Berbagai hal penyebab alergi

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Apr 2018

Sahabat nutrisi,

Jika terdapat riwayat alergi di dalam keluarga, seperti ayah, ibu, kakek, nenek maupun anggota keluarga lainnya, maka si kecil memiliki risiko yang lebih besar terkena alergi. Alergi memang bisa diturunkan secara genetik, meski jenis alerginya berbeda-beda. Kendati demikian, ada beberapa faktor yang dapat dianggap berkaitan dengan munculnya gejala alergi seperti alergen, infeksi, polusi, aktivitas fisik atau emosi, dengan uraian sebagai berikut:

  • Gangguan dari dalam tubuh seperti lapisan saluran nafas, usus atau kulit.

  • Faktor lingkungan seperti polusi udara, paparan asap rokok serta ventilasi yang kurang baik

  • Anak yang sering terkena infeksi saat kecil biasanya jarang mengalami alergi, keadaan ini disebut dengan hipotesis hygiene

  • Sistem imunitas atau daya tahan tubuh yang tidak normal.

Ada beberapa macam alergi, seperti alergi makanan (termasuk alergi susu sapi), alergi obat, alergi racun atau sengata serangga, alergi bulu binatang, alergi lateks, alergi zat kimia tertentu dan alergi musiman seperti musim dingin.

Mendeteksi gejala alergi sejak dini dapat membantu orang tua memelihara kesehatan anak secara optimal, dengan cara: Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan, atau yang disebut dengan 3K sebagai kunci awal untuk menangani gejala alergi.

Mendeteksi gejala alergi serta mengetahui faktor-faktor pemicu alergi sedini merupakan faktor penting untuk mengendalikan alergi, seperti

  • Memeriksa riwayat kesehatan orang tua, karena risiko alergi pada anak bisa diperkirakan dengan mengamati riwayat kesehatan orang tua. Jika kedua orang tua mengidap alergi maka anak akan berrisiko 40 - 80 persen mengidap alergi. Namun juga hanya salah satu orang tua saja, maka risiko si kecil mengidap alergi menjadi 20 - 40 persen. Si kecil tetap berrisiko alergi sekalipun kedua orang tua tidak menderita alergi, sebesar 5 - 15 persen. Semakin tinggi risikonya maka orang tua harus lebih cermat mengantisipasinya.

  • Mendeteksi dari dalam kandungan. Teorinya, deteksi dini alergi sudah bisa dilakukan sejak dalam kandungan, akan tetapi tetap perlu dilakukan penelitian secara lebih mendalam. Suatu penelitian dari World Allergy Organization Journal (2009) menyebutkan bahwa paparan terhadap zat alergen tertentu pada ibu hamil dapat memicu respon imun pada janin. Selain itu, gerakan janin yang meningkat terutama di malam hari merupakan faktor prediktif yang cukup kuat bahwa bayi berisiko alergi.

  • Deteksi di usia batita. Berbagai gejala yang muncul mulai dari nafas berbunyi pada bayi, sakit perut atau kolik, kulit sensitif sering muncul bintik atau bisul, menderita pilek berkepanjangan, sering bersin dan batuk, adanya kotoran telinga yang berlebihan bisa jadi merupakan indikasi alergi. Segera periksakan ke dokter.

  • Deteksi secara ilmiah dilakukan untuk memastikan zat-zat apa saja yang menjadi faktor pencetus alergi:

    • Skin prick test (SPT) atau tes tusuk, tes untuk untuk meneliti reaksi tubuh terhadap lebih dari 33 jenis alergen, seperti debu, tungau, serbuk bunya, susu, kacang, seafood dan sebagainya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan beberapa jenis cairan alergen pada kulit, dan kemudian dilakukan sedikit pencukilan di kulit, hasilnya bisa diketahui 15 - 20 menit kemudian.

    • Tes darah dengan mengambil contoh darah dari tubuh si kecil. Biasanya dilakukan terhadap pasien yang tidak dapat menjalani SPT.

    • Uji tempel kulit, pemeriksaan ini dilakukan untuk evaluasi reaksi hipersensitif tipe lambat, uji tempel ini dilakukan dengan cara menempelkan alergen pada kulit selama 2 - 3 hari.