Mikaila untuk Dunia

Oleh Mia Aulia 17 Oct 2013

Apa itu Pemimpin?

SoekarnoPemimpin adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memberi contoh kepada orang lain, sehingga orang lain akan mengikuti apa yang dilakukannya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Secara alamiah, setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri. Jadi, pemimpin untuk diri sendiri, berarti seorang yang memiliki kemampuan untuk memimpin/memotivasi diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang akan mendatangkan manfaat dan kebaikan baik untuk diri pribadi maupun orang lain.

Seorang pemimpin besar tidak muncul melalui proses yang instan, tetapi melalui proses panjang dan membutuhkan banyak hal penunjang yang akan memupuk sikap kepemimpinannya tumbuh menjadi kuat. Begitu pula dengan pemimpin kecil(anak-anak) yang bakal menjadi pemimpin besar di masa datang, prosesnya tidaklah semudah membalikan telapak tangan, tetapi membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Pembentukan seorang pemimpin tidak dapat dilepaskan dari peran seorang ibu, dimana dia berperan secara langsung sebagai pendidik dari mulai seorang manusia berada di dalam kandungan, hingga akil baligh dan menentukan jalan hidupnya sendiri juga menjadi pemimpin untuk orang lain.

Membentuk Seorang Pemimpin

Peran ibu dalam mempersiapkan seorang pemimpin kecil, dimulai semenjak belum terjadi pembuahan, pada saat kehamilan, dan setelah seorang anak lahir ke dunia untuk tumbuh dan berkembang menjadi seorang manusia sejati yang sehat jasmani dan bermartabat.

Persiapan membentuk seorang pemimpin, meliputi aspek fisik dan mental.

Fisik
1. Menjaga Pola Makan
Sebelum dan masa kehamilan seorang ibu haruslah lebih memperhatikan asupan gizi yang dimakannya, hal ini karena kebutuhan yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk bakal manusia lain yang ada di dalam rahimnya, dan sepenuhnya masih bergantung pada dirinya.
Pada saat sebelum terjadi kehamilan, seorang calon ibu harus menjaga kesehatan badan terutama rahimnya yang kelak akan menjadi media tumbuh kembang calon manusia baru. Untuk menyiapkan rahim dan badan yang kuat pada saat kehamilan, hendaknya seorang calon ibu senantiasa menjaga asupan makanan yang baik supaya stamina tubuhnya tetap prima dan memiliki daya tahan yang kuat dalam menangkal bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh yang dapat membahayakan dirinya dan bakal anaknya yang dikandungnya.

Sebelum hamil, seorang calon ibu hendaklah mulai memperhatikan makanan yang baik untuk kesehatan dirinya, terutama organ reproduksinya. Karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesehatan alat reproduksi, seperti rahim, dan indung telur yang berperan menghasilkan “bibit-bibit” manusia.

Menurut ilmu kesehatan, baik tidaknya hasil suatu pembuahan tergantung dari kualitas sel telur dan sperma dari kedua orang tuanya. Banyak bukti medis yang mendukung hal ini, misalnya saja jika kualitas sel telur atau sperma tidak baik, akan menyebabkan janin menjadi cacat, baik fisik maupun mental. Dengan demikian kedua orang tua bertanggung jawab menyiapkan bakal pemimpin yang terbaik yang sehat lahir batinnya, dengan cara mengkonsumsi makanan yang baik dan menyehatkan. Kedua orang tua tidak boleh merokok, minum minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obat terlarang. Sedangkan dari sisi agama, dilarang untuk memakan makanan yang tidak halal, atau dari jalan yang tidak baik, karena sifat tidak baik ini akan diturunkan pada anak yang dikandung.

Setelah anak lahir, haruslah tetap memberikan asupan gizi yang baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anaknya. Berikanlah ASI Ekslusif dari mulai bayi lahir hingga umur 6 bulan, dilanjutkan hingga anak berumur 2 tahun. Selanjutnya makanan pendamping ASI haruslah disesuaikan dengan usia anak, dan tetap memperhatikan kandungan gizinya. Anak dibiasakan untuk makan 3 kali sehari, diselingi cemilan sehat, dan minum susu. Jika anak sedang susah makan, tetap perhatikan asupan gizinya dengan melakukan substitusi makanan. Misal, jika anak sedang tidak mau makan nasi, ganti dengan mie, kentang, dan kue-kue. Jika asupan makan besarnya berkurang, tapi susu masih mau minum, berikan susu lebih banyak dari porsi biasanya.

2. Olah Raga Teratur

Proses kehamilan merupakan proses berat yang membutuhkan stamina tubuh yang prima, karena pada kondisi ini seorang ibu tidak lagi dituntut hanya mengurus dirinya sendiri, tetapi juga untuk bayi yang sedang dikandungnya yang akan dibawa kemana-mana, umumnya selama lebih kurang 36 – 40 minggu.

Untuk mendapatkan kondisi tubuh yang prima, diperlukan latihan fisik yang teratur, sehingga badan menjadi terlatih menghadapi kondisi yang lebih berat dari biasanya(sebelum hamil). Oleh karena itu, seorang wanita yang nantinya akan menjadi seorang ibu, hendaklah selalu mendisiplinkan diri untuk berolah raga, supaya badannya senantiasa sehat, bugar, dan terhindar dari berbagai macam penyakit.

Bagi seorang wanita, kebiasaan berolah raga hendaknya tetap dijaga sampai kapanpun, tidak hanya sebelum hamil, pada saat hamil, maupun sudah melahirkan, karena seorang ibu akan selalu dituntut dalam kondisi yang sehat dan bugar untuk menjaga, mengasuh, dan mendidik anaknya. Apalagi jika ibu tersebut juga memiliki kewajiban bekerja di luar rumah. Setelah dia lelah berkutat dengan pekerjaan di kantor, sampai di rumah pun kewajiban masih tetap menunggunya, misalnya: bermain dengan anak, atau jika anak-anaknya sudah sekolah, dia harus siap membimbing pelajaran anak-anaknya di sekolah.

