Kesehatan Anak Di Mulai Dari Kesehatan Ibu

Oleh adiitoo 05 Mar 2012

Pagi ini, ketika saya membaca berita kesehatan di situs berita online, saya dikejutkan oleh 1 artikel yang membuat kepala ini geleng-geleng, ngeri sekaligus ngilu. Bagaimana bisa, seorang ibu di London karena saking takutnya gemuk, hanya mempunyai berat badan sebesar berat badan sepupu saya yang duduk di bangku SMP. Hanya 25 kilogram. Yang sadisnya, wanita bernama Katy Basset ini sedang mengandung buah cinta ia dan suaminya. Gila. Setau saya, seorang ibu ketika mengandung harus mempunyai nutrisi yang bagus dan tentunya dalam keadaan sehat wal’afiat.

Saya jadi teringat beberapa waktu lalu secara iseng bertanya ke ibu, berapa berat badan saya ketika lahir dulu. Karena selama ini, orang hanya tahu, kalau saya memiliki tubuh besar dan banyak yang mengira ketika lahir berat saya pun sudah besar. Ternyata, tidak. Ketika lahir berat saya hanya 2.6 kilo dan lahir secara normal. Tapi, begitu menginjak usia 6 bulan berat saya sudah normal karena tidak pernah lepas dari ASI. Ibu mengatakan, beliau rela berhenti dari bekerja demi aktif memberikan ASI eksklusif.

Klik gambar untuk mengetahui sumbernya

Memang benar, sih, ASI itu wajib hukumnya. Dan pastinya, demi menjaga supaya ASI nya tetap ada, seorang ibu tidak lupa menjaga kesehatan dan pola makannya. Perlu diingat, sehat disini bukan berarti tidak (boleh) sakit, melainkan lebih kepada tahan dari berbagai penyakit, dan tentunya punya daya tahan tubuh yang mempuni. Tahannya bisa dari penyakit infeksi akibat patogen/penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Seperti diabetes, kanker, dan jantung koroner (via: wikipedia)

Nah, sedangkan untuk terhindar dari penyakit infeksi atau penyakit daya tahan tubuh caranya cukup sederhana, kok. Ibu cukup mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna setiap harinya.

Pada hakekatnya, setiap manusia sangat butuh akan semua jenis gizi. Baik itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Apalagi untuk seorang ibu yang sedang mengandung, dan akan melahirkan yang mengharapkan nutrisi terbaik untuk sang buah hati. Bener, dong? Kalau seorang ibu cuek-cuek bebek terhadap asupan gizi untuk dirinya sendiri, bagaimana dengan pertumbuhan buah hatinya kelak? Toh, masing-masing dari gizi itu memiliki fungsi yang sangat bermanfaat sekali. Karbohdirat untuk energi, protein untuk pembangun tubuh, lemak untuk melarutkan vitamin, serta vitamin dan mineral untuk metabolisme.

Belakangan ini saya ditakutkan oleh maraknya kaum hawa yang merokok. Tak jarang, banyak wanita yang merokoknya lebih aktif ketimbang pria. Apalagi kalau sampai kecanduan. Duh, kalau sudah seperti ini, mikir 2 kali, deh, untuk mempunyai anak.

Ada lho, 1 kunci untuk dayan tubuh tinggi. Yaitu: diversifikasi makanan. Diharapkan setiap harinya asupan makanan yang masuk ke tubuh selalu bervariasi. Misalnya, sayur dan buah berbeda setiap harinya. Termasuk jenis protein dan kalsiumnya harus berbeda pula. Susu penting bukan hanya karena kadar kalsiumnya tapi juga kadar proteinnya. Kalau misalnya sewaktu-waktu dimana seorang ibu eneg meminum susu, demi tetap mendapatkan kalsium, si ibu bisa mendapatkannya dari daun-daun berwarna hijau seperti brokoli, bayam, sawi, daun singkong, dan daun pepaya.

Klik Gambar Untuk Mengetahui Sumbernya

Sekarang ini, untuk menerapkan diversifikasi makanan pada anak memang agak sedikit sulit. Kebanyakan anak-anak itu pemilih, ngga mau inilah, ngga mau itulah. Sebenarnya tidak, kalau si ibu sudah aktif mengenalkannya kepada si anak ketika mereka masih kecil. Di saat-saat seperti inilah seorang ibu tidak boleh menyerah. Jangan sampai si anak lebih memilih makanan berbau junk food dan makanan olahan cepat saji lainnya, ketimbang sayuran dan buah-buah-an.

Di sinilah peran ibu untuk memperkenalkan makanan sehat sejak dari kandungan. Menurut ilmu yang saya dapat dari seorang teman bernama, Tazy, kesukaan anak pada sayuran dimulai dari dalam kandungan. Makanya, pada saat hamil diharapkan seorang ibu pintar-pintar dalam memilih makanan. Kalau banyak mengkonsumsi makanan asin, otomatis si anak pun kelaknya akan doyan sama makanan berasa asin. Padahal, kalau terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat menyebabkan hipertensi. Apalagi kalau kebanyakan MSG (Mono Sodium Glutama), bisa bahaya. Mmang, sih, sampai detik ini belum terbukti kalau kebanyakn mengkonsumsi MSG bisa bikin IQ anak rendah. Tapi yang pasti, konsumsi sodium akan ikut meningkat juga. Bagaimana dengan kecap, dan sejenisnya. Seperti saus tiram dan teriyaki. Boleh saja, asal jangan berlebihan, ya, bu. Kan kesehatan bunda, kesehatan kita juga.

Wah, kalau ibu sadar akan hal itu, Insya Allah produksi ASI akan bagus. Pada dasarnya, ASI eksklusif diberikan sampai usia anak 6 bulan. Tak jarang, ada yang terus menerus sampai usia anak 2 tahun. ASI diberikan secara on demand, jadi terserah sama si buah hati, mau kapan saja mesti diberikan. Ada juga complementary feeding. Complementary feeding adalah makanan selain ASI. Kalau dulu, ibu saya memberikan saya biskuit yang di benyek. Ternyata katanya itu salah, lebih baik dikasih bubur. Buburnya dicampur sama protein, lemak dan sayuran. Dan biasanya diblender. Kalau bisa jangan terlalu encer, karena kalau encer energy density -nya bakalan rendah, selain itu biar mengenalkan bayi pada makanan yang agak padat. Baru, deh, kalau si buah hati sudah memiliki gigi, diberikan biskuit.

http://nutrisiuntukbangsa.org/blog-writing-competition/