SOSOK HEBAT DIBALIK KEHEBATAN CALON PEMIMPIN

Oleh ayanurhayani 13 Oct 2013

Ibu. Panggilan itu tercipta karena ada seseorang yang dinamakan anak.

Saya belum menjadi seorang ibu, tapi saya tentu memiliki seorang ibu. Ibu saya adalah ibu terhebat, ya, semua pun pasti akan berkata seperti itu untuk menilai wanita yang berpredikat ‘ibu’. Jika dibalik laki-laki sukses terdapat wanita hebat, maka dibalik anak yang berhasil tentu ada sosok ibu yang hebat.

Pada dasarnya, apa yang akan terjadi dengan masa depan anak adalah bagaimana orang tua yang mendidiknya. Bukan suatu ketetapan, tapi lebih pada kenyataan. Tidak melulu harus menerima asupan gizi yang baik, pendidikan yang tinggi, ataupun gaya hidup yang mewah. Banyak diantara pemimpin-pemimpin di belahan dunia ini yang tidak menerima asupan gizi terbaik sewaktu kecil, tidak di tempatkan di sekolah-sekolah berstandar international dan tidak di berikan apapun yang bernilai mewah. Tidak. Tapi mereka, kini bisa berdiri dengan tegap untuk menjadi seorang pemimpin. Karena apa ? Karena ada ibu yang mendampinginya.

Kepribadian seseorang itu dibentuk, bukan sesuatu hal yang memang mutlak adanya. Bukan. Kepribadian itu memang sudah tercipta, namun urusan selanjutnya ada pada cara para ibu membentuk hal tersebut untuk malaikat-malaikat kecil mereka.

Jika boleh menjabarkan, saya mempunyai beberapa pemikiran tentang para ibu agar dapat menjadi sosok hebat dibalik calon-calon terhebat tersebut.
● Kasih sayang, tiada hal yang lebih besar pengaruhnya dibanding hal satu ini. Kasih sayang, ibu adalah orang nomor satu yang akan dikenali oleh anaknya. Saya percaya dan yakin setiap ibu pasti menyayangi anaknya, namun terkadang banyak para ibu yang malah salah mengartikan kasih sayang tersebut. Misal, seperti cerita-cerita yang sering kita tonton di televisi, bagaimana orang tua menjadikan materi sebagai bentuk kasih sayangnya. Tidak seperti itu, Bun. Tidak.
● Pendekatan, “ma .. ma” atau “bun .. da” atau juga “i .. bu” . Panggilan-panggilan polos nan ngangenin itu biasanya kata pertama yang dikeluarkan oleh balita yang baru belajar bicara. Disinilah, peranan ibu begitu penting. Tentu, bunda-bunda semua tidak ingin jika si ‘imut’ lebih mengenali babysitter-nya dibanding ibunya sendiri. Bagi ibu sibuk, enggak rugi deh sejam dua jam untuk bermain-main dengan mereka. Saya mengerti, ini tentang tuntutan agar ‘bunda’ dapat bertahan hidup makanya harus bekerja. Tapi jika hal ini dilakukan secara rutin, percaya, buah hati anda akan kental mengenali anda meskipun ia hidup dalam asuhan orang lain.
● Tegas, tentu, bunda-bunda semua tidak ingin di kategorikan sebagai ‘emak-emak galak’ yang suka ngomel-ngomel. Tapi tidak salah, kalau bunda mendidik buah hatinya dengan sikap yang tegas. Tidak melulu menuruti apa-apa yang diinginkan sang anak, atau tidak harus memanjakannya. Iya, kalau bunda adalah seorang yang berpenghasilan besar dalam materi, nah, kalau sewaktu-waktu bunda tidak memiliki cukup materi untuk memberikan apa yang si ‘unyu’ inginkan, bagaimana ? Saya rasa, tidak memanjakannya adalah suatu sikap yang benar. Bukan, bukan karena bunda tidak sayang karena tidak melulu menuruti keinginannya, namun karena bunda sayang maka membentuk mereka untuk menjadi calon hebat yang mandiri. Cukup memberinya pengertian dengan tutur kata yang lembut.

Oke, saya memang belum menjadi seorang ibu. Namun kelak, jika saya telah menjadi seorang ibu, saya akan mendidik anak-anak saya seperti itu. Anak-anak yang saya harapkan bisa menjadi pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri.
Pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri, ia tahu siapa dirinya. Ia paham tujuan hidupnya. Dan ia yakin dengan pilihan jalannya.

Anak-anak yang hebat, berasal dari ibu yang hebat pula.

#LombaBlogNUB