Jika kondisi badan seorang ibu tidak fit, atau menderita sakit yang berat, bagaimana mungkin dia akan melaksanakan tugas besarnya itu dengan baik?

Idealnya seorang pemimpin, haruslah memiliki badan yang sehat dan kuat. Untuk mendukung tujuan ini, seorang ibu seharusnya menanamkan pola makan yang baik sejak usia dini. Baik dari sisi waktu, jenis makanan, dan cara pemberian makan. Semua hal ini akan memberikan hasil yang optimal untuk kesehatan dan tumbuh kembang si kecil.

Usia balita (0 – 5 tahun) merupakan masa pertumbuhan otak dan badan si kecil , oleh karena itu seorang ibu harus berusaha menjaga supaya si kecil tidak sering sakit, karena hal ini akan menggangu pertumbuhannya secara optimal. Ibu harus mulai menanamkan pola makan yang baik, dengan menjaga waktu makan, jenis makanan yang sesuai dengan usianya, serta pola pemberian makanan, misalkan dengan tidak membiasakan si kecil makan di tempat terbuka atau kotor yang dapat menimbulkan masuknya kuman-kuman penyakit ke dalam tubuh.

Selain terbiasa mengkonsumsi makanan yang bergizi, ibu dan bayi juga harus beristirahat yang cukup, karena dengan beristirahat tubuh akan mendapatkan waktu untuk melakukan regenerasi dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Anak yang sedang tumbuh, jangan dibiasakan untuk tidur larut malam. Hal ini akan menimbulkan berbagai penyakit, seperti anemia, yang menyebabkan anak menjadi lesu.

3. Ketenangan pada Saat Melahirkan
Jika tidak ada kendala apapun dari sisi ibu dan bayi, maka usahakan untuk melahirkan secara alami. Bayi yang dilahirkan secara alami dan mendapatkan banyak oksigen pada saat dilahirkan, cenderung memiliki otak yang cerdas. Untuk melahirkan dalam keadaan tenang dan tidak stres, seorang ibu harus melakukan latihan relaksasi. Untuk mendapatkan ketenangan itu, seorang ibu harus berpikir bahwa proses melahirkan adalah sebuah hal yang alamiah, tidak hanya manusia, binatang pun mengalami proses ini, jadi melahirkan bukanlah suatu hal yang menakutkan. Kehamilan adalah suatu anugerah, dan kehadiran buah hati yang sudah dibesarkan di dalam rahim selama 9 -10 bulan itu hendaklah menjadi suatu yang ditunggu-tunggu, sehingga prosesnya akan dinikmati sebagai suatu hal yang menyenangkan, bukan siksaan.

Mental
1. Relijius
Agama berasal dari 2 kata, a artinya “tidak”, gama artinya “kacau”. Dengan demikian secara harfiah agama diperlukan oleh manusia supaya hidupnya tidak kacau. Sedangkan relijius dapat diartikan sebagai sikap mental manusia yang menyangkut pautkan aktivitas hidupnya dengan aturan agama, sehingga sikapnya tidak menimbulkan kekacauan dan kerugian untuk diri dan lingkungannya.

Seorang ibu, sebagai guru pertama untuk anak-anaknya, hendaknya selalu dekat dengan agama, hal ini untuk membekali anak-anaknya supaya hidup terarah dan sesuai dengan ajaran agama. Sikap mental relijius ini harus ada sepanjang hidup seorang wanita, terlebih lagi jika dia sudah memiliki anak. Karena seorang ibu yang memiliki pemahaman agama yang baik, bertakwa atau taat beribadah, maka dia akan senantiasa memiliki kesabaran dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Jika jauh dari agama, wajar jika seorang ibu merasa tertekan dengan tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan kewajiban terhadap anak-anaknya. Sikap relijius akan membuat kita selalu merasa tenang, terarah, bahagia, dan ringan dalam menjalani setiap rutinitas kehidupan.

2. Berpikir Positif
Kebiasaan berpikir positif pada saat sebelum hamil akan menyebabkan seorang calon ibu selalu mendapatkan ketenangan, senantiasa bersemangat dan bahagia. Kebiasaan ini harus terus dijaga, terutama pada saat dirinya hamil, karena dengan kebiasaan berpikir positif, anak yang dikandungnya pun akan merasakan hal yang sama dengan ibunya.

3. Senantiasa Belajar dan Menuntut Ilmu
Kebiasaan belajar dan menuntut ilmu, akan membuat calon ibu memiliki pengetahuan yang memadai tentang kehamilan yang sehat, resiko kehamilan, mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada saat hamil, serta berbagai kondisi yang harus diketahui, misal: ketuban pecah, eklampsia, dan sebagainya. Dengan pengetahuan ini seorang calon ibu akan bersiap dan lebih tenang dalam menghadapi kondisi yang mungkin akan dialaminya.

Seorang calon ibu yang sedang hamil juga tetap mempelajari banyak ilmu, sehingga dia terbiasa berpikir, misalnya: mengisi teka-teki silang, memecahkan soal-soal matematika dan fisika, mengisi soal-soal ujian, dan sebagainya . Disadari atau tidak, kebiasaan ini akan dirasakan juga oleh janin yang sedang dikandungnya, sehingga kelak bayinya akan menjadi orang yang cerdas.

4. Rajin atau Tidak Suka Bermalas-Malasan
Kondisi badan seorang wanita yang sedang mengandung biasanya kondusif untuk bermalas-malasan. Tetapi jika seorang calon ibu bermalas-malasan, maka kondisi tubuhnya akan menjadi lemah, karena badan yang kurang bergerak akan menyebabkan badan menjadi sakit/pegal, darah yang tidak lancar akan mengendapkan bibit penyakit sehingga tidak bisa dibuang keluar dari tubuh.

Jadi biasakanlah untuk selalu bergerak, tetapi jangan berlebihan hingga menyebabkan kelelahan, karena akan membahayakan keduanya.

