Lontong Balap, Murah dan Sehat

Oleh aghla 15 Oct 2012

Kalau kamu berkunjung ke Surabaya, tak ada salahnya untuk mencoba satu hidangan khas Surabaya yang satu ini: Lontong Balap. Namanya yang unik mungkin banyak membuat orang bertanya-tanya makanan macam apa ini. Apa hubungannya dengan mobil balap atau arena balap? Ternyata nama ini ada sejarahnya, tapi itu akan saya jelaskan nanti.

Di tengah gempuran budaya luar di negeri kita ini yang memperkenalkan kita dengan ayam goreng renyah ala Sang Kolonel, bento dan ramennya orang Jepang, sampai dengan steak ala Amerika, beruntung masih ada warisan budaya lokal yang tersisa untuk kita nikmati.

Sepiring lontong balap terdiri dari beberapa potong lontong, segenggam irisan tahu goreng, beberapa bongkah kecil lentho—semacam perkedel yang terbuat dari singkong dan kacang hijau/kacang tolo, disiram dengan segunung taoge kuah bening. And there you have it. Kalau mau, bisa menambah sate kerang dan sambal petis ke penjualnya. Sluuurp… nikmat tiada tara.

Dalam seporsi lontong balap, kita sudah mendapatkan karbohidrat dari lontong, protein dari tahu, lentho, dan sate kerang, serta manfaat vitamin dan mineral dari taoge yang kita semua tahu kaya akan vitamin E. Satu hidangan sederhana tapi ternyata sarat gizi dan mengenyangkan.

Konon dulu para tukang lontong balap menjajakan dagangannya di sekitar Pasar Wonokromo—salah satu pusat niaga yang cukup besar di Surabaya. Karena banyak tukang lontong balap yang berjualan dan terbatasnya lahan untuk mereka, maka seringkali mereka berjalan cepat-cepat, berpacu—atau balapan—dengan sesama penjual untuk mendapat lokasi yang strategis di pasar. Atas dasar inilah hidangan ini terkenal dengan sebutan lontong balap.

Di lingkungan rumah saya di Surabaya, setiap hari masih ada (walaupun mulai jarang) tukang lontong balap keliling yang mendorong gerobaknya mengitari kampung-kampung. Biasanya pedagang keliling ini mulai beredar sekitar pukul 10 pagi, waktu yang pas untuk seporsi jajanan penunda lapar sebelum makan siang. Brunch kalau kata orang bule. Hehehe… Satu lagi, kita tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa menikmati menu sederhana yang satu ini. Seporsi lontong balap biasanya dijual dengan harga antara lima ribu hingga sepuluh ribu rupiah saja. Jadi, sehat itu tidak selalu mahal kan?