Terinspirasi Jokowi

Oleh santob 20 Oct 2013

Jokowi alias Joko Widodo memang tokoh yang fenomenal. Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, beliau sukses memimpin kota Solo dengan tangannya yang dingin. Ratusan pedagang kali lima berhasil direlokasi ke Pasar Klithikan tanpa kericuhan bahkan kekerasan. Beliau pulalah yang tidak menyetujui penambahan pembangunan mall di Solo. Betapa tidak, pembangunan mall pastinya akan mematikan UKM (usaha kecil menengah) dan pedagang kaki lima, dan hal inilah yang dihindari Jokowi. Bagaimana sektor UKM dapat lebih maju dan berkembang kalau harus bersaing dengan mall? Di sini terlihat bahwa beliau sangat berorientasi pada kesejahteraan rakyat kecil.  Selain itu, aset seni dan budaya kota Solo semakin berkembang dengan diselenggarakannya Solo Batik Carnival , yang makin mempropagandakan dan membudayakan Batik dalam setiap kesempatan. Industri Batik Solo pun makin menggeliat. Sungguh sangatlah layak jika beliau masuk ke dalam tiga besar walikota terbaik versi World Mayor Project 2012 yang diselenggarakan oleh The City Mayors Foundation, yayasan walikota dunia berbasis di Inggris.

Indonesia perlu banyak jokowi-jokowi kecil sebagai motor penggerak pembangunan bangsa ke depannya. Menurut saya, sebagai seorang ibu yang cukup awam terhadap masalah-masalah politik dan pemerintahan, seorang pemimpin memang perlu pintar, perlu cerdas, tapi bukan pintar keblinger. Pintar yang cuma berkutat di belakang meja tanpa peduli keadaan sekitar bahkan keadaan di bawahnya. Seorang pemimpin perlu sekali peka akan keadaan rakyat yang dipimpinnya, tahu dan menyelami pemikiran warganya, serta mencari solusi masalah warganya dengan turun langsung ke lapangan, alias “blusukan” dan menyatu dengan rakyatnya. Untuk bisa “blusukan” dengan efektif pun perlu communication skill yang baik, dengan tidak menjaga jarak antara pemimpin dan warganya. Kita semua sama di mata Tuhan.

Inilah yang saya berusaha pupuk dari Inez, putri kecil saya yang saat ini berusia 5 tahun, yaitu Kepekaan terhadap lingkungan. Bahwa tidak semua orang dapat merasakan hidup yang berkecukupan seperti dirinya. Sebagai manusia kita tak boleh eksklusif dengan mengkotak-kotakkan diri dan memandang rendah orang lain. Masih banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan yang perlu dibantu dan diberdayakan.

Blusukan versi saya dan Inez adalah berpetualang keliling kota dengan naik angkutan umum bahkan sampai ke Jakarta, sambil bermandi keringat naik KRL ekonomi bogor-jakarta,naik Kopaja dan berdiri saat antri bus transjakarta . Siapa bilang bepergian dengan anak naik angkutan umum itu rempong alias repot? Tidak sama sekali lho! Justru sangat menyenangkan, karena saya bisa bercerita dan memberikan banyak inspirasi untuknya sepanjang perjalanan. Tentang pedagang kaki lima, para supir bus yang berjuang sedemikian keras demi sesuap nasi. Tentang pentingnya rasa bersyukur dan tentang berharganya hidup yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Di sini saya juga ingin memberikan teladan bahwa tak selamanya kita harus kemana-mana naik mobil ber AC yang nyaman, ada suatu waktu kita juga harus kompromi dengan keadaan, dengan naik alat transportasi yang tersedia . STOP memaksakan diri untuk berada di zona nyamanyang sering membuat kita terlena alias lupa diri.

busway  KRL

Mau tau Blusukan versi kedua yang saya dan Inez jalani? Saat perayaan 17 an kemarin, kebetulan komplek perumahan kami tak mengadakan lomba pada hari H, tak seperti kampung sebelah yang sangat ramai menyambut hari kemerdekaan. Daripada bengong di rumah, saya pun mengajak Inez ‘blusukan’ di siang hari bolong menonton perlombaan di kampung sebelah. Seru dan mengasyikkan sekali melihat ekspresi keceriaan para ibu, anak dan bapak yang tumplek blek di Tujuhbelasan. Kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan. Rasanya dua hal itu yang sudah hilang di kehidupan bertetangga di komplek kami. Rasanya seperti menemukan kebahagiaan yang sama sekali tidak bisa diukur dengan materi apapun. Priceless. 

17 agustus bedakan

Inez,anakku memang seorang wanita. Kaum yang mungkin sering dianggap sebelah mata alias diragukan kemampuannya dalam menjadi pemimpin. Akan tetapi dengan keteladanan yang saya berikan, saya percaya Inez nantinya bisa menjadi pemimpin yang digugu dan ditiru banyak orang. Sama halnya dengan perempuan nomor satu di Pertamina, Karen Agustiawan, yang membuktikan diri mampu memimpin suatu institusi besar dengan mayoritas laki-laki sebagai bawahannya, sedemikian besarlah keyakinan saya bahwa Inez punya kemampuan dan kepekaan untuk menjadi pemimpin berkat inspirasi dan keteladanan yang sudah saya pupuk sejak dini.

Maju terus anak-anak Indonesia! Nasib bangsa kamu ada di tanganmu sekalian!

NUB

#LombaBlogNUB

Tulisan ini dipost dalam rangka #LombaBlogNUB dihttp://nutrisiuntukbangsa.org/lomba-penulisan-blog-peran-ibu-untuk-si-pemimpin-kecil/