Jika ibu hamil biasa aktif, maka bayinya pun akan terbiasa untuk aktif. Begitupun pada saat anak sudah lahir, ibu harus memberikan contoh untuk tidak bermalas-malasan, misalnya membersihkan dan merapikan rumah secara teratur, dalam arti tidak terbiasa dalam kondisi rumah yang berantakan dan kotor. Dengan demikian, anak akan melihat bagaimana ibunya bersikap dan terbiasa dengan lingkungan yang teratur dan bersih, dengan sendirinya anak juga akan mencontoh.

5. Menjadi Teladan yang Baik
Anak kecil merupakan makhluk penjiplak, dia “lead by example”, atau akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Contoh pertama dan paling dekat yang dia lihat adalah sosok kedua orang tuanya, terutama ibunya. Ibu adalah sosok pertama yang ditiru anak semenjak masih di dalam kandungan, seperti yang ditulis dokter Rene Van de Carr, dalam bukunya “Cara Baru Mendidik Anak sejak dalam Kandungan”.

Banyak sekali contoh, bahwa jika ibu hamil sering marah-marah, maka anak yang dilahirkannya pun akan menjadi orang yang pemarah. Begitu juga dengan anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang pemarah, kemungkinan besar anaknya pun akan menjadi seorang pemarah.

Oleh karena itu, jika anak ingin suka membaca, maka orang tuanya terlebih dahulu harus suka membaca. Jika anak ingin menguasai teknologi, maka orang tuanya tidak boleh gaptek, harus lebih canggih dan tahu banyak hal. Jika ingin memiliki anak yang pintar berpidato,  terlebih dahulu orang tuanya harus memberikan contoh untuk berani berbicara di depan banyak orang, meskipun misalnya hanya memberikan sambutan pada perayaan ulang tahun anak, memimpin rapat keluarga besar, atau pada acara-acara di lingkungan rumah dimana anak-anak dapat menyaksikan langsung orang tuanya berbicara di depan khalayak umum.

Tanpa harus susah payah menyuruh dan memerintah, anak akan meniru dengan senang hati apa yang sering dilihat dan didengarnya.

Menjadi teladan yang baik, termasuk di dalamnya adalah memberikan lingkungan sosial yang baik, dengan memilih tempat tinggal yang orang-orang sekitarnya berperilaku baik. Jika memiliki anak yang masih kecil, hindari lingkungan dimana orang-orangnya biasa bertutur kata kotor dan kasar, menghina dan mengejek, bersikap tidak sopan, jahat, dan sebagainya.

6. Membekali dengan Ilmu yang Bermanfaat
Rumah sebagai sekolah pertama untuk anak, haruslah menjadi tempat yang menyenangkan untuk anak dalam menuntut ilmu. Begitupun, ibu sebagai guru pertama dalam hidup seorang anak, haruslah merupakan guru yang hebat, dengan gaya mengajar yang mengasyikan dan disenangi oleh muridnya(anak-anaknya).

Ilmu pertama yang diajarkan oleh ibu adalah ilmu bahasa, mungkin karena itulah ada istilah “mother tongue”. Seorang ibu hendaklah mengajarkan anak bahasa dan cara berkomunikasi yang baik, tidak membentak, tidak berkata-kata kasar, tidak mengumpat dan mengejek. Jika berbuat salah, harus berani mengucapkan kata maaf, jika diberi sesuatu harus mengucapkan kata terima kasih, intinya anak harus diajarkan untuk santun dan bertutur kata yang sopan.

Setelah ilmu bahasa, ajarkanlah ilmu agama, jika beragama Islam, mulailah membiasakan anak untuk membaca doa sebelum melakukan sesuatu, misalnya: membaca doa sebelum makan, doa keluar rumah, doa sebelum tidur, mengucap salam, dan lain-lain. Seiring dengan pertambahan umur anak, tambah pula hapalan doa dan surah-surah al Quran, tentunya dengan cara yang menyenangkan tanpa membebani anak untuk menghapalnya.

Makin bertambah umur anak, tambahlah ilmu-ilmu lainnya yang mungkin akan bermanfaat untuk kehidupan anak di kemudian hari. Tetapi ilmu-ilmu tambahan ini sebaiknya diberikan dengan memperhatikan minat dan bakat anak. Misal: ilmu bela diri, ilmu seni, dan lain sebagainya.

7. Mendidik Anak untuk Bebas tetapi Bertanggung Jawab
Anak sebaiknya diberi kebebasan untuk melakukan banyak hal yang ingin diketahuinya, tetapi dia juga harus mengetahui resiko dari apa yang dilakukannya, dengan demikian dia akan dididik untuk bertanggung jawab.

Anak pada usia balita, umumnya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap suatu hal. Orang tua dan orang-orang di sekitarnya sebaiknya memfasilitasi keinginantahuan anak, tanpa mengabaikan resiko yang mungkin timbul dari apa yang dikerjakan si anak. Jika hal-hal yang ingin diketahui anak, mengandung unsur berbahaya, maka orang tua lebih baik memberikan pengertian yang benar, tanpa harus memarahai ataupun membohongi dan menakut-nakuti secara berlebihan. Berikan penjelasan yang mungkin akan bisa diterima oleh akal sehat si anak. Karena, jika anak yang terbiasa dimarahi, maka dia akan hidup dalam rasa tertekan. Jika anak terbiasa ditakut-takuti, maka dia akan merasa was-was dan khawatir.

8. Sistem Reward and Punishment

Seperti halnya manusia dewasa, anak kecil juga merupakan individu yang membutuhkan apresiasi dan pengakuan dari lingkungannya. Jika dia melakukan hal yang baik, orang tua jangan sungkan untuk memuji, atau memberikan hadiah. Sebuah pujian, semisal hanya sebuah kata “bagus”, mungkin sepele, tapi bisa berdampak besar terhadap orang yang dipujinya, misalnya anak menjadi termotivasi untuk berbuat lebih baik lagi, atau bersemangat untuk menciptakan sesuatu yang lebih hebat lagi. Pujian terhadap suatu prestasi, dapat juga menumbuhkan rasa percaya diri, karena dia merasa diakui keberadaannya. Jadi, jangan segan untuk memuji prestasi anak, atau berikan hadiah yang dia idamkan, sehingga dia memiliki semangat untuk berbuat lebih baik lagi.

