#lombablogNUB: Menjadi Ibu untuk Calon Pemimpin

Oleh Erny Kurniawati 21 Oct 2013

Malam ini, aku mau bahas sesuatu yang berbeda dari biasanya yaitu tentang menjadi ibu. Bahasan yang berat ya? Ah tapi nggak juga kalau bahasnya santai. Oh iya mungkin di antara kalian ada yang bertanya-tanya, ada gerangan apa aku menulis soal menjadi ibu? Apa aku mau jadi ibu? Jawabannya, tentu saja iya. Kan semua wanita juga pengen jadi ibu, cuma masalahnya bukan dalam waktu dekat ini kok. Nah, terus kenapa aku bikin tulisan ini? Karena aku lagi ikut lomba ngeblog yang diadain oleh Sarihusada dengan tema “Peran Ibu untuk Si Pemimpin Kecil”.

nutrisi untuk bangsa

Lomba ini menurutku asik banget soalnya selain hadiahnya lumayan banyak, syaratnya pun mudah. Untuk jadi pesertanya pun nggak harus perempuan yang udah jadi ibu, namun siapa aja bisa ikutan. Meskipun aku tahunya mepet, tapi ini nggak mengurangi semangatku untuk tetap ikutan lomba ini. Terlebih lagi aku punya banyak pemikiran soal gimana nanti kalau jadi seorang ibu. Maka dari itu aku makin manteb untuk ikutan lomba ini. Sekaligus buat share dan belajar gimana jadi ibu yang baik nantinya dari para blogger semua.

Jadi kalau kata eyang Henry Ward Beecher, hati seorang ibu itu merupakan kelas bagi anaknya. Itu artinya seorang ibu itu madrasah bagi anaknya. Tempat semua pelajaran berawal ya dari ibu. Oleh karena itu, jadi ibu emang harus cerdas. Bukan cuma cerdas otaknya, tetapi juga emosionalnya. 
 
Untuk menjadi ibu memang bukan hal yang mudah. Begitu sentralnya peran seorang ibu bagi anaknya, namun sayangnya di dunia ini nggak ada sekolah bagaimana caranya menjadi ibu yang baik. Maka dari itu, sebagai calon ibu seorang perempuan harus menyiapkan diri sejak jauh-jauh hari. Perempuan harus sadar diri sejak dini untuk terus belajar dan berusaha membentuk diri hingga ketika waktu itu tiba kita sudah siap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak.
 
Menurutku ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadi ibu yang baik dan salah satu cara tersebut adalah belajar sejak dini. Belajar sejak dini yang dimaksud adalah belajar yang dimulai sejak seorang perempuan paham dan sadar bahwa kelak akan menjadi ibu bagi anak-anaknya. Misalnya aku, aku mulai paham dan sadar sejak umur 19 tahun kalau beberapa tahun ke depan aku akan jadi ibu. Oleh karena itu, sejak sekarang aku harus mulai belajar tentang banyak hal baik tentang asupan gizi, cara mengasuh anak, cara mendidik, cara mengendalikan emosi, dan masih banyak lainnya. Beberapa teman yang tahu memang sering mengataiku bahwa apa yang aku lakukan itu terlalu dini. Akan tetapi kembali lagi pada kenyataan bahwa sekolah untuk jadi ibu itu nggak ada di dunia. Maka dari itu cara yang paling rasional adalah aku belajar untuk jadi ibu yang baik sejak dini agar nanti ketika waktu itu tiba aku sudah siap secara lahir dan batin. 
 
Selain belajar sejak dini, sebagai seorang perempuan aku juga harus mempersiapkan kesehatanku sejak sekarang agar nanti saat memutuskan punya anak fisikku sudah siap. Cara untuk mempersiapkan kesehatan fisik menyambut kehamilan nanti adalah dengan cara mengurangi makan junkfood, menjauhi asap rokok, dan makan makanan yang bergizi serta baik untuk kandungan. Walaupun masih beberapa tahun lagi, tapi mempersiapkan diri sejak dini tidak ada salahnya kan?
 
Kemudian sebagai calon ibu pada masa yang akan datang, aku harus punya konsep tentang mendidik anak yang baik dan benar. Seperti kebanyakan perempuan lainnya, aku juga berharap anakku kelak bisa jadi pemimpin. Pemimpin yang aku maksud adalah bisa jadi sosok yang tanggung jawab dan panutan. Jadi nggak harus jadi presiden, ketua partai, dan sebagainya. Akan tetapi yang penting dia bisa menjadi sosok yang bertanggung jawab pada diri dan orang-orang di belakangnya serta tentu saja bisa jadi panutan karena sikap, sifat, dan attitudenya.
 
Lagi-lagi tapi, semua harapanku itu akan tetap jadi harapan kalau aku nggak nentuin cara untuk meraihnya. Nah oleh karena itu aku menerapkan sistem analisis untuk dipraktekkan saat jadi ibu nanti. Analisis yang aku maksud adalah aku mengenali dulu tujuanku mendidik anak. Yang terpenting juga adalah menyadari bahwa anak itu bukan robot yang bisa kita minta jadi sesuatu seperti kehendak kita. Kemudian setelah dianalisis, aku akan menentukan langkah apa yang sebaiknya ditempuh untuk mencapai tujuan itu. 
 
