Cegah Resistensi Kuman, Bijaklah Konsumsi Antibiotik

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Nov 2019

Resistensi terhadap antibiotik menjadi isu global. Kekhawatiran bakteri menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik yang dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang kurang tepat sudah menjadi masalah di berbagai rumah sakit di Indonesia dan dunia. Resistensi antibiotik ini menjadi suatu permasalahan yang cukup pelik dan harus segera diatasi bersama.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2013 terdapat 480.000 kasus baru multidrug-resistent tuberculosis (MDR-TB) di dunia. Data ini menunjukan bahwa resistensi antimikroba memang telah menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Untuk itu, perlu adanya peningkatan kesadaran di masyarakat mengenai resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik dapat menyebabkan kematian, karena antibiotik tak lagi bisa membunuh bakteri atau kuman penyebab penyakit. Kurangnya kepatuhan penggunaan antibiotik menjadi penyebab seseorang mengalami resistensi antibiotik. Penyebab lainnya adalah masyarakat dengan bebas membeli antibiotik di apotek tanpa resep.

WHO tegas menyebut bahwa resistensi antibiotik adalah salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan global, keamanan pangan, dan pembangunan saat ini. Banyak infeksi - seperti pneumonia, tuberkulosis, gonore, dan salmonellosis - menjadi semakin sulit untuk diobati karena antibiotik yang digunakan untuk mengobatinya menjadi kurang efektif. Kuman yang kebal terhadap antibiotik menyebabkan masa tinggal pasien di rumah sakit lebih lama, biaya medis lebih tinggi dan peningkatan angka kematian.

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam menanggapi penggunaan obat-obatan ini. Bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Kuman yang resisten ini dapat menginfeksi manusia dan hewan, dan infeksi yang disebabkannya lebih sulit diobati daripada yang disebabkan oleh bakteri yang tidak resisten.

Dunia perlu mengubah cara peresepan dan penggunaan antibiotik. Bahkan jika antibiotik baru ditemukan, namun tanpa diimbangi perubahan perilaku, resistensi antibiotik akan tetap menjadi ancaman utama. Perubahan perilaku harus mencakup tindakan untuk mengurangi penyebaran infeksi melalui vaksinasi, mencuci tangan, perilaku hubungan seks yang lebih aman, dan menjaga kebersihan makanan.

Mengatasi resistensi antibiotik adalah prioritas tinggi bagi WHO. Rencana aksi global tentang resistensi antimikroba, termasuk resistensi antibiotik, disahkan di Majelis Kesehatan Dunia pada Mei 2015, yang bertujuan untuk memastikan pencegahan dan pengobatan penyakit menular dengan obat-obatan yang aman dan efektif.

Rencana aksi global tentang resistensi antimikrobamemiliki 5 tujuan strategis:

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antibiotik

2. Memperkuat pengawasan dan penelitian.

3. Mengurangi timbulnya infeksi.

4. Mengoptimalkan penggunaan obat-obatan antibiotik

5. Memastikan investasi berkelanjutan dalam menghadapi resistensi antibiotik

Semua lapisan masyarakat dapat berperan aktif dalam mengurangi dampak dan membatasi jumlah bakteri yang kenal terhadap antibiotik. Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran resistensi kuman/bakteri terhadap antibiotik, hal yang bisa kita lakukan sebagai konsumen antara lain:

1. Tidak semua penyakit bisa disembuhkan dengan antibiotik. Oleh karena itu saat menemui dokter, jangan memaksa meminta antibiotik jika dokter memang tidak meresepkan. Pahami bahwa antibiotik digunakan untuk penyakit yang disebabkan infeksi bakteri, bukan gejala flu atau virus flu.

2. Jika dokter meresepkan antibiotik, gunakan sesuai resep. Minumlah semua antibiotik sesuai petunjuk dan jangan menyimpannya untuk penggunaan di masa mendatang.

3. Hindari berbagi antibiotik dengan orang lain.

4. Hanya gunakan antibiotik bila diresepkan oleh dokter/apoteker.

5. Cegah infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, hindari kontak dekat dengan orang sakit, melakukan hubungan seks yang lebih aman, dan melakukan vaksinasi rutin.

Siapkan makanan secara higienis dengan mengikuti kaidah WHO (jaga kebersihan makanan, pisahkan makanan mentah dan matang, masak makanan sampai matang, simpan makanan pada suhu yang aman, gunakan air dan bahan baku yang bersih) dan pilih makanan yang telah diproduksi tanpa menggunakan antibiotik yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan atau pencegahan penyakit pada hewan yang sehat.

Penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional dapat mengurangi beban penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya, penggunaan antibiotik secara luas yang tidak sesuai indikasi, mengakibatkan meningkatnya resistensi antibiotik secara signifikan.

Referensi

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance

https://www.webmd.com/cold-and-flu/qa/how-can-i-prevent-antibiotic-resistance