Sosok Ibu Seperti Apa Yang Dibutuhkan Si Kecil?

Oleh Dini Mei Rasaningrum 21 Oct 2013

Terbayang dalam benak saya bahwa ketika saya nanti menjadi seorang Ibu, pasti akan bingung berbuat apa dan harus bagaimana untuk membesarkan anak. Seberapa jauh peran orang tua terutama Sang Ibu yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan Si Kecil dalam membentuk karakter Si Kecil? Kapan ya waktu yang tepat untuk mempersiapkan Si Pemimpin Kecil dalam membentuk karakternya?

Beberapa pertanyaan di atas mungkin hanya sebagian kecil dari banyaknya pertanyaan yang ada di pikiran para Ibu saat menghadapai Si Pemimpin Kecil. Benar ‘kan? Faktanya, saya memang tidak punya pengalaman sama sekali dalam urusan mengasuh maupun mendidik anak. Tetapi ketika saya menikah dan memiliki anak nanti, saya ingin berperan dan terlibat langsung dalam mengasuh serta mendidiknya. Saya ingin memantau setiap perkembangan dan pertumbuhan Si Kecil sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Karena bagi saya, membesarkan anak bukan hanya sekedar mencukupi gizinya atau menyekolahkan Si Kecil saja. Tetapi memberikan pendidikan karakter dan moral kepada Si Kecil merupakan hal penting dan utama. Sosok Ayah maupun Ibu merupakan role model bagi Si Kecil dan menurut saya pribadi, tingkah laku Si Kecil hingga dia beranjak dewasa merupakan cerminan dari bagaimana orang tua memberikan pendidikan moral kepada Si Kecil yang dimulai sejak dini. Dan ini adalah tanggung jawab orang tua. Apalagi peran Si Ibu di sini sangat vital karena Si Ibu-lah yang lebih banyak menghabiskan waktu lebih lama dengan Si Kecil.

Sebagai calon Ibu, saya ingin agar saya benar-benar siap secara lahir batin, mental, psikologis, ilmu dalam menghadapi dan mempersiapkan Si Kecil untuk menjadi seorang generasi penerus yang berkualitas. Bagi saya membesarkan seorang anak bukan hal sepele dan tidak boleh diremehkan begitu saja lho. Saya menyadari bahwa saya masih jauh dari kategori calon Ibu yang ideal dan masih banyak hal yang harus saya pelajari, tetapi saya akan berusaha sebaik mungkin untuk kebaikan anak-anak saya kelak. Inilah rencana-rencana yang ingin saya terapkan ketika saya menjadi seorang Ibu nantinya. Rencana ini saya dapatkan dari pengalaman orang tua saya, buku-buku serta pemantauan saya terhadap orang tua muda yang ada di sekitar saya dalam membesarkan dan mendidik  Si Kecil.

Setiap Anak Memiliki Karakter yang Berbeda-beda

Semua anak terlahir dengan karakter yang berbeda-beda dan unik. Gaya mengasuh antara satu anak dengan anak yang lain saya rasa tidak bisa disamakan. Karena setiap anak memiliki karakter dan pola berpikir yang berbeda-beda. Cara terbaik untuk mendapatkan suatu kecocokan antara orang tua dengan Si Kecil adalah dengan mempraktikkan gaya pengasuhan dengan penuh kasih sayang. Yaitu, cara merawat Si Kecil yang dapat menimbulkan hubungan baik antara orang tua dan Si Kecil. Tujuan utamanya agar orang tua mampu mengenali/mengetahui karakterisktik Si Kecil serta mampu mengarahkan Si Kecil tentang suatu hal yang baik dan buruk.

Pengaruh lingkungan dan pola pengasuhan memainkan peranan penting dalam perkembangan kepribadian Si Kecil. Bagaimana cara Ibu mendidik dan merawat Si Kecil akan berperan besar dalam pembentukan kepribadian Si Kecil. Menurut saya, cara mengasuh jaman dahulu akan sulit untuk diterapkan pada anak jaman sekarang. Contohnya, dahulu menghukum anak dengan dicubit saat mereka berbuat kesalahan mungkin bisa membuat anak jera. Tetapi jika hal itu diterapkan pada anak jaman sekarang saya rasa tidak mungkin berhasil karena anak jaman sekarang lebih kritis dan mudah sekali memberontak. Memberikan pengertian dan menjelaskan sebab-akibat akan hal yang Si Kecil perbuat saya rasa lebih berefek ketimbang menghukum Si Kecil dengan cubitan. Banyak sekali gaya pengasuhan yang ada. Oleh karena itu, setiap orang tua sebaiknya dapat mempelajari dan mencoba berbagai gaya pengasuhan yang ada untuk menemukan gaya pengasuhan yang paling tepat bagi Si Kecil.

Ibu yang seperti apa sih yang dibutuhkan Si Kecil?

Tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan antara Ibu dan Si Kecil lebih kuat daripada hubungan antara Ayah dan Si Kecil. Sejak masih dalam kandungan, Ibu dan anak sudah menjalin bonding time yang sangat spesial. Saat Si Ibu menyusui pun juga akan menciptakan bonding time antara Si Kecil dan Ibu. Selain itu, Si Ibu juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan Si Kecil dibandingkan dengan Ayah. Tidak heran jika ikatan batin antara Ibu dan Si Kecil sangat kuat. Namun, peran kedua orang tua dalam mengasuh Si Kecil juga sangat penting.

Karena ikatan batin dan hubungan yang sangat kuat antara Ibu dan Si Kecil inilah yang membuat peran Ibu dalam membentuk karakter/kepribadian serta menyiapkan Si Pemimpin Kecil ini sangat besar. Kedekatan inilah yang membuat Ibu menjadi lebih mudah mengendalikan Si Kecil. Menurut saya saat Si Kecil lahir, perhatian dan pemahaman/pengertian Sang Ibu terhadap Si Kecil yang sangat dibutuhkan Si Kecil.  Dua hal itulah yang saya butuhkan saat saya kecil dulu. Ketika itu, saya selalu ingin agar Ibu saya selalu memberikan perhatiannya kepada saya dan ingin agar Ibu saya selalu tahu isi hati saya. Itulah sosok Ibu yang diinginkan setiap anak.

“1000 Hari Pertama Kehidupan”

The last but not least, satu hal penting yang perlu dilakukan Ibu adalah memberikan asupan gizi terbaik bagi Si Kecil. Karena, kualitas gizi yang diberikan terhadap Si Kecil erat kaitannya dengan kualitas Si Kecil saat tumbuh dan berkembang nantinya. Untuk hal ini, peran Ibu sangatlah besar dan memang sudah menjadi suatu kewajiban bagi Ibu untuk mengetahui dan memberikan asupan gizi terbaik bagi Si Kecil. Saya masih ingat saat mengikuti kuliah tamu yang diberikan oleh Prof Soekirman beberapa tahun yang lalu, saat itu beliau menekankan bahwa pemenuhan gizi saat “1000 hari pertama kehidupan” sangat menentukan kualitas anak saat dewasa nantinya. Hal ini juga yang harus diterapkan setiap Ibu untuk mempersiapkan Si Pemimpin Kecil. Memberikan asupan gizi terbaik pada “1000 hari pertama kehidupan” dimulai sejak Si Kecil masih dalam kandungan sampai Si Kecil menginjak usia 2 tahun. Kenapa hanya sampai usia 2 tahun? Karena “1000 hari pertama kehidupan” inilah otak Si Kecil berkembang secara optimal. Masa inilah yang sangat menentukan status gizi dan kesehatan Si Kecil saat dewasa nanti. Jika bukan Ibu yang memperhatikan kebutuhan gizi Si Kecil, lalu siapa lagi?!  

Memberikan asupan gizi terbaik sejak “1000 hari pertama kehidupan” sampai Si Kecil besar merupakan suatu bentuk perhatian Ibu yang sangat dibutuhkan anak. Menurut saya, setiap Ibu wajib hukumnya untuk mengetahui kebutuhan gizi Si Kecil. Di mulai saat hamil, Si Ibu wajib memenuhi asupan makanannya dengan gizi seimbang, memperhatikan kebutuhan akan zat besi, yodium, asam folat yang mana tidak boleh dilupakan oleh Ibu hamil serta tidak lupa mencukupi asupan makanan tinggi omega 3 yang baik untuk perkembangan otak Si Kecil. Saat Si Kecil lahir, Si Ibu juga wajib memberikan kolustrum (saat setelah Si Kecil lahir) dan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Selama menyusui, Si Ibu juga harus memenuhi asupan makan dengan gizi seimbang untuk memperlancar produksi ASI dan mendapatkan ASI yang berkualitas. Saat Si Kecil menginjak usia 7 bulan, Si Ibu wajib memperkenalkan MP-ASI (makanan pendamping ASI) secara bertahap sesuai dengan perkembangannya, dimulai dengan memperkenalkan makanan yang berkonsistensi cair (seperti susu formula, bubur encer) ke makanan lunak sampai ke makanan yang lebih padat. Saat usia 1 tahun, barulah Si Ibu bisa mulai memperkenalkan makanan padat yang umumnya dikonsumsi orang dewasa. Pada intinya, para Ibu harus bisa memenuhi asupan gizi Si Kecil dengan seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi hariannya.

Faktanya, memang tidak ada orang tua yang sempurna bagi anak tetapi sebagai seorang calon Ibu nantinya saya harus berusaha untuk menjadi sosok Ibu sekaligus orang tua yang baik dan dapat membantu Si Kecil menjadi seorang generasi penerus bangsa yang berkualitas. Itulah salah satu harapan saya.(dim)