Selain berbuat baik, anak kecil juga sangat mungkin berbuat tidak baik, bisa karena keinginannya sendiri, atau karena pengaruh dari lingkungannya. Jika anak berbuat tidak baik, orang tua harus berusaha mencegah, meminimalisir supaya tidak terjadi lagi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan hukuman. Bentuk hukuman ini, jangan sampai mencelakakan ataupun menyakiti anak, tapi cukuplah membuat anak menjadi berhati-hati dan berusaha tidak melakukan kesalahannya lagi. Sebisa mungkin jangan berupa hukuman fisik, tetapi lebih ke “warning”. Misalnya: jika anak melempar mainannya, ibu tidak perlu mencubit, cukup bilang “Kalau kamu melempar mainan lagi, ibu gak mau belikan mainan lagi ah…”, atau jika anak tidak mau membereskan mainannya, ibu tidak perlu marah-marah, cukup bilang “Bereskan mainannya yuk?Kalau gak dibereskan ibu gak akan ajak lagi ke toko buku deh…”, dan jika anak melakukan perintah yang ibu suruh, jangan lupa untuk memberikan “hadiah”, apapun itu, meskipun hanya sebuah ciuman sayang untuknya, atau ucapan terima kasih.

Jika anak melakukan suatu kesalahan, ibu harus mencari tahu penyebabnya. Jika hal itu karena meniru sikap orang di sekitarnya, maka sebaiknya diperbaiki dulu keadaan itu. Seringkali kita tidak menyadari bahwa kesalahan anak tidak sepenuhnya kesalahan dia sendiri, ada juga karena faktor kelalaian kita sebagai orang tua. Atau jika anak sudah berinteraksi dengan dunia di luar rumahnya, kemungkinan besar dia akan meniru apa yang dia dapat dari lingkungannya. Sebelum memberikan hukuman kepada anak, terlebih dahulu hindarkan dia dari penyebab kesalahannya dulu. Jika sudah dihindarkan tetapi anak masih melakukan kesalahan tersebut, barulah berikan hukuman yang memberi efek jera, bisa berupa hukuman fisik yang tidak menimbulkan luka atau kerusakan badannya, misalnya: mencubit kecil tanpa membuat rasa sakit, yang penting anak harus bisa mencamkan bahwa dia sudah berbuat kesalahan dan tidak boleh melakukannya lagi.

Banyak sekali contoh kesalahan yang dilakukan anak, yang sebenarnya hal itu merupakan akibat dari kelalaian orang tua, misalnya anak jadi suka memukul-mukul, padahal orang tuanya tidak pernah memukul. Coba periksa gadgetnya, apakah ada games atau aplikasi-aplikasi perangkat lunak yang menampilkan kekerasan seperti itu? Contoh yang sedang marak adalah aplikasi PC tablet yang menampilkan kucing yang ditoyor-toyor kepalanya, anak-anak umumnya suka melihat hal itu, tapi apakah orang tua menyadari dengan seringnya melihat tampilan seperti itu, akan tertanam di benak anak bahwa memukul-mukul kepala kucing atau orang lain adalah sesuatu yang lucu. Jadi sebelum menghukum anak karena memukul kepala kita, sebaiknya hapus dulu aplikasi itu dari tabletnya, berikan pengertian bahwa apa yang dilakukan di games tersebut bukan perbuatan yang baik, dan berikan peringatan bahwa jika masih bersikap seperti itu ia akan mendapatkan hukuman.

Mikaila

Siapa Mikaila?
Nama lengkapnya Mikaila Arhami Syakira Aulia. Cukup panjang, sepanjang perjalanan kami memperjuangkan kehadirannya di muka bumi ini. Meskipun ada pepatah “Apalah arti sebuah nama?”, tapi kami memberi nama ini sebagai hadiah berupa doa yang akan selalu menyertai, selama hidupnya.

Mikaila berasal dari nama salah satu malaikat, Mikail, yaitu bertugas membagikan rezeki kepada seluruh makhlukNya. Semoga dengan nama ini, anak kami akan memiliki sifat yang ringan memberi dan berbagi kepada sesamanya.

Arhami, berasal dari kata Arham (artinya “penyayang”), dengan nama ini kami mendoakan Mika menjadi manusia yang hatinya senantiasa dipenuhi rasa kasih dan sayang, sehingga dia tidak menjadi manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi, tidak menyakiti makhluk hidup, dan tidak merusak benda mati.

Syakira, berasal dari kata Syakura(artinya “senantiasa bersyukur”), dengan nama ini kami mendoakan Mika menjadi manusia yang senantiasa bersyukur dengan apapun yang dimiliki, dan keadaan bagaimanapun yang harus dijalaninya, tidak berkeluh kesah.

