Kisah ASI dan Cita-Cita Anak Hebat

Oleh andri saptono 21 Oct 2013

 

Aku Anak Sapi

Sebenarnya kasih sayang seorang ibu adalah yang langsung membentuk sistem pertahanan tubuh dan kualitas kecerdasan kita. Terutama dengan pemberian ASI eksklusif saat kita masih bayi. Saya berharap semua anak Indonesia ini tanpa terkecuali bisa mendapat ASI eksklusif dari ibu mereka dan bukan dari susu kaleng.

Kebetulan, saya punya pengalamanketika kecil tidak disusui dengan ASI oleh ibu saya sendiri, tetapi disusui oleh sapi. Maksudnya,untuk mengatakan bahwa saya disusui dengan susu kaleng pabrik.

Ya, ini memang kekurangan. Masih saya ingat ibu menyimpan bekas dot itu hampir satu karung plastik yang semuanya sudah berlubang pucuknya karena saya tidak puas dengan lubang kecil tempat keluar air susu itu. Inginnya saya lubang tempat keluar air susu itu besar biar segera kenyang. Hehe…

Tetapi pada tahap awal pertumbuhanitu juga saya sering sakit-sakitan dan mudah demam.Bisa dipastikan sebenarnya hal itu karena asupan ASI ketika kecil sangat kurang. Apalagi saya malah sama sekali tidak mendapatkan ASI ekslusif yang luar biasa itu.

Dan hal ini pula yang amat memprihatinkan anak-anak di jaman sekarang. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan ASI ekslusif dari ibu mereka karena faktor kesibukan orang tua. Entah itu sebagai wanita karier atau enggan menyusui bayi karena takut bentuk payudara yang berubah bentuk menjadi jelek. Padahal hal itu sangat besar pengruhnya pada tumbuh kembang anak.

ASI yang diberikan 2 tahun menyiapkan psikis dan fisik anak untuk menghadapi dunia. Kedekatan dengan orang tua juga akan membuat anak menjadi lebih bahagia dan lebih matang.

Masa Golden Age

Ada lagi masa golden age bagi anak. Pendampingan anak di sini secara langsung dari orang tua bukanlah sebuah kerepotan yang perlu dikhawatirkan. Jangan puladianggap akan membuat pekerjaan kita terganggu. Bahkan banyak dari orang-orang hebat baik dari publik figur atau tokoh-tokoh besar, mereka sangat dekat dengan ibu mereka pada usia golden age ini. Kedekatan itu mempunyai efek yang besar pada masa akan datang. Terutama dalam menyiapkan emosi dan empati anak menghadapi lingkungannya.

Sangat disayangkan banyak orang tua sekarang yang memilih menitipkan anak pada pengasuh, baby sitter atau tempat penitipan anak. Mereka menganggap dengan banyak teman, anak tidak kesepian dan bisa gembira. Peran orang tua digantikan oleh teman, pengasuh dan kadang mainan. Ketika dewasa mereka jauh dan tidak dekat dengan orang tua, banyak dari orang tua itu yang akhirnya mengeluh mengapa tidak bisa dekat dengan anak mereka, bahkan merasa tidak mengenali anak-anak mereka sendiri.

Anak-anak sebenarnya hanya menginginkan seorang yang selalu ada bersama mereka. Dan hal itu tak lain adalah ibu mereka sendiri.Atau kadang kita melihat anak dimasukkan ke taman bermain pada usia yang masih dini sekali. Mereka gege mongso menganggap anak akan lebih cepat pintar dan bisa menulis atau menghapal jika lebih dulu sekolah sejak dini. Padahal kondisi anak sebenarnya secara natural tidak menginginkan semua itu. Anak hanya ingin dekat kepada orang tua dan kasih saya mereka yang tak tergantikan dengan segala aspek lain.

Terkadang pola pikir kita sebenarnya memengaruhi bagaimana membentuk seorang anak yang hebat. Jika seorang ibu yang lebih mementingkan urusan di luar, niscaya tak akan bisa mempunyai anak yang hebat, apalagi ingin mencetak seorang pemimpin hebat. Bahkan Rasulullah pernah bersabda, untuk memerhatikan pengajaran kepada anak dengan benar-benar. Termasuk jangan membohongi mereka walaupun mereka tidak paham. Memberikan hukuman ketika usia 10 tahun jika tak sholat dengan dipukul (tentu saja bukan pukulan membahayakan). Lebih jauh lagi, bahwa sebuah negara akan baik jika perempuan (para ibu) di negara itu adalah mempunyai kualitas yang baik. Dan sebaliknya, sebuah negara akan rusak jika perempuan ( para ibu) di negara tersebut juga rusak.

Lebih dalam lagi, seorang harus dipahamkan kedudukan mereka di tengah keluarga. Mereka tak lain adalah pemimpin keluarga. Tapi mereka juga harus patuh dan taat pada pemimpin rumah tangga, yaitu suami. Karena tanpa adanya kepatuhan dan ketaatan, biduk rumah tangga akan menjadi ajang pertempuran kepentingan sehingga akan menyulut perceraian dan perpecahan. Lagi-lagi bila ini terjadi, korbannya yang sangat rentan terluka adalah anak-anak dan perempuan yang lebih lemah kondisinya.

Dan yang tak bisa dilupakan adalah seorang ibu yang bercita-cita tinggi ingin mempunyai anak hebat, tidak bisa tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan yang bagus. Latar belakang pendidikan bagus tidak harus selalu yang tinggi. Namun yang sedikit itu haruslah mencukupi dalam kualitas. Contohnya, para ibu-ibu di Jepang. Walaupun mereka berpendidikan tinggi, tapi mereka tidak merasa rendah dengan hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah. Mereka berpendapat bahwa mendidik anak itupun juga memerlukan pendidikan tinggi.

Begitulah,bisa disimpulkan kasih sayang ibu untuk mendidik pemimpin yang hebat itu adalah wajib. Pun menyiapkan sebagai seorang ibu yang berkualitas hebat itu juga sebuah keharusan. Ibu hebat pasti menghasilkan anak hebat. Wallahu a’lam bish showab

 

 

untuk ibuku tercinta, yang kasihnya padaku paling hebat sedunia.