah seorang tokoh di film Batman, “Dan kenapa kita jatuh, Bruce? Agar kita bisa belajar untuk bangkit.”? Kalimat tersebut merupakan satu contoh perkataan tokoh di dalam film batma,  dari perkataannya kita dapat menarik pelajaran yang postif dari film tersebut. Pelajaran positif yang dapat diambil perkataan tokoh tersebut adalah bahwa seseorang yang sukses di dunia tidak terlepas dari kata gagal. Gagal merupakan sesuatu yang harus dimakan bulat-bulat dan dari sebuah kegagalan, kita akan belajar bagaimana untuk tidak mengulangi kesalahan. Kegagalan sering kita alami sebagai seorang manusia, begitu juga anak Anda. Anak Anda pasti juga pernah merasa gagal akan sesuatu.

Anda pasti sering melihat anak Anda sedih dan kesal ketika nilai ulangan sekolahnya jelek atau ia tidak menang dalam suatu perlombaan. Memang merasa merasa kesal karena tidak lagi menjadi yang terbaik merupakan hal yang wajar. Sebagai seorang ibu, Anda harus tetap memotivasi anak untuk terus mencoba dan berusaha. Berikan ia penjelasan untuk belajar dari kegagalannya tersebut. Katakan padanya bahwa kegagalan itu merupakan hal yang wajar. Setiap orang pasti pernah gagal, tapi setiap orang belum tentu mampu bangkit dari kegagalannya tersebut. Ajarkan anak Anda untuk berbuat yang lebih dan meraih sukses di kemudian hari.

Manusia tahan banting

            Individu seperti Hans, dalam istilah psikologi disebut resilient type person atau individu tipe elastis yang memiliki sifat tahan banting dan tidak mudah hancur saat mendapat tekanan kuat. Untuk membuat anak Anda memiliki sifat tahan banting sebagai seorang ibu sebaiknya Anda memberikan aksih sayang, memerhatikan kemajuan yang dicapainya, mendukung segala kemampuannya dan tetap mencintainya meskipun ia berbuat kesalahan atau memiliki kekurangan,akan membuat anak kuat dan sanggup bertahan dalam hidupnya. Psikolog menyebut cara merawat anak seperti itu dengan “cara mendidik menurut model kekuatan dan kepercayaan”. Sedangkan cara mendidik yang berlawanan dengan model ini adalah “model defisit” yaitu orang tua memfokuskan diri pada kelemahan dan kekurangan anak.

Orang tua yang Pede

Mempercayai anak dan menerima anak apa adanya, dapat dilakukan jika orang tua sendiri percaya diri terhadap kompetensinya sebagai orang tua. Orang tua yang percaya diri akan rileks dan tenang merawat anak. Sikap itu dirasakan anak, sehingga ia juga tenang dan mempercayai orang tuanya 100%.

Mempercayai anak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membiarkan anak melakukan tugas-tigas secara mandiri, sesuai kemampuan usianya, misalnya: makan, mengancingkan baju dan merapikan mainan. Jangan terlalu membantunya. Biarkan anak yang memutuskan bila ia membutuhkan bantuan dari Anda.

Seorang anak membutuhkan bimbingan untuk dilindungi dan diberi kebebasan. Tugas orang tua adalah menyeimbangkan keduanya. Untuk memustuskan kapan membiarkan dan kapan melarang anak, seorang psikolog memberikan rumus “satu kata “tidak” sepadan dengan 5 kata “ya”, dan jawablah pertanyaan anak dengan sungguh-sungguh”.

Rutinitas bagi si Kecil

              Berbagai ritual yang Anda kenalkan sejak dini sangatlah penting sebab memaski usia satu tahun, kedekatan si Kecil dengan Anda sebagai ibu akan membentuk dasar perkembangan emosional, intelektual, motorik dan fisiknya. Misalnya kebiasan Ayah dan Bunda untuk bercerita kepada si Kecil sebelum tidur akan mengembangkan kemampuan berbahasa dan imajinasinya.

