Cerdasnya Ibu Hadirkan Pemimpin Kecil Masa Depan

Oleh Muis Mulya 21 Oct 2013

Setiap bayi yang terlahir kedunia itu bersih dan suci…..begitulah tuntunan yang disampaikan dalam agama yang kuyakini tentang sosok anak manusia, meskipun dirinya terlahir dari keluarga yang kurang berada, atau mungkin justru tak punya apa-apa. Kullu maudlin yuladu ala al fitrah. Berkenaan dengan hal ini termaktub pelajaran berharga bahwa segala sesuatu yang terlahir dari rahim seorang ibu pada dasarnya bersih, suci, dan tidak membawa satupun kekurangan baik itu berkenaan dengan fisik, kecerdasan, garis keturunan, ataupun status sosial dalam masyarakat.

Lantas bagaimana dengan label atau predikat anak haram, anak jadah atau panggilan serupa dimana banyak sering kita dengar di masyarakat dan sosial media ?

Terkait akan hal ini tentu saja tak benar adanya. Mereka anak-anak kita ibarat kertas putih yang masih kosong, semua tergantung usaha kita. Jadi mau kita isi atau tulis dengan apa atau bagaimana, itulah yang menjadikannya sebuah kertas penuh makna dan arti, ataupun sebaliknya kusut dan tak memiliki manfaat.

Pernahkah kita berpikir sejenak dan bertanya kepada diri sendiri : layaknya kertas kosong yang masih putih bersih, apa yang harus kita tulis di dalamnya ?, akahkah kita coret begitu saja dan terbuang sia-sia tanpa arti ?, ataukah kita tulis dengan hati kemudian kita jaga, semoga di lain hari kertas berikut catatannya dapat bermanfaat untuk keluarga, juga sesama ?

Berangkat dari hal inilah, orang tua memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian anak-anaknya, agar di masa tumbuh kembangnya yang optimal, kedepannya mereka mampu menjadi sosok yang tangguh, bertanggung jawab, cerdas dan mandiri, namun tetap berakhlak mulia, dengan tubuh sehat dan pertumbuhan maksimal.

Pendidikan Anak Dimulai Sejak Pranikah

Jamak diketahui publik memang, tak ada orang tua yang tahu anaknya kelak akan menjadi apa. Pun demikian, semenjak dini kita juga harus mengupayakan, semoga apa yang kita harapkan sejalan dengan cita-cita anak, serta passion yang dimilikinya. Soal pelajaran yang di dapat seorang anak untuk masa depannya, semua dimulai semenjak kedua orang tuanya berupaya untuk memadu kasih dalam mahligai rumah tangga.

Dalam usaha pencarian belahan jiwa, manusia pasti menginginkan yang terbaik bagi dirinya, dengan memperhatikan masalah bibit, bobot dan bebet, yaitu dari siapa garis keturunannya, bagaimana keluarganya, dan bagaimana juga perilaku keseharian atau akhlaknya.

Setelah masa pencarian selesai dan beranjak membina rumah tangga, ternyata perjuangan untuk mendapatkan keturunan yang benar-benar mumpuni, ungggul dalam akhlak, cerdas dalam belajar, berkarakter dan tangguh menjalani hidup, tidak hanya sampai di sini. Justru setelah berumah tangga, beragam upaya nyata untuk meningkatkan kualitas diri, memperbaiki hubungan dengan suami, dan membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah harus selalu di upayakan.

Membaca, mengaji, meningkatkan potensi diri, taat pada suami, dan selalu berprasangka baik kepada sesama, kiranya itulah beberapa hal yang harus terus kita lakukan sembari bersabar hingga penantian mendapat momongan tiba.

