Kegemukan pada Balita akibat Gula Tambahan

Oleh Mutia Anggun Sayekti 19 Jul 2011

Adanya pemikiran bahwa anak-anak bertubuh gemuk adalah sehat, kini harus segera diubah. Hal itu ditegaskan oleh Prof. Dr. dr. Boerhan Hidayat SpA (K), spesialis anak RSUD Dr. Soetomo yang sekaligus Guru Besar Universitas Airlangga, Surabaya.

Penegasan Boerhan didasari dengan makin meningkatnya junlah anak obesitas di Jatim dan Jakarta yang pertumbuhannya lebih dari 15%.

Salah satu penyebab anak obesitas, karena mengonsumsi gula tambahan yan berlebih . Menurut USDA (United States Department of Ariculture), definisi gula tambahan adalah gula dan sirup yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman saat proses atau persiapan, kecuali gula alami yang terdapat pada buah (fruktosa) dan susu (laktosa). Jenis-jenis gula tambahan antara lain adalah sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Gula tambahan biasanya terdapat di cookies, cakes, permen, dan susu untuk anak, selain itu juga ada pada minuman bersoda dan junkfood.

Merujuk pada hal tersebut, membaca label pada kemasan menjadi sangat penting. Kita harus membaca daftar komposisi pada setiap kemasan untuk menentukan darimana adanya sumber gula yang akan dikonsumsi. Perhatikan berbagai istilah gula tambahan lainnya yang terdapat dalam komposisi kemasan produk yang akan dikonsumsi anak. Apakah berasal dari gula merah, gula jagung, sirup jagung,dextrose, fruktosa, glukosa, sukrosa sirup jagung dengan dengan tinggi fruktosa, maltosa, malt syrup atau yang berbahan gula mentah.

Pada Agustus 2009, American Heart Association (AHA) merekomendasikan asupan gula tambahan maksimal untuk anak usia 14-36 bulan adalah 4 sendok teh gula tambahan perhari, sedangakan untuk anak usia 4-8 tahun adalah 3 sendok teh gula tambahan perhari.

Rasa manis dari gula tambahan akan menimbulkan ketagihan pada anak. Itulah mengapa menurut Prof Boerhan masalah obesitas menjadi masalah di abad XXI yang paling serius. “Karena itu perlu ada pengaturan pola makan pada balita. Terutama bila dua orang tuanya memang sudah gemuk.” paparnya.

Pola makan harus diawasi terutama anak-anak umur 4-5 tahun sekarang banyak mengonsumsi susu dan makanan anak lainnya. Setidaknya saat minum susu, disarankan para orang tua memilih susu dengan kadar gula rendah. Selain itu obesitas juga daoat dicegah dengan mengurangi asupan energi dan meningkatkan keluaran energi dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik dan modifikasi pola hidup si anak.

Bila obesitas dialami sejak dini, anak-anak dapat menderita diabetes tingkat dua (bukan keturunan), hipertensi dan berisiko terserang penyakit jantung. Obesitas juga berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Terutama pada aspek perkembangan psikososialnya.

Sumber : Tabloid Nyata Edisi II Mei 2011 , halaman 56 , judul artikel “BERTUMBUHNYA ANGKA KEGEMUKAN PADA BALITA HARUS DICEGAH” dengan sedikit perubahan.