Mika lahir dari hasil perjuangan panjang, doa dan ikhtiar kedua orang tuanya, terutama saya yang saat itu mengidap kista endometriosis, dan antibodi tinggi. Perjuangan kami sebelum dipercaya mendapatkan Mika hingga proses kelahirannya, dapat dibaca di sini:
http://embikumiracle.wordpress.com/2008/10/14/tetap-ikhtiar-cek-hormon/, http://embikumiracle.wordpress.com/2008/10/17/tetap-tawakal-hasil-tes/, http://embikumiracle.wordpress.com/2009/02/16/tetap-ikhtiar-asaanti-sperm-antibody/, http://embikumiracle.wordpress.com/2009/06/24/tetap-ikhtiar-tes-alergifrt-nfrt-dan-pre-pli/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2009/06/28/tetap-ikhtiar-pli/, http://embikumiracle.wordpress.com/2009/10/24/test-scheduled/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2009/10/25/embi-terapi-herbal/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2009/10/26/embiperjalanan-panjang-menjemput-si-kecilpart3/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2009/10/27/embiperjalanan-panjang-menjemput-si-kecilpart4/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2009/12/10/embiperjuangan-trimester-pertama/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2010/09/14/embi-akhirnya-40-minggubagian1/,
http://embikumiracle.wordpress.com/2010/12/29/embi-akhirnya-40-minggubagian2/

Balita Bilingual
Berhubung belum ada pengalaman mendidik anak, saya dan suami tidak tahu bahwa anak balita sudah memiliki kemampuan bahasa dari usia kurang dari 1 tahun, padahal sebelum punya anak, saya sudah memiliki rencana program dan metoda pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak saya kelak. Tetapi di luar dugaan, atau mungkin semacam “by accident”, anak kami Mika justru sudah mengenal bahasa Inggeris semenjak usianya belum genap 1 tahun. Pada saat Mika belum bisa bicara, dia selalu seksama memperhatikan acara yang ditontonnya, semacam proses “merekam”, setelah dia sudah bisa bicara, maka keluarlah kosa kata yang sudah tersimpan di memorinya.

Niat awal kami memberikan tontonan dari luar negri, adalah untuk “menyelamatkan” Mika dari tontonan televisi lokal yang tidak bermutu, dan tidak layak ditonton oleh anak seusianya. Kami tidak ingin Mika melihat orang marah-marah, atau bersikap yang tidak baik, seperti yang selalu ditampilkan di sinetron-sinetron juga reality show televisi kita. Selain itu, saya juga tidak ingin Mika menjadi konsumeristik dengan menonton iklan-iklan produk yang tidak baik untuk anak seusianya. Kami yakin, anak kecil akan mudah meniru apa yang dilihatnya, maka kami memasang televisi berbayar dengan tujuan tersebut di atas.

Sedikit cerita tentang kemampuan bahasa Mika, dapat dibaca di sini: http://embikumiracle.wordpress.com/2013/10/03/mikaila-anak-bilingual-anugerah-atau-masalah/

Pola Makan
Semenjak Mika sudah mulai makan makanan pendamping ASI, saya membiasakan Mika untuk makan MPASI-nya 3 kali sehari, meskipun pada saat itu saya belum full mengasuh Mika, tapi saya tetap meminta pengasuhnya untuk menjalankan aturan ini, yaitu:
• Setiap makan, tidak boleh sambil bermain maupun nonton TV, hal ini supaya Mika fokus pada makanannya, sehingga bisa lekas habis. Hal ini juga untuk menanamkan kebiasaan pada Mika, supaya dia tahu kapan waktu makan, kapan waktu bermain.

Pernah beberapa kali di sekolah, anak-anak kelasnya Mika biasanya diperbolehkan makan sambil bermain, saya melihat teman-temannya Mika disuapi oleh ibu atau pengasuhnya, karena Mika sedang asyik bermain dengan teman-temannya, akhirnya saya mencoba membujuk Mika untuk makan bekal sekolahnya, atau minum susunya. Tapi tidak lama kemudian, Mika memuntahkan lagi apa yang sudah dimakannya atau diminumnya. Mungkin karena perutnya tidak biasa diisi jika sedang bergerak aktif, maka keluarlah semuanya. Karena sudah beberapa kali terjadi, saya tidak berani lagi untuk meminta Mika makan sambil bermain. Lebih baik menyuruhnya untuk diam dulu hingga makanannya masuk sempurna ke dalam perutnya, atau membiarkan Mika bermain, baru disuruh istirahat untuk makan sambil duduk, dan tidak boleh melakukan hal lain selain makan/minum.

• Makan tidak boleh di luar rumah, apalagi sambil jalan-jalan. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman-kuman dari udara ke dalam makanan.

Pola makan yang saya terapkan untuk Mika, dapat dibaca di sini: http://embikumiracle.wordpress.com/2012/11/09/mensiasati-anak-balita-yang-susah-makan/

Rasional dan Mandiri
Kedua sifat ini makin terlihat pada saat Mika sudah bersekolah, dimana kami bisa melihat bagaimana Mika berinteraksi dengan dunia di luar rumahnya. Berikut ini beberapa hal sikap Mika yang berkaitan dengan hubungan sosialnya.

1. Mudah diberi Pengertian

Sejak kecil, Mika sudah kami biasakan untuk berpikir rasional dan analitis terhadap lingkungan sekitarnya. Kami biasa memberi penjelasan sebab-akibat tentang suatu hal, sehingga biasanya Mika tidak mengulang kesalahan yang sama jika dia sudah merasakan akibat dari sikapnya. Misal, jika lantai masih agak basah setelah dipel, dan Mika terpeleset karena lari-lari, maka kami akan menjelaskan bahwa lantai yang basah itu licin, dan akan membuat yang menginjaknya menjadi jatuh terpeleset, sehingga lain kali Mika harus menunggu lantainya kering dulu baru boleh berjalan di atasnya.

Kejadian lain, pada hari pertama masuk sekolah, Mika masih malu-malu dan terus menempel pada ibunya, sehingga saya pun harus mendampinginya masuk ke kelas, selama lebih kurang 5 hari pertama sekolah. Tetapi di hari pertama sekolah, Mika langsung berani ke depan, cerita lengkapnya bisa dibaca di sini. Sedikit-sedikit saya berikan pengertian kepada Mika, bahwa tidak ada orang yang jahat di dalam kelas, terutama ibu guru, sayang sekali pada anak-anak semuanya. Saya berusaha meyakinkan Mika tentang hal ini, melalui hal-hal yang dia sukai, seperti menyanyi.

