Ada Ibu Dibalik Cerita Suksesku

Oleh Nurul Khotijah 18 Sep 2013

Ibu sebuah kata yang sangat simpel namun sangat berarti bagiku. Dari rahim beliau lah aku dilahirkan dan dengan kasih sayangnya aku dibesarkan. Ibuku wanita yang sangat kuat. Wanita yang harus berperan ganda demi membesarkan kedua anaknya, yaitu aku dan adikku karena ayahku meninggal sejak aku berumur 1,5 tahun dan adikku masih di dalam kandungan. Sungguh perjuangan yang sangat berat.

Aku memang dibesarkan tanpa hadirnya seorang ayah, tapi aku selalu merasa lebih beruntung dari adikku yang sama sekali belum pernah merasakan gendongan dan belain dari ayah kandung kami. Aku pun tidak pernah bisa membayangkan wajah alamarhum ayahku dengan jelas. Mungkin saat itu memoriku belum bisa menyimpan gambaran wajah beliau dengan baik, tetapi beliau selalu hidup di dalam hatiku sampai kapan pun. Tetesan air mata pun selalu membasahi pipiku ketika aku memandangi foto almarhum ayahku. Dan ditengah kegelisahan dan kerinduanku akan kasih sayang seorang ayah, Ibu selalu ada untuk memotivasiku agar aku menjadi anak yang kuat, anak yang sama dengan anak lain meskipun aku tidak mendapat kasih sayang seorang ayah.

Ibu tidak pernah bercerita kalau ayah kami sudah meninggal. Aku baru tahu setelah aku sekolah dan bisa membaca tulis. Mungkin beliau merasa tidak mampu untuk bercerita karena kesedihannya yang terlalu dalam. Hal itu pernah ku lihat saat kami berziarah ke makam ayahku. Ibu tidak bisa menahan air matanya padahal kejadian itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Aku mendapatkan banyak cerita tentang ayahku dari nenek dan anggota keluarga besar ayah ibuku dan ternyata mereka mempunyai banyak kenangan positif tentang ayahku. Cerita itu pun menjadi motivasiku agar aku bisa menjadi anak terbaik untuk ibuku sekaligus kakak yang bisa menjadi contoh untuk adikku.

 Aku selalu berusaha keras untuk menggapai cita-citaku. Aku mengikuti banyak perlombaan dan organisasi untuk membuang sifat pendiam, minder, kurang percaya diri, perfeksionis, egois, dan beberapa sifat yang dapat menghalangiku untuk sukses. Setelah lulus SMA, aku diterima di Fakultas Kehutanan UGM Jurusan Manajemen Hutan dengan SPMA Rp 0. Bagiku itu sebuah prestasi karena banyak orang tua yang harus membayar SPMA dengan biaya yang cukup besar untuk anaknya yang kuliah di UGM dan aku berhasil dengan Rp 0. Selain itu, aku dapat meringankan beban ibuku yang menjadi tulang punggung keluarga.

Kuliahku tak hanya ku habiskan dengan belajar dan belajar. Aku selalu berusaha mencari dana tambahan yang bisa meringankan beban ibuku. Aku berusaha mencari beasiswa, menjadi co ass untuk beberapa praktikum, dan sibuk mengikuti beberapa penelitian. Hasilnya aku mendapatkan beasiswa dari Qatar Charity untuk dua semester dan beasiswa Tanoto Foundation selama empat semester. Aku pun pernah berhasil mendapatkan dana penelitian dari Dikti dan UGM. Semua ku jalani dengan rasa bahagia dan akhirnya aku bisa lulus dengan predikat cumlaude dengan waktu studi 3 tahun 8 bulan.

Untuk melengkapi rasa baktiku pada ibu, tahun ini aku akan mengikuti ujian seleksi CPNS karena ibu sangat ingin melihat anaknya sukses dengan menjadi PNS. Aku akan berusaha, berdoa, dan meminta doa pada ibu juga agar itu bisa menjadi kenyataan. Semua ku lakukan karena dan untuk ibu. Tanpamu aku tidak akan ada di dunia ini dan tanpamu juga aku tidak bisa menjadi seperti saat ini. Terima kasih Ibuku sayang…