Demam Berdarah dan Malaria Dua Penyakit Berbeda, Yuk Kita Cari Tahu

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 17 Apr 2020

Malaria dan demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang ditularkan oleh nyamuk. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles, yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia, maka parasit ini masuk ke tubuh dan berseayam di hati.

Sementara demam berdarah adalah infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah orang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. Ini terjadi karena nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut

Dalam beberapa kasus, demam berdarah berubah menjadi demam berdarah dengue yang mengancam jiwa, mengakibatkan kadar trombosit yang rendah, juga tekanan darah menurun dan memicu pendarahan.

Malaria dan demam berdarah adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, termasuk di Indonesia. WHO memperkirakan kasus kematian terkait malaria telah berkembang menjadi lebih dari 435.000 orang setiap tahun sementara demam berdarah telah diidentifikasi sebagai salah satu penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang paling berbahaya dan tercepat di dunia.1

Laporan World Malaria Report 2018 menyebut terjadi penurunan insiden malaria di dunia sebanyak 8 persen dalam kurun 2010 (239 juta kasus) hingga 2017 (219 juta kasus), data diambil dari 91 negara.

Demam berdarah banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam berdarah antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.

Sedangkan risiko terinfeksi malaria sangat tinggi bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah endemis malaria, terutama di Indonesia bagian timur. Sebut saja Papua, Papua Barat; Maluku, Maluku Utara; dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar Papua, Papua Barat merupakan wilayah endemis malaria tertinggi di Indonesia.

Apa saja perbedaan tanda dan gejala malaria dan demam berdarah? Yuk simak dalam uraian berikut ini:

Gejala

Malaria

Malaria umumnya akan menunjukkan gejala seperti demam dan menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, nyeri otot dan kelelahan. Suhu yang naik cepat di atas 40 derajat C dan seterusnya, dan diikuti oleh menggigil dan berkeringat, kemungkinan besar merupakan demam malaria.

Demam Berdarah

Demam berdarah menunjukkan gejala yang sama seperti demam tinggi, kelelahan, dan mual, tetapi beberapa di antaranya menonjol, seperti nyeri di belakang mata, ruam kemerahan dan kelenjar bengkak.

Demam berdarah menyebabkan setetes sel darah putih dan jumlah trombosit bisa merosot tajam virus dapat merusak sumsum tulang - pusat penghasil trombosit utama tubuh dan dapat menghasilkan antibodi yang menghancurkan trombosit.

Waspadai tanda-tanda peringatan seperti sakit kepala hebat terutama jika disertai dengan rasa sakit berdenyut karena bisa disebabkan oleh pendarahan internal yang berlebihan yang disebabkan oleh ‘ledakan’ kapiler.

Pengobatan

Pengobatan untuk malaria dan demam berdarah ditargetkan untuk menyerang parasit dalam darah . Orang dengan kasus malaria yang parah mungkin memerlukan infus intravena secara intens.

Demam berdarah tidak dapat sepenuhnya disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan kombinasi obat-obatan dan infus intravena. Dokter akan terus memantau tekanan darah dan melakukan transfusi jika pasien kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat pendarahan.

Pencegahan

Untuk