 
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk merealisasikan tujuan kita dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah yang ingin saya praktekkan ketika nanti punya anak. Pertamamembentuk kepribadian anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara ibu memberikan contoh cara bersikap yang baik kepada anak. Kedua mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis anak. Seorang anak biasanya memiliki pemikiran-pemikiran yang kritis dan di sinilah peran ibu untuk mencerdaskan anaknya yaitu dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh sang anak. Inilah alasan kenapa seorang perempuan harus cerdas dan rajin belajar, tidak lain agar bisa menjawab pertanyaan anak-anaknya sehingga pengetahuan anak pun bertambah. Ketigayaitu mengawasi dan membimbing anak. Mengawasi ini sangat penting, namun sayangnya belakangan ini mulai banyak ditinggalkan oleh para ibu karena dalih kesibukan mengejar karir di dunia kerja. Mengawasi ini penting karena dengan kita melakukan pengawasan, maka kita akan semakin mengenal sifat, sikap, dan tabiat anak. Akibatnya awareness kita sebagai ibu pun akan meningkat karena kita memiliki ikatan yang kuat dengan anak lantaran mengawasinya. Lalu selain mengawasi ada yang tak kalah penting yaitu membimbing. Seorang ibu itu baiknya membimbing anak sejak dini dengan cara diberi arahan kepada hal-hal yang positif, namun tidak mengesampingkan minat dan bakat anak serta tidak memaksakan kehendak pribadi sebagai orang tua. Hal ini sangat penting agar anak terbiasa bertanggung jawab pada pilihannya dan bisa mencapai harapan-harapan sesuai passionnya. Keempat ialah memberikan asupan gizi yang cukup kepada anak. Anak sebagai anugerah terindah dari Tuhan harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya yang salah satu caranya adalah memberikan makanan yang mengandung asupan gizi cukup. Meskipun terkesan sepele, tapi untuk mengetahui asupan gizi yang pas untuk anak itu bukan hal yang mudah. Maka dari itu sejak sekarang saya juga belajar mengenai makanan-makanan yang layak dan tidak layak untuk anak. Kelima adalah memberi ruang gerak bagi anak. Maksud dari poin ini adalah anak diberikan kebebasan yang sewajarnya untuk mengekspresikan diri agar anak tidak merasa tertekan. Memberi ruang gerak ini bisa memberikan dampak positif karena kreatif anak akan berkembang dengan sendirinya dan anak memiliki banyak pengalaman yang nantinya akan berarti bagi hidupnya pada masa selanjutnya.

ngasih

Setelah menerapkan beberapa langkah tersebut, ada satu hal yang penting dan tidak boleh terlupakan yaitu aktivasi peran ayah. Agar kepribadian anak itu utuh maka sosok ayah juga harus aktif di matanya. Nah, besok aku juga akan berusaha gimana caranya agar suami aktif di depan anak. Jadi anak tidak melulu memandang kehidupan dari segi kacamata ibunya, tetapi juga memandang sesuatu dari sisi lain yang dipelajari melalui ayahnya. 
 
Selain semua yang sudah aku paparkan secara panjang lebar tadi, aku juga pengen banget numbuhin budaya membaca pada anakku nanti. Soalnya sebagai calon pemimpin, anakku harus punya pikiran yang open minded dan cara membentuk pemikiran open minded itu salah satunya dengan membaca. Membaca membuat kita banyak tahu dan otomatis akan membuat kita lebih open minded pada perbedaan-perbedaan di sekitar kita.
 
Tidak hanya menumbuhkan budaya membaca, sebaliknya aku pengen anakku tidak terlalu banyak terpapar media. Khusus hal ini bisa dilakukan dengan cara mengawasi apa yang dia akses melalui media setiap hari. Sebagai (calon) orang tua yang kebetulan (calon) lulusan komunikasi, aku tahu betul betapa banyaknya informasi negatif yang di sampaikan di media. Maka dari itu aku ingin bisa mengontrol apa saja yang diakses oleh anakku setiap hari agar bisa meminimalisasi terpaan informasi negatif dari media dalam sehari-hari. Oh iya, membatasi anak dari konsumsi media berlebih juga penting biar anak nggak jadi ansos alias anti sosial. Kan calon pemimpin, jadi harus bisa bersosialisasi dengan baik.

anak

Ini yang terakhir dan paling penting adalah menyediakan waktu untuk bermain bersama dengan anak dengan begitu ikatan antara ibu dan anak akan semakin erat. Say no deh pada kasus anak lebih suka sama “mbak"daripada sama mamanya. 

main

Udah panjang lebar banget ya tulisanku kali ini semoga aja bisa mengispirasi para calon orang tua di luar sana. Ingat ya para perempuan khususnya, kita adalah calon ibu bagi generasi selanjutnya. Calon guru yang utama , calon teladan bagi anak-anak, dan calon pengasuh yang baik buat mereka. Makanya yuk terus belajar dari sekarang untuk mempersiapkan diri menjadi ibu untuk calon pemimpin.