Berikut petikan lagu di sekolah pertamanya, yang saya jadikan “alat” untuk membangun kepercayaan diri Mika di sekolah:

“Aku anak PAUD tidak takut dan malu, karena guruku sangat sayang padaku.
Ayah dan ibu silakan pulang dulu, bila waktunya pulang ayah ibu jemput aku…”

Saya selalu mengajaknya menyanyi bersama, kapanpun, dimanapun. Mungkin karena begitu seringnya dicekoki syair lagu itu, akhirnya Mika yakin bahwa dia harus berani sendiri masuk kelas, tidak ada yang perlu ditakutkan karena “gurunya sangat sayang padanya” dan “ayah ibunya akan menjemputnya lagi pada saat jam sekolah sudah selesai”. Mungkin karena sudah ada pengalaman sekolah, begitu saya pindahkan sekolahnya, di hari pertama sekolah, Mika langsung berani sendiri, tanpa perlu saya ikut masuk ke dalam kelasnya.

Contoh rasionalitas lain, jika Mika sedang sakit dan tidak mau minum obat, saya akan memberi penjelasan bahwa jika Mika sakit, teman-temannya akan dilarang oleh ibunya untuk bermain bersama Mika, karena Mika akan menyebabkan temannya menjadi sakit juga, oleh karena itu jika mau sembuh dan bermain lagi dengan teman-temannya, Mika harus mau makan yang banyak, minum obat dan tidur. Cara ini masih saya pakai hingga sekarang. Mungkin karena itu juga, Mika jika sakit tidak sampai berhari-hari.

2. Tidak Rewel dan Jarang Menangis

Semenjak bayi, Mika jarang sekali rewel atau menangis, kecuali dia benar-benar sakit parah. Pernah suatu saat tetangga kami berkomentar “seperti tidak ada bayi”, karena begitu jarangnya Mika menangis. Kebiasaan ini ternyata berlanjut hingga sekarang. Saya sering tidak tahu kalau Mika sedang sakit, karena dia tidak pernah rewel atau uring-uringan, kesehariannya Mika cukup aktif dan ceria, tetapi pada saat dia tidur, jika bantalnya basah karena iler, kemudian Mika terjaga dan tiba-tiba nangis barulah saya tahu kalau Mika sedang sariawan.

Hal lainnya jika Mika sembelit atau susah buang air besar, Mika tidak pernah nangis, hanya wajahnya saja yang nampak bingung dan menahan sakit. Saat itu saya tanya, apakah perutnya sakit, dan dia jawab iya. Kemudian saya beri penjelasan, bahwa jika Mika gak mau makan sayur dan buah-buahan, maka buang airnya akan sakit. Biasanya setelah itu dia akan patuh jika disuruh minum jus buah atau sayuran. Di kemudian hari, pada saat dia kesulitan buang air besar lagi, dia akan mendahului menceramahi dirinya sendiri dengan mengulang penjelasan yang pernah saya sampaikan padanya. Begini celotehan Mika pada saat menasihati dirinya sendiri :”Jadi harus minum jus, makan sayur…biar mpupnya tidak sakit…”. Syukurlah, saya tidak perlu mengulang-ulang nasihat yang sama, dia sudah mengomeli dirinya sendiri, hehe.

3. Mengajak Orang Lain untuk Melakukan Sesuatu

Mika senang sekali mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu yang menurut dia sangat menyenangkan, misalnya pada saat dia menonton acara televisi favoritnya dia akan mengajak orang lain di dekatnya untuk melakukan hal yang dia lakukan, yaitu menari dan menyanyi. Di rumah, yang selalu menjadi “korban” adalah saya, mau gak mau harus menemaninya menari dan menyanyi di depan televisi.

Setelah sekolah,saya juga sering melihat Mika mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu, seperti mencari daun-daunan, mencari ulat di pohon, main jungkat-jungkit, dan lain-lain.

Begini cara Mika mengajak teman-temannya: “Kita nyari daun yuuuk??”, atau “Ayo kita maen up and down yoook !” (up and down, maksudnya jungkat-jungkit).

4. Bermain dengan Siapa saja
Kebiasaan Mika ini saya ketahui dari laporan guru wali kelas Mika. Ibu guru cerita bahwa Mika tidak hanya nurut sama guru walinya saja, tetapi sama semua guru di sekolah, baik guru TK maupun PG. Bu guru juga cerita bahwa Mika bisa bermain dengan siapa saja, semua temannya di kelas, maupun teman-teman kakak kelas (anak-anak TK) pada saat bermain bersama di taman.

Saya juga pernah melihat, Mika ikut berbaris dengan kelas TK pada saat pulang sekolah. Mungkin karena di kelasnya (PG) tidak diwajibkan berbaris sebelum pulang, maka dia gabung ke kelas TK saja. Untungnya ibu guru TK tidak melarang Mika, meskipun ada anak TK yang melarang Mika ikut berbaris.

Saya juga mencoba memberikan teman sebanyak-banyaknya untuk Mika, misalnya meskipun Mika sudah pindah sekolah, saya masih berhubungan baik dengan para orang tuanya, dan kadang kami berkumpul di suatu tempat untuk bersilaturahim supaya anak-anak bisa berkumpul dan bermain bersama lagi. Selain itu kami juga kadang saling mengunjungi rumah satu sama lain, kadang Mika yang saya ajak ke rumah temannya, atau temannya yang saya undang ke rumah, dengan demikian Mika bisa tetap mengenal teman-temannya, meskipun sudah tidak satu sekolah lagi.

Kebiasaan ini pun masih saya terapkan kepada teman-teman di lingkungan sekolahnya yang baru, saya berharap Mika bisa bermain dengan siapa saja sehingga dia memiliki pergaulan yang luas dan teman yang sebanyak-banyaknya.

