Pengokohan Karakter Dengan Keteladanan

Oleh Nani Mutiara Ibu 21 Oct 2013

Melihat hal baik yang dilakukan dengan kesadaran dengan ekspresi yang menyenangkan. Rasanya pengen tersenyum saja dan mengucap syukur sebanyak - banyaknya. Apa coba? Si Kecil buah hati kita mau menolong temannya yang jatuh saat bermain bersama.Atau Si Kecil dengan senyum manisnya membagikan kue kesukaannya kepada temannya yang melihat dengan tatapan ingin. Atau juga Jagoan kita itu bilang, “Bunda, hari ini apa yang bisa ku lakukan untuk bunda?”. Sambil matanya berbinar menyenangkan dipandang. Si Kecil buah hati kita sudah punya rasa empaty kepada sesama itu adalah hal yang luar biasa. Karena di usia mereka yang terkadang hanya berpikir senang untuk bermain, menjadi sosok dewasa bisa membuat kita bangga kepadanya. Dialah calon generasi yang bersinar yang membuat lingkungan sekitarnya benderang. Bagaimana Si Kecil bisa seperti itu ya? Rumah adalah istana bagi keluarga. Dalam rumah ada orang - orang yang bisa dia tiru kesehariannya. Ada apa di rumah? Apa saja yang terjadi di rumah? Bagaimana orang yang ada di rumah berinteraksi atau memperlakukannya? Itu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan emosioalnya, bahkan bisa jadi mempengaruhi bagaimana karakternya. Menjadi anak hebat kebanggaan keluarga atau menjadi anak yang buat banyak orang sebel saja. Semoga anak kita dijauhkan dari hal yang tidak kita inginkan. Sebenarnya, siapa yang paling bertanggung jawab atau yang paling bisa mempengaruhi tumbuh kembang karakter anak kita? Jawabannya adalah, kita sendiri pastinya. Orang tua yang telah melahirkan, membesarkan dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Jika anak kita saat memasuki usia emasnya ibarat kertas putih yang masih suci dan bersih, maka kita orang tua lah yang bisa menulis atau membuat sesuatu pada kertas yang masih suci dan bersih itu. Kebaikankah yang kita tulis atau sebaliknya? Mempersiapkan Si Kecil buah hati kita agar menjadi orang yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Si Kecil yang dengan senang hati menolong temannya atau dengan senyum manisnya rela berbagi kue dengan teman - temannya. Mari memulai semuanya dari rumah kita. Bagaimana kita berinteraksi dengan sesama anggota keluarga di rumah. Karena saya belum menikah, saya mempunyai rencana jika sudah menikah nanti akan saling membantu dengan suami dan saling memahami. Jika sudah punya anak, maka saling membantu dan memahami ini akan kami contohkan dalam perbuatan nyata misalnya saling membantu dalam pekerjaan rumah. Berbagi makanan jika tidak banyak, bagaimana bisa dibagi satu sama lain. Mungkinkah anak kita nanti mau atau menawarkan bantuan kepada kita? Jawabannya ya pasti mungkin saja. Karena jika anak dibiasakan untuk bisa menolong, itu akan menjadi karakter. Bagaimana caranya? Sekali lagi, keteladanan adalah contoh baik yang nyata yang lebih mudah untuk melihatnya. Suami dan istri atau anggota keluarga yang lain harus mengungkapkan apa yang jadi keinginan. Menawarkan bantuan jika terlihat diperlukan. Begitu juga nanti ketika sudah ada buah hati di rumah. Kebiasaan itu akan kita jalankan sebagai pembelajaran nyata untuk menumbuhkan karakter peduli anak kita. Jika pada zaman sahabat - sahabat rasul ada banyak cerita keteladan yang bisa kita terapkan. mari mengamalkannya. Seperti salah satu sahabat bernama Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya, maka kita bisa mengambil hikmahnya. Zaid bin Tsabit seorang penghafal Al Qur’an terkenal sebagai sekretaris wahyu yang pada usia 13 tahun ingin mengikuti perang badar dan Rasul SAW tidak mengabulkan. Ketika Zaid bin Tsabit merasa kecewa, sang Ibu datang menenangkan dan meyakinkan akan ada hal yang tak kalah hebat dari perang badar yang akan dialaminya. Tetap memotivasi anak agar anak tetap yakin dan percaya diri menghadapi apa yang seharusnya dihadapi. Anak adalah harta kita, tabungan kita untuk bisa menjemput surga. Memberi keteladan terbaik dan pengasuhan terbaik untuk menumbuhkankannya menjadi generasi terbaik di dunia dan di akhirat tentunya.