Buah dan Sayuran Segar vs Beku, Mana yang Lebih Baik?

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Apr 2019

Sahabat NUB,

Banyak orang beranggapan bahwa mengonsumsi buah dan sayur segar merupakan cara terbaik untuk memetik manfaat optimal gizi yang terkandung di dalamnya.

Buah dan sayur kaya vitamin, mineral dan antioksidan, yang dapat meningkatkan kesehatan. Riset menunjukkan makan lebih banyak buah dan sayuran bahkan dapat membantu melindungi terhadap penyakit jantung.

Namun produk segar mungkin tidak selalu tersedia, sehingga produk yang dibekukan kerap menjadi pilhan. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah produk buah dan sayuran beku masih memiliki nilai gizi yang kita butuhkan?

Sebagian besar buah dan sayuran segar umumnya dipetik sebelum matang, sehingga saat dikirim tidak membusuk. Buah yang dipanen sebelum matang memiliki tujuan lain, yaitu memberikan kesempatan untuk pembentukan vitamin, mineral, dan antioksidan alami.

Selama pengangkutan, produk segar umumnya disimpan dalam suasana yang dingin dan terkendali serta diperlakukan dengan bahan kimia untuk mencegah pembusukan.

Begitu mencapai supermarket, buah-buahan dan sayuran dapat menghabiskan 1-3 hari tambahan untuk dipajang. Buah dan sayut itu kemudian disimpan di rumah orang hingga 7 hari sebelum dimakan.

Intinya, transportasi dan penyimpanan bisa memakan waktu mulai dari 3 hari dan hingga 12 bulan untuk beberapa jenis produk.

Lantas, bagaimana kandungan gizi antara produk buah dan sayuran segar dengan varietas beku? Hasil dari penelitian yang membandingkan kandungan nutrisi dari produk beku dan segar sedikit berbeda. Alasannya, karena beberapa penelitian menggunakan produk yang baru dipanen - yang menghilangkan efek penyimpanan dan waktu pengangkutan, - sementara yang lain menggunakan produk dari supermarket (yang sudah mengalami transportasi panjang).

Selain itu, perbedaan dalam pemrosesan dan metode pengukuran dapat mempengaruhi hasil. Namun, secara umum, bukti menunjukkan bahwa pembekuan dapat mempertahankan nilai gizi, dan bahwa kandungan nutrisi dari produk segar dan beku kurang lebih bisa dibilang serupa.

Ada penelitian yang melaporkan penurunan nutrisi dalam beberapa produk beku, namun hanya sedikit dan tidak bermakna. Selain itu, kadar vitamin A, karotenoid, vitamin E, mineral dan serat serupa dalam produk segar maupun beku.

Studi yang membandingkan produk supermarket dengan varietas beku - seperti kacang polong, kacang hijau, wortel, bayam dan brokoli - menemukan aktivitas antioksidan dan kandungan nutrisi yang bisa dibilang serupa.

Jadi poinnya Bunda, produk beku ditilik dari kandungan nutrisi mirip dengan produk segar. Jika ada penurujan nilai nutrisi pada produk beku, itu kecil saja dan dianggap tidak bermakna.

Bahkan, riset menemukan produk beku mungkin mengandung tingkat nutrisi tertentu yang lebih tinggi. Misalnya, kacang polong beku atau bayam mungkin memiliki lebih banyak vitamin C daripada kacang polong atau bayam segar yang dibeli di supermarket yang telah disimpan di rumah selama beberapa hari..

Bahkan untuk beberapa buah, pengeringan beku menghasilkan kandungan vitamin C yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan varietas segar.

Selain itu, satu penelitian menunjukkan bahwa proses yang dilakukan untuk membekukan produk segar dapat meningkatkan ketersediaan serat dengan membuatnya lebih larut.

Nah, kesimpulannya adalah buah dan sayuran yang baru dipetik langsung dari pertanian atau kebun sendiri memang memiliki kualitas terbaik. Namun jika Bunda berbelanja di supermarket, produk beku mungkin kurang lebih sama kandungan gizinya (bahkan bisa lebih unggul) daripada varietas segar.

Poin positifnya adalah, buah dan sayuran beku merupakan pilihan yang hemat, terutama jika sedang tidak musim buah atau sayuran tersebut.

Mau win-win solution? Pilih campuran produk segar dan beku untuk memastikan Bunda mendapatkan berbagai nutrisi terbaik. Semoga berguna ya Bun.

Referensi

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jsfa.2825

https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1559827614522942

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1466856402000486

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11982434

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22522307