5. Penyayang
Dari kecil Mika tidak dibiasakan untuk melihat sikap yang kasar, baik dari kedua orang tuanya maupun dari lingkungan luarnya, termasuk tontonan televisi. Hingga saat ini, Mika tidak pernah menghina ataupun mengejek orang lain.
Pada saat saya masih bekerja kantoran, dan Mika dijaga oleh pengasuh, saya mengingatkan pengasuh untuk berbicara yang baik, tidak boleh menyalahkan orang lain, ataupun bersikap kasar terhadap orang lain. Alhamdulillah, hingga saat ini Mika tidak pernah menghina siapapun, bahkan bilang kata “jelek” pun saya larang, saya lebih suka menggantinya dengan kata “tidak bagus”, atau kata “nakal”, diganti dengan kata “tidak baik”. Jika Mika jatuh, kami tidak mengajarkan untuk menyalahkan lantai atau siapapun. Meskipun kaget dan khawatir, biasanya kami berusaha tetap tenang, dan membantu Mika untuk bangun, sambil bilang “Tidak apa-apa, lain kali hati-hati ya…”. Mungkin karena itulah, Mika jarang sekali menangis.

Hingga saat ini saya tidak pernah melihat Mika menghina, menyakiti anak lain. Mika lebih banyak memberi dan menyayangi orang lain. Bahkan terhadap binatang sekalipun.

Suatu saat, Mika sedang asyik melihat semut yang sedang menggotong bangkai semut lainnya, tiba-tiba seorang temannya datang dan menginjak semut-semut itu. Mika langsung sedih dan bilang, “Hei…jangan diinjak dong…!”, sambil melihat ke arah saya, Mika bilang “Bu…semutnya kita bawa ke dokter semut aja ya…?”, antara sedih dan geli mendengarnya, saya bilang “Iya, nanti kita cari dokter semutnya…”, kemudian saya bilang ke temannya Mika yang menginjak semut tadi, “Jangan injak semut lagi ya,Nak…karena kita juga akan sakit kalo diinjak,ya kan?”.

Sikap penyayangnya Mika terlihat juga pada kepeduliannya terhadap binatang. Mika sering sedih setiap melihat “doger monyet” di lampu merah. Waktu dia masih umur 2 tahun, ketika sedang nyanyi “No More Monkey Jumping on the Bed”, Mika mendadak menangis, pas lirik “...one fell off and bump his head…”, semenjak itu saya tidak mau mengajak Mika nyanyi lagu itu lagi, supaya Mika tidak sedih.

Juara 1 Lomba Busana
MikaPrestasi pertama Mika sebelum usianya genap 3 tahun, adalah menjadi juara 1 lomba busana untuk kategori umur 2 – 4 tahun pada peringatan hari Kartini di sekolahnya yang pertama, dan dia adalah siswa termuda di kelasnya yang berhasil menjadi juara.
Menjelang acara lomba busana, kegiatan sekolah lebih banyak pada latihan untuk persiapan lomba. Dari mulai latihan hingga hari-H acaranya, saya tidak pernah memaksa Mika untuk melakukan apa saja supaya dia menjadi juara. Saya berusaha tidak memaksakan keinginan orang tua pada umumnya, yang pasti akan sangat bangga jika anaknya juara, tanpa memperdulikan apakah anaknya terbebani atau tidak dengan keinginan orang tuanya ini. Saat itu, saya hanya ingin Mika melakukan sesuatu karena dia senang.

Yang saya lihat, pada saat latihan di kelas, Mika hanya menuruti perintah gurunya untuk berjalan ala peragawati. Begitupun pada saat lomba, sebelum masuk ke pentas, saya hanya memberi tahu Mika, bahwa dia harus berjalan ke depan ibu-ibu guru yang duduk di depan meja(dewan juri), kemudian dia harus menjawab apa yang ditanyakan kepadanya. Mika hanya mengangguk atas semua yang saya sampaikan. Saya pun tidak menuntut keras bahwa dia harus benar-benar melakukan semua yang saya instruksikan, bagi saya Mika berani maju ke pentas saja sudah cukup puas.

Piala

Pada saat Mika mendapat giliran untuk maju, tanpa rewel dan paksaan, dia melakukannya sendiri, persis seperti yang saya instruksikan padanya. Mika berjalan ke depan juri, menjawab semua pertanyaan yang diberikan padanya.

Berikut pertanyaan dan jawaban pada saat lomba:
Juri : “Assalamualaikum, Mika…”
Mika: “Kumsalam”
Juri: “Mika pake baju daerah mana?”
Mika: “Bali”
Juri: “Wah, banyak sekali bunganya…warna bunganya apa tuh?”
Mika: ”Yellow…”

Penonton berkomentar dan bertepuk tangan untuk Mika.

Setelah sesi tanya jawab selesai, ada kejutan dari Mika untuk saya, dan mungkin juga untuk para juri dan semua penonton, saat itu Mika berjalan ke ujung kanan dan kiri pentas, dan di setiap ujung pentas dia berhenti sambil memberikan hormat kepada penonton dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada, dan kakinya menekuk memberi hormat kepada hadirin. Penonton pun kembali bertepuk tangan untuk Mika.

Itulah prestasi pertama Mika di sekolah. Mungkin keberaniannya untuk maju, menjawab pertanyaan, dan melakukan sikap hormat yang tidak dilakukan anak kelompok umurnya yang lain itulah yang menjadikan Mika juara 1.

Hobi “Membaca” Buku dan Aktif
1. Buku adalah Benda Kesayangannya
geronimoSaya dan suami, kebetulan memiliki hobi yang sama, membaca buku, sehingga di rumah kami memiliki semacam perpustakaan kecil dengan koleksi sekian banyak buku favorit kami berdua. Setelah Mika lahir, koleksi buku bertambah dengan buku-buku untuk Mika.
Rupanya kebiasaan kami ini diwariskan pada Mika, dari kecil sudah terlihat bahwa dia memiliki ketertarikan terhadap buku yang lebih besar dibandingkan ketertarikannya pada mainan lain. Hingga sekarang pun, jika dibawa jalan-jalan ke mall, tempat favoritnya adalah toko buku. Mika paling tidak suka jika saya ajak ke toko baju, dia lebih memilih ikut bapaknya ke toko buku.

