Cara Bunda Menyeimbangkan Antara Pekerjaan dan Keluarga

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 10 Mar 2019

Sahabat NUB,

Kehidupan Bunda “jaman now” bisa dibilang lebih kompleks. Tuntutan kebutuhan tak jarang membuat Bunda harus membantu Ayah dalam mencari nafkah. Banyak cara dilakukan, bisa bekerja kantoran, menjadi freelancer atau jenis pekerjaan lain yang dapat mendatangkan penghasilan.

Apapun jenis pekerjaannya, Bunda harus pintar menyeimbangkan keduanya. Pekerjaan beres, anak dan suami terurus. Apakah ini hal yang mudah? Sudah tentu tidak. Ini merupakan hal yang menantang. Bekerja sembari mengurus keluarga di saat bersamaan pasti membutuhkan ketrampilan tersendiri, apalagi jika anak-anak masih kecil.

Tak jarang karena ketiadaan asisten rumah tangga atau pengasuh, Bunda harus membawa buah hati ke tempat kerja. Menurut psikolog Dana Hyman dari New York University Child Study Center, membawa anak sesekali ke tempat kerja bisa memiliki dampak positif. Anak dapat belajar atau mengetahui bagaimana orangtua bekerja. Anak diharapkan dapat lebih berempati dan menghargai keuletan ibunya dalam bekerja.

Sudah tentu peran Ayah penting sebagai bagian sistem pendukung. Ayah berperan untuk terlibat dalam pengasuhan anak,dan bahkan melakukan pekerjaan rumah tangga saat Bunda harus mengurus si Kecil.

Pasangan yang keduanya bekeja dapat mengambil keputusan bersama terkait kelangsungan aktivitas rumah tangga dan pengasuhan anak dengan dasar kemitraan bersama.

Lantas bagaimana berbari peran antara suami-istri dalam urusan rumah tangga? Berikut sejumlah langkah yang bisa diambil:

1.Bicarakan secara jujur dan terbuka pembagian tugas rumah tangga yang Bunda inginkan. Misalnya, mengasuh anak, menemani anak belajar, berbelanja kebutuhan rumah tangga, dan lainnya.

2. Lakukan negosiasi dan kompromi, sehingga terwujud kesepakatan dan jalinan kerja sama yang baik dalam menangani peran dan tanggung jawab rumah tangga.

3. Pembagian tanggung jawab urusan rumah tak hanya berdampak positif bagi Bunda dan suami, namun juga bagi buah hati. Bagi-bagi tugas ini membuat suami terlibat pengurusan dan pengasuhan anak, sehingga tercipta hubungan ayah-anak yang lebih erat.

4. Meski pembagian tugas antara Bunda dan suami sudah berjalan, namun terkadang timbul masalah karena perbedaan pandangan. Suami, misalnya, keberatan bila harus melakukan kegiatan rumah tangga yang menurutnya seharusnya merupakan tugas dan tanggung jawab istri.

5. Bila kesalahpahaman terjadi, Bunda dan suami perlu menelaah kembali pembagian tugas itu. Bunda dan pasangan perlu meluangkan waktu mendiskusikan masalah ini di waktu yang agak santai. Tujuannya, agar diskusi bisa berlangsung lebih menyenangkan.

Ajak suami bergantian melakukan tugas dan pekerjaan rumah tangga. Dengan begitu akan timbul rasa saling menghargai atas usaha masing-masing pihak.

Semoga berguna ya Bun.

Referensi

https://www.apa.org/pi/about/newsletter/2015/09/women-workplace