Namun setelah tanda-tanda kehamilan datang dan janin berada dalam kandungan, kita sebagai orang tua tak boleh diam begitu saja. Pro-aktif, inilah yang harus kita lakukan, termasuk dalam pemenuhan nutrisi lahiriah, juga batiniahnya agar pertumbuhannya optimal. Dan pro-aktifnya orang tua disini tidak boleh berhenti begitu saja. Mereka harus selalu intens, dan terus mendampingi anak-anaknya, terutama ketika mereka sedang memasuki masa optimal tumbuh kembang, dan sedang aktif-aktifnya ingin mengenal sesuatu, lantaran inilah masanya untuk mengenal dunia dan mengeksplorasi segla hal yang ada di dalamnya
.
Cerdasnya Ibu Hadirkan Pemimpin Kecil Masa Depan

Lima tahun yang lalu seorang seorang gadis kampung yang lugu memantabkan diri untuk menjalin rumah tangga. Sebelumnya, ia hanya anak semata wayang yang hidup sebatang kara, dikarenakan orang tuanya telah lebih dahulu berpulang ke hadiratNya. Sepi, sendiri, dan tak ada yang menemani untuk berbagi kisah. Meski begitu, ia tetap tegar…sabar, dan berusaha untuk bertahan, bangkit menapaki masa depan yang masih terbentang luas menuju puncak kesuksesan.

Muis Mulya atau bisa di sapa Mimi Mama itulah aku. Setelah berbulat tekad dan mantab untuk menikah, maka tak lama menjalin hubungan lebih serius melalui perkenalan yang bertajuk taaruf, kamipun menikah dengan rangkaian acara yang tak tersingkap kata mewah.

Ngundhuh mantu, siraman, sesi photo atau bahkan tenda tak ada sama sekali selama acara berlangsung. Namun tak apa, semua ini sudah menjadi komitmen kami dimana tujuan pernikahan yang sebenarnyalah yang justru kami utamakan. Membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah, itulah cita-cita tertinggi kami, yang selanjutnya mengharap anak-anak shalih-shalihah segera terkabulkan.
Dimasa awal pernikahan, kami tak sekedar menjalani rumah tangga begitu saja. Meskipun mbanyu mili atau mengalir, bagaimanapun caranya, bagaimanapun sibuknya, dan bagaimanapun capeknya, setiap kegiatan harus teragenda dan terjadwal. Termasuk masalah pendidikan anak di masa depan dan pola asuh yang akan kami berikan ketika kesibukan telah sama-sama tertunaikan.

Tak selang lama kami menikah, anak pertamapun lahir dengan lancar tanpa ada hambatan. Alhamdulillah saat itu dini hari, dan bidan sebelah selalu sigap, hingga kamipun bersegera mendatangi rumahnya untuk melakukan persalinan di tempatnya. Anak laki-laki dengan panjang 46 cm dan memiliki berat badan 2.2 kg. Anak yang terlihat cukup aktif, meski saat itu bidn mengatakan bahwa si bayi memiliki berat badan lebih rinan, atau BBLR, karena berada di bawah berat badan bayi lain yang terlahir normal.

Kami berinama Bilal dengan nama lengkap Muhammad Bilal. Nama yang telah kami persiapkan benar, dan telah memasuki masa karantina panjang, dimana sang ayah berharap dirinya kelak dapat mengambil teladan dari sahabat Bilal dan nabi Muhammad Shalallahualaihi wassalam.

Nama adalah doa, dan setiap anak harus mendapatkan nama yang tepat, dimana nantinya setiap nama terucap akan menjadi doa untuk dirinya. Dan bukannya sekedar tren semata yang pada ujungnya hanya menimbulkan kesombongan belaka.

Setelah nama kami berikan, prosesi aqiqahpun kami lakukan. Dua ekor kambing untuk anak laki-laki, dan lahamdulillah meski kami sekeluarga tinggal sendiri tak bersama orang tua atau saudara. Alhamdulillah senantiasa diberikan kemudahan dalam menjalankan setiap rangkaian ibadah untuk mendidiknya menjadi anak yang shalih, dan bermarabat duna akhirat.

Karena anak kami memiliki berat badan yang kurang meskipun sebenarnya sosoknya aktif dan normal, tetanggapun lantas memberikan nasihat untuk memberikan nutrisi tambahan berupa susu khusus yang di dedikasikan untuk anak BBLR atau Berat Badan Lebih Rendah. Tak panjang lebar dengan saran tersebut kamipun mengikuti sarannya dan membeli salah satu produk dari produsen susu kenamaan yang produknya terkenal berkualitas namun memiliki harga yang bersahabat dengan rakyat.