              Kemudian kenalkan rutinitas dan kebiasaan-kebiasaan baik pada tahun pertama kehidupan si Kecil. Misalnya cuci tangan sebelum makan, mengembalikan mainan setelah digunakan. Jika Anda dapat membentuk kebiasaan baik sejak tahun pertama kehidupannya, maka akan lebih mudah menanamkan kebiasaan baik yang lain pada tahap selanjutnya.

           Rutinitas akan membuat anak menjadi lebih mandiri. Pujilah si Kecil bila ia mengerjakan rutinitasnya tanpa disuruh agar ia senang melakukannya. Menurut ahli, pujian yang baik adalah pujian yang menjelaskan kepada anak bahwa ia telah melakukan perilaku yang benar. Misalnya: “Kamu memang hebat, mau mengambilkan bonekamu ke tempatnya setelah bermain”.

Disiplin bagi anak

Penanaman nilai-nilai atau kebiasaan-kebiasaan baik pada anak dapat dimulai dengan disiplin. Disiplin adalah serangkaian aturan, rewards (ganjaran) dan punishments (hukuman) yang ditujukan untuk membentuk kontrol diri anak, agar si Kecil terpacu untuk meningkatkan perilaku positif seperti yang Anda harapkan.

Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengajarkan disiplin kepada anak dengan efektif adalah:

  1. Jelaskan kepada anak aturan-aturan yang akan Anda terapkan. Guanakan kalimat-kalimat yang sederhana dan tidak terlalu panjang agar mudah dimengerti anak.
  2. Memuji anak ketika ia melakukan perilaku-perilaku yang Anda harapkan. Misalnya katakan kepadanya, “Wah..hebat ya kamu bisa menghabiskan makanan dengan cepat.”
  3. Tetapkan hukuman kalau anak melakukan perilaku yang tidak Anda harapkan. Sebelum memberi hukuman, beritahu dengan jelas perilaku apa yang tidak Anda sukai dari anak. “Bunda tidak suka kalau kamu menaruh bonekamu sembarangan setelah bermain”. Kalau sudah lebih dari setengah jam si Kecil tidak juga membereskan mainannya, “Cukup ya, kamu tidak boleh main boneka ini lagi”. Dengan cara ini diharapkan akan menumbuhkan pemahaman pada si Kecil bahwa kalau ia tidak memmbereskan mainnya, Bunda akan mengambil mainannya dan ia tidak bisa bermain dengan mainan itu lagi.
  4. Jadilah contoh yang baik. Kalau Anda ingin si Kecil melakukan perilaku-perilaku yang Anda harapkan, tunjukkan kepadanya bahwa Ayah dan Bunda juga melakukan perilaku-perilaku yang sama. Berikan penghargaan kepada anak Anda bila ia melakukan sesuatu yang Anda harapkan. Misalnya berikan ucapan terimakasih dan pujian kepada anak Anda karena telah melakukan sesuatu yang baik.

Tanggung Jawab untuk si Kecil

              Tanggung jawab adalah hal penting yang harus dimiliki anak untuk bisa sukses dalam hidupnya di masa dewasa kelak. Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri anak sesuai dengan prinsip ke 3 dari “5 Prinsip Positive Parenting”, yaitu menanamkan nilai-nilai positif dan kebiasaan baik secara konsisten, langkah awal si Kecil tumbuh bertanggung jawab bisa dimulai dengan menanamkan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan positif secara konsisten sejak ia berusia dini, misalnya saja terbiasa membereskan mainannya yang berserakan atau mengembalikan barang pada tempatnya.

              Membiarkan anak melakukan suatu kewajiban dapat mengasah kemampuanya dan membuatnya lebih percaya diri. Jadi, apabila yang dikerjakan si Kecil kurang sempurna, bairkan saja Bunda, jangan selalu membantunya. Karena membuatnya merasa mampu mengerjakan sesuatu lebih penting daripada bagaimana cara ia mengerjakannya.

 #LOMBABLOGNUB