Kiat Menyampaikan Pendidikan Seks Sesuai Usia

Oleh Nutrisi Bangsa 04 May 2014

ptg02773415

Sahabat nutrisi,

Memberikan pendidikan seks pada anak, terutama yang berusia dini, bukan hal yang mudah. Masih banyak orangtua merasa canggung membicarakan hal tersebut, sebagian masih merasa seks adalah hal yang tabu dibicarakan.

Padahal jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai pengetahuan seksualitas, anak-anak yang rasa ingin tahunya demikian besar akan mencari informasi dari sumber lain. Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena dengan tidak adanya pengawasan dari orangtua, mereka dapat saja terjebak pada pornografi.

Menurut seksolog dan dosen senior dari University of Sydney, Dr Patricia Weerakon, orangtua bertanggung jawab dalam memberi pendidikan seks yaitu tentang bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, memiliki bayi, ekspresi seksual, dan nilai-nilai.

“Tidak berbicara pada anak soal pendidikan seks demi pembelajarannya berarti kita memberikan kesempatan pada mereka saat remaja nanti beralih ke internet untuk mendapat pendidikan seks,” kata Weerakon.

Lalu bagaimana caranya memulai memberikan pendidikan seks pada anak?

Berikut ini beberapa kiat dalam memberikan pendidikan seks sesuai umur anak:

1. Usia 0-3 tahun,

Orangtua dapat memberitahu dan memperkenalkan nama-nama bagian tubuh, termasuk alat-alat kelamin seperti penis dan vagina. Ajari anak perilaku yang boleh dilakukan di rumah dan di tempat umum, misalnya tidak mengenakan pakaian dalam saja baik di rumah apalagi bermain di luar rumah, menutup tubuhnya dengan handuk seusai mandi. Jika sedang berada di tempat umum, orangtua harus membiasakan anak untuk tidak buang air kecil atau berganti baju di tempat terbuka. Orangtua juga harus membiasakan anak agar berpakaian sesuai jenis kelamin sejak dini, agar anak tidak mengalami kebingungan identitas seksual.

2. Usia 4-5 tahun,

Orangtua sudah bisa mengajarkan bagian-bagian tubuh secara lebih lengkap, terutama bagian reproduksi. Biasanya anak sudah mulai bertanya darimana bayi berasal, dan orangtua dapat menjelaskan hal ini dengan sederhana. Ajarkan anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah milik pribadi dan harus dijaga baik-baik dan tidak memperlihatkan secara sembarangan. Tekankan pada mereka bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain, jelaskan bahwa mereka mempunyai hak dan boleh menolak segala bentuk pernyataan kasih sayang yang disampaikan melalui sentuhan fisik. Jangan memaksa anak untuk memeluk atau mencium oranglain jika ia tidak menginginkannya agar anak dapat belajar menyatakan penolakannya. Hal ini penting karena banyak pelaku pelecehan seksual anak adalah orang-orang terdekat.

3. Usia 6 - 9 tahun

Di rentang usia ini, orangtua dapat memberikan penjelasan lebih detil mengenai perbedaan lelaki dan perempuan, organ-organ reproduksi serta peristiwa reproduksi. Kita dapat mengajak anak mengamati perkembangan hewan dan tumbuhan untuk menjelaskan peristiwa tersebut. Ajarkan anak untuk menjaga kebersihan diri terutama alat kelamin. Hal ini terkait dengan mempersiapkan anak menghadapi masa pubertas. Tekankan agar anak menolak dan berteriak sekeras-kerasnya jika diperlakukan tidak wajar seperti diminta membuka pakaian, dipeluk, atau sentuhan pada alat vital oleh teman maupun orang dewasa lain. Minta anak untuk menceritakan peristiwa yang terjadi sehari-hari secara terbuka agar orangtua dapat segera memperoleh informasi jika terjadi hal-hal yang tidak biasa.

4. Usia 9 - 12 tahun

Orangtua dapat memberikan informasi lebih lengkap tentang perubahan-perubahan pada tubuh anak menjelang masa puber yang datangnya berbeda-beda pada setiap individu. Ajarkan anak bagaimana menyikapi menstruasi atau mimpi basah sebagai hal yang normal dari tahap perkembangan individu. Di rentang usia ini berikan informasi mengenai kesehatan alat kelamin. Mulailah membahas penting dan berharganya diri serta tubuh mereka. Dan dampingi serta batasi apa yang sebaiknya mereka akses dan tidak, untuk mengantisipasi pengaruh media dan internet.

5. Usia 12 - 18 tahun

Di rentang usia ini, anak sudah termasuk kategori remaja, dan mulai tertarik dengan lawan jenis. Bicarakan dengan anak mengenai masalah cinta, dan batas-batas dalam hubungan dengan lawan jenis, jangan lupa juga untuk membahas konflik-konflik dalam hubungan pertemanan mereka. Dorongan seksual di usia ini meningkat, oleh karena itu tekankan juga pentingnya perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk hubungan seksual. Ajarkan konsekuensi biologis, psikologis dan sosial jika mereka melakukan hubungan seksual secara bebas. Beritahu juga, terutama untuk anak perempuan, bahwa kasih sayang semasa pacaran tidak ditunjukkan dengan aktivitas seksual. Jika si pacar marah karena keinginan untuk berhubungan seksual ditolak, maka hal itu berarti dia tidak mencintai dan bukan orang yang bertanggungjawab.

Keterbukaan orangtua dalam menyampaikan informasi pada anak merupakan hal yang sangat penting. Jika anak sudah bertanya maka sesungguhnya hal ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk menjelaskan, tentunya harus disesuaikan dengan usia anak.