Beda Vaksinasi dan Imunisasi yang Perlu Bunda Ketahui

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Feb 2021

Bunda mungkin masih sulit membedakan arti vaksinasi dan imunisasi dan menganggapnya itu dua istilah yang sama? Meski sekilas mirip dan memang saling terkait, namun sebenarnya vaksinasi berbeda dengan imunisasi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), vaksinasi adalah kegiatan memasukkan vaksin ke tubuh seseorang untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan imunisasi adalah suatu proses ketika seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu melalui vaksinasi.Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa vaksinasi adalah tindakan mendapatkan vaksin, sedangkan imunisasi adalah hasil dari vaksinasi, yaitu terbentuknya kekebalan tubuh.

Vaksin adalah suatu produk yang bekerja menstimulasi/merangsang sistem imun tubuh agar menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu, sehingga penerimanya dapat terlindungi dari penyakit tersebut. Sebagian besar vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, tapi ada juga yang melalui jalan lain (seperti vaksin polio yang diteteskan ke dalam mulut anak).

Saat tubuh terkena penyakit, sistem kekebalannya akan “bertempur” untuk melawan penyakit tersebut. Hal serupa juga terjadi pada imunisasi. Setelah vaksinasi, maka komponen dari vaksin akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk bersiap menghadapi penyakit tertentu.Dengan demikian, apabila di masa depan kita terinfeksi penyakit tersebut, sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan dan mengalahkannya, sehingga menjadi kebal atau tidak tertular.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, vaksinasi dan imunisasi adalah proses yang digunakan untuk melindungi orang dari penyakit yang berpotensi mematikan. Penyakit yang dulu membunuh jutaan orang setiap tahun kini dapat dicegah melalui vaksinasi. Saat kita mendapatkan vaksinasi, tubuh dapat mengenali kuman penyebab penyakit dan mengembangkan antibodi pelindung. Setelah tubuh mengandung antibodi ini, ia akan mampu melawan kuman jika pernah terinfeksi dan membantu mencegah kita jatuh sakit.

Tak jarang, kekebalan ini berkurang seiring waktu, yang berarti vaksin tambahan mungkin diperlukan di kemudian hari. Ketika cukup banyak orang dalam komunitas yang divaksinasi, ini memberikan perlindungan kepada semua orang, bahkan mereka yang belum divaksinasi, melalui proses yang disebut kekebalan komunitas atau “kekebalan kelompok” atau sering dikenal dengan istilah herd immunity.

Jika sebagian besar orang dalam suatu komunitas kebal terhadap suatu penyakit melalui vaksinasi, penyakit itu tidak mungkin menyebar dan mempengaruhi siapa pun dalam komunitas seperti jika orang tidak divaksinasi. Inilah cara kita berhasil memberantas (atau hampir memberantas) beberapa penyakit yang dulu merenggut nyawa jutaan orang setiap tahun. Ketika penyakit tidak bisa menyebar dan gagal membuat orang sakit, maka akan punah dengan sendirinya.

Cara Kerja Vaksin di Dalam Tubuh

Hal yang mungkin menarik adalah mengetahui bagaimana cara kerja vaksin di dalam tubuh setelah dilakukan vaksinasi? Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksinasi, umumnya mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan, serta protein mirip bakteri yang diperoleh dari pengembangan di laboratorium. Kandungan vaksin menimbulkan reaksi imunitas tubuh, yang dapat mempersiapkan tubuh untuk melawan serangan infeksi di kemudian hari. Inilah proses imunisasi dalam tubuh.

Metode pemberian vaksin dalam imunisasi berbeda-beda. Sejumlah vaksin ada yang hanya diberikan sekali untuk seumur hidup dan ada juga yang perlu diberikan secara berkala agar kekebalan tubuh terbentuk dengan sempurna. Meski lebih sering diberikan kepada anak-anak melalui imunisasi di puskesmas, sebetulnya vaksin juga bisa diberikan kepada orang dewasa sebagai bentuk imunisasi lanjutan, atau jenisnya berbeda.

Di Indonesia, setidaknya ada lima vaksinasi wajib yangdiberikan melalui imunisasi, yaitu vaksin polio, hepatitis B, BCG, DTP dan campak. Di samping vaksin wajib, ada sejumlah vaksin yang direkomendasikan pemerintah, antara lain vaksin hepatitis A, HPV, varisela, MMR, rotavirus, influenza, tifoid, dan lainnya.

Imunisasi Aktif dan Pasif

Imunisasi terdiri atas dua jenis, yaitu aktif dan pasif. Pada imunisasi aktif, tubuh secara aktif menghasilkan antibodi sebagai bentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit setelah seseorang mendapatkan vaksinasi. Imunisasi aktif merupakan respons imun yang dibentuk ketika si Kecil mendapatkan vaksinasi setiap bulannya.

Sedangkan imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dari seseorang yang sudah kebal terhadap penyakit kepada seseorang yang belum kebal. Situasi ini dapat terjadi secara alami, misalnya pemberian antibodi dari tubuh ibu hamil kepada janin dalam kandungannya. Namun, proses tersebut juga dapat terjadi secara buatan, misalnya dalam bentuk penyuntikkan imunoglobulin. Jadi pada imunisasi pasif, tubuh tidak membentuk kekebalan secara aktif, tapi mendapatkannya dari yang sudah terbentuk.

Imunisasi aktif membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan. Namun pada imunisasi pasif, kekebalan tubuh bisa langsung didapatkan. lu menjadi catatan: Pada imunisasi aktif, kekebalan dihasilkan tubuh sendiri, sementara kekebalan pada imunisasi pasif tidak berasal dari tubuh sendiri.

Secara umum, imunisasi aktif juga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan imunisasi pasif. Nah, vaksinasi termasuk dalam imunisasi aktif sebagai upaya memicu tubuh mengeluarkan antibodi terhadap penyakit tertentu. Berbeda dengan imunisasi pasif yang berarti tubuh diberikan antibodi dan bukan dipancing untuk menghasilkan ketahanan tubuh, misalnya suntikan imunoglobulin.

Imunisasi aktif dapat bertahan lebih lama untuk jangka panjang hingga seumur hidup, sedangkan imunisasi pasif hanya bertahan dalam hitungan minggu hingga bulan.

Referensi

https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/imz-basics.htm

https://www.who.int/westernpacific/health-topics/vaccines-and-immunization

https://www.verywellhealth.com/the-difference-between-immunization-and-vaccination-4140251