Srikandi Gizi Dari Kutai

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 08 Sep 2010

Percayakah Anda, bahwa dari setiap musibah yang ada, akan hadir individu-individu luar biasa yang dengan tulus berusaha untuk mengulurkan tangan kepada sesama? Bersamaan dengan banyaknya kasus malnutrisi di Indonesia, maka bermunculan jugalah pribadi-pribadi spesial yang bertekad memberantasnya demi kemajuan bangsa. Mereka, adalah para Pahlawan Nutrisi

Siti Aminah merupakan salah satu bidan terbaik di Indonesia saat ini. Bidan yang bertugas di Puskesmas Desa Loa Janan Ulu, Kutai Kertanegara, Kaltim, itu memiliki peran penting dalam menekan angka kematian bayi di daerahnya, yang sebagian besar wilayahnya adalah hutan yang masih liar.

Selama 12 tahun menjadi bidan,, suka duka dalam pekerjaan kerap mewarnai hari-hari Aminah. Setelah lulus D-1 Poltekkes di Banjarmasin, Aminah bertugas di sebuah desa terpencil di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel selama tiga tahun. Kemudian, dia dimutasi ke Kutai Timur dan bekerja di sana tiga tahun. Pada 2001, Aminah dipindah ke Muara Leka, Kutai Kertanegara. Setahun kemudian, ibu dua anak itu kembali dimutasi. Kali ini Aminah merasa beruntung lantaran kembali ke tempat kelahirannya, Muara Muntai, Kutai Kertanegara.Setahun kemudian dia dipindahtugaskan ke Loa Janan Ulu, Kutai Kertanegara. Di tempat itu Aminah bertugas hingga sekarang. Bahkan, saat ini dia mengambil D-4 jurusan bidan pendidikan di Poltekkes, Kaltim.

Bagi Aminah, menjadi bidan adalah sebuah panggilan jiwa. Hatinya tergerak ketika kecil, di Muara Muntai belum ada satu pun bidan. Selain itu, ibunya menyarankan dirinya mengambil profesi luhur itu. Sewaktu bertugas di Kalimantan Selatan, Aminah sering harus menaklukkan hutan lebat “yang merupakan topografi wilayah tersebut” untuk mencari para ibu hamil. Dia merasa miris lantaran kesehatan bumil yang tinggal di hutan sering tidak tersentuh. Pernah suatu kali dia merujuk bumil ke RS, namun upaya itu terlambat. Di perjalanan, bumil itu meninggal. “Jarak hutan itu dengan RS amat jauh. Karena itu, tiap hari saya susur hutan, mencari para ibu hamil,” ujarnya. Jalan terjal dan berliku menjadi bagian dari hari-hari Aminah.

Dia menjelaskan, tidak mudah mengajak masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan. Karena itu, pendekatan yang dia pakai adalah persuasif dengan turun langsung ke lapangan. Tak hanya memberi bimbingan terhadap ibu hamil, tapi juga seluruh keluarga mereka. “Ya, suaminya, mertua, nenek, pokoknya semua anggota keluarga. Tujuannya, agar kesadaran mereka terhadap kesehatan berubah. Terutama, perhatian terhadap ibu hamil,” jelasnya.

Aminah mengatakan, upaya menekan angka kematian bayi harus dimulai dengan memperhatikan kesehatan sang ibu. Jika ibu kurang gizi dan kesehatannya buruk, sudah pasti janin yang dikandungnya terpengaruh. “Banyak bayi lahir dengan berat badan rendah karena ibunya kurang gizi. Karena itu, merekalah yang pertama kami sentuh,” ungkapnya.

Para ibu hamil (bumil) juga terus dipantau. Upaya pemantauan bumil dilakukan tanpa kenal waktu. Maklum, Puskesmas Loa Janan Ulu membawahi tiga desa. Sering kali, Aminah harus pergi ke sana kemari untuk menolong pasien yang membutuhkan. Bukan hanya itu, bumil juga diajari membuat perencanaan persalinan. Termasuk, mempersiapkan ASI sejak dini. Cara-cara itulah yang akhirnya berimbas pada menurunnya angka kematian bayi. Tahun ini hanya satu bayi meninggal di wilayahnya.

Saat ini perempuan kelahiran 30 September 1978 itu bercita-cita menurunkan angka gizi buruk di desanya. Dia ingin mengentaskan bayi-bayi yang statusnya masih di bawah garis merah. ” Alhamdulillah, bupati hingga camat mendukung upaya saya,” terangnya.

Siti Aminah berhasil memelopori perbaikan gizi keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga di daerahnya, terutama untuk ibu hamil. Kisah perjuangan Aminah, berhasil mendapat anugerah Srikandi Award 2009 untuk kategori penurunan angka kematian bayi. Srikandi Award adalah penghargaan untuk para bidan Indonesia yang telah bertindak lebih untuk daerahnya, terutama untuk peningkatan kesehatan gizi. Aminah, telah berhasil melakukannya, dan dia belum berniat untuk berhenti sekarang. Bagaimana dengan Anda?