KEBALASANMU TIDAK SEBANDING DENGANKU IBU

Oleh HABY MUHAMMAD ARJU 15 Oct 2013

                 Awal dari hidupku adalah dilahirkan dari seorang ibu. Dia adalah Tokoh yang tak kenal sakit. Hidupku selalu berpaku pada dirinya. Saat aku merasa nangis ataupun sedih dialah tempat bersandarku. Aku selalu sedih saat keluargaku adalah keluarga yang miskin, itu selalu membuatku merasa sedih dan hina, namun ibuku tak kenal ada kata sedih, dia selalu berjuang tanpa balasan hati untuk mencari sesuap nasi demi anaknya yaitu aku.

                 Hidup ini memang pahit, dengan perubahan zaman yang makin mencekam, rakyat kecil makin diabaikan, sungguh sedih. Namun perjuangan ibu tetap saja tekad yang bulat “demi anakku ku abaikan dunia fana ini”. itulah kata ibuku.
“Ibu… Mengapa engkau begitu tabah. Sudah dua puluh tujuh tahun seperti ini mengapa ibu masih tetap tabah. Aku sangat bangga padamu ibu, engkau selalu membuatku nangis tentang kerja kerasmu, aku tak tahu harus bagaimana membalasmu ibu.”

                “Ibu tolong jadikan aku menjadi pemimpin.” Itu adalah perkataanku pada ibuku karena dia memiliki sifat angkuh. 
Itu membuatku menjadi tahu bahwa hidupku ini harus kubalaskan. Dan pertama yang ingin kubalaskan walaupun tak seberapa dengan jerih payah ibu, aku telah meringankan ibuku dengan kerja dirumah seperti, bersih-bersih, nyuci, menyiapkan makan saat ibuku pulang. Itulah ringan pertamaku, dan selanjutnya aku mulai bersama disamping ibuku mencari sesuap nasi melawan pahitnya kehidupan ini, yaitu menjadi pedagang kaki lima (PKL). Dia mengajarkanku tentang tawar-menawar, menarik pelanggan dengan suara kencangnya seperti macam ini  Itu membuat aku menciptkan pula suara penarik pelanggan begini “Yang menjauh silahkan mendekat, dan yang mendekat silahkan merapat”. Itu adalah pengalamnku saat membantu orang tuaku menjadi seorang pedagang kaki lima, dan saat itu aku masih duduk dibangku sekolah dasar. Dia ibuku seorang yang tak kenal rapuh.

           

                 Dan terus berlanjut sampai aku duduk dibangku sekolah dasar menengah pratama (SMP). Saat itu aku sudah dapat membayar sekolahku sendiri. Namun impianku masih jauh harus ku lalui. Namun ibuku selalu mensupportku untuk mengejar impianku itu. Dan impianku itu adalah menjadi seorang pemimpin agar rakyat kecil tidak makin diabaikan lagi, itulah mengapa aku ingin menjadi seorang pemimpin ataupun menjadi Presiden negara ini. Hingga waktu terus bergulir aku tetap mencari uang demi masa depanku dan keluargaku ini. Masih aku duduk dibangku SMP dari hasil jari payahku itu selalu ku tabung, namun tabungan itu selalu bocor disebabkan krisis ekonomi keluargaku berkurang ataupun yang tak terduga. Namun aku tetap mencari rizki tak kenal ngeluh walau terpakai.

           Dan berlanjtu aku beranjak dewasa sampai saat ini. yaitu duduk dibangku sekolah dasar kejuruan (SMK). Aku telah memiliki tekad dari titisan seorang ibu, yang telah memberi ku suatu aenda kehidupanku agar aku tetap hidup di dunia ini. saat aku telah madiri 80% mengapa madiri 80%? Karena aku telah cari makan sendiri, ibu dan ayahku pulang malam. Jadi yang membuat aku telah mandiri 80%.

              Dan sampai sekarang ku tulis artikel ini. aku masih kelas 3 SMK. Kubuat artikel ini sebener

nya memang kisah asli dan disamping itu pula jika ini menjadi yang terbaik maka aku telah meringankan Ibuku, kalau saja artikel atau isi blog ini menjadi yang terbaik. Berarti perjuangan ibuku terhadapku dari kecil sampai sekarang, benar tak sia-sia.
Sebenarnya pula inilah isi pesan singkat hatiku padanya dan tak ada yang akan membandingkanya.
“Ibu kaulah nomer satu
Ibu kaulah nomer dua
Ibu kaulah nomer tiga”.

               Dan ibuku pernah meminta padaku dan dia berkata “halby kapan halby mau hajikan ibumu ini?” halby adalah nama panggilanku dan nama asliku Haby Muhammad Arju ku jawab dengan “tunggu waktu yang menjawab”. Permintaan ibuku itu adalah targetku tahun besok dari tahun ini. Dan jika tak bisa menghajikan insyallah minimal Umroh kucapaikan kepadamu ibu.
Dari artikel ataupun kisah ini aku ingin ini adalah tempat pacuanku untuk mengejar impian kedua orang tuaku dan Impianku.
Dan aku ingin memberi kata bijak pada pembaca untuk berpamitan.
“Aku berdiri untukmu, aku tertidur untuknya, dan aku bergerak untuk semuanya” (haby muhammad arju)