Meskipun belum bisa membaca dia senang berimprovisasi dengan apa yang dilihatnya. Biasanya jika ada buku cerita baru, saya cukup membacakannya 1 – 2 kali, di hari-hari selanjutnya Mika akan berceloteh sendiri menceritakan kembali apa yang sudah saya contohkan padanya atau dia mengarang sendiri jalan ceritanya.

Pernah suatu saat seorang teman meminjam buku-buku cerita Mika, setiap malam Mika menanyakan buku yang dipinjam itu, karena Mika hapal sekali buku-buku kesayangannya, jadi jika ada yang hilang dia pasti akan mencarinya.

2. Senang Menari dan Olah Raga

Hingga saat ini kegiatan di sekolah yang paling disenangi Mika adalah menari dan senam. Sedangkan untuk kegiatan di luar sekolah, Mika sangat senang berenang. Sekarang setelah dia bisa menjejak alas kolam khusus anak, dan senang mengapung dengan pelampung tangannya, Mika makin betah di kolam renang. Sulit sekali untuk membujuknya pulang.

3. Senang Musik dan Menyanyi
konserKetertarikan Mika akan musik dan nyanyi, mungkin disebabkan karena ibunya menyenangi kedua hal ini. Saya memilih nyanyi sebagai media belajar dan mendidik Mika, dari mulai mengandungnya dahulu, saat Mika masih bayi, hingga saat ini. Bahkan doa dan surah-surah kitab suci pun saya ajarkan dengan irama menyanyi, seperti dalam tulisan ini.

Kapan dan dimanapun saya bersama Mika, kami selalu bernyanyi bersama; saat mandi, jalan-jalan, bermain, berangkat sekolah, bahkan saat mau tidur. Saya sangat meyakini, bahwa kreatifitas seorang manusia akan muncul secara optimal jika dia dalam kondisi  senang dan bahagia. Jadi sebisa mungkin, Mika harus selalu dalam kondisi senang.

4. Senang Mengeksplorasi Hal-hal Baru

bino

Seperti halnya balita lain, Mika juga memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal. Untuk memfasilitasi keingin tahuannya ini, saya menjadikan apapun untuk jadi media eksplorasi Mika, baik di luar maupun di dalam ruangan.

Di dalam rumah, selama hal itu tidak berbahaya, saya biasanya membiarkan Mika melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Misal: dia senang sekali bermain air dispenser, saya memfasilitasinya dengan menyuruhnya mengisi botol-botol air untuk memasak. Mika boleh melakukan hal itu hingga dia bosan, tapi saya selalu menutup keran air panasnya, dan mengingatkan Mika bahwa dia tidak boleh menumpahkan air tersebut ke lantai, jika sampai tumpah ke lantai, maka dia akan dihukum dengan tidak boleh bermain-main lagi dengan dispenser tersebut. Pada awalnya cipratan air masih ada, lama-lama makin sedikit karena Mika melakukannya dengan hati-hati. Dengan demikian saya dan Mika mendapatkan keuntungan, saya mendapatkan botol-botol air sudah terisi, sedangkan Mika memperoleh kesenangan bermain air, dan kemampuan motoriknya pun makin terlatih. Banyak contoh-contoh lainnya yang biasa saya gunakan untuk memenuhi daya eksplorasi Mika, dari mulai belajar memakai baju sendiri, memasang kancing bajunya, memakai sepatu, menggunting-gunting kertas, membuat lukisan kertas tisu, memasang stiker pada benda-benda di dalam rumah, dan lain-lain. Meskipun kesenangan Mika tersebut membuat rumah menjadi kotor dan berantakan, tetapi saya selalu mengajak Mika untuk sama-sama membereskannya. Dengan menggunakan sistem reward dan punishment, Mika bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

lup

Seperti halnya kegiatan di dalam rumah, kegiatan di luar rumah pun saya memberi kebebasan kepada Mika untuk mengeksplorasi apapun yang dia ingin tahu, dari mulai mengamati batu, mengumpulkan daun kering, bunga,ranting,memegang atau memberi makan binatang, dan sebagainya.

Untuk memberikan pengetahuan alam sekitar, Mika biasanya kami ajak ke tempat-tempat yang mengandung unsur edukasi, dan bisa berinteraksi dengan lingkungannya. Tempat-tempat yang biasa kami kunjungi sebagai media belajar Mika antara lain: taman kota, sentra ikan hias, pasar tradisional, toko buku, kebun raya, stasiun kereta dan kereta apinya itu sendiri, busway, supermarket, kebun binatang, dan lain-lain.

Mikaila untuk Dunia

Sebagai ibu, saya hanya berusaha menjalankan kewajiban saya membekali Mika dengan ilmu yang bermanfaat, serta kebiasaan-kebiasaan yang baik. Apa yang sudah saya lakukan,  tentunya masih banyak kekurangan, dan saya masih harus terus belajar lagi menjadi ibu yang terbaik untuk Mika, dan adik-adiknya kelak. Setelah itu, mereka sendirilah yang akan menentukan jalan hidupnya.

Saya berharap apa yang sudah, dan akan saya lakukan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peradaban dunia, semoga saya mampu mempersembahkan pemimpin yang cerdas, kreatif dan inovatif, sehat dan kuat jiwa raganya, santun, punya kepedulian sosial, dan yang paling utama adalah memiliki ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Menjadi apapun Mika kelak di kemudian hari, semoga akan memberikan manfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Semoga Mika menjadi salah satu dari pemimpin-pemimpin kecil yang ada sekarang, juga pemimpin besar di masa yang akan datang.

Tulisan ini selain diikutsertakan dalam lomba penulisan blog Nutrisi Untuk Bangsa, saya persembahkan juga untuk Mikaila yang kelak akan menjadi seorang ibu. Suatu saat, jika Mika membaca tulisan saya ini, semoga Mika memiliki semangat dan bekal untuk membentuk generasi yang lebih baik dari generasi pendahulunya.

Semoga bermanfaat.

revisi-posterblog-writing-competition-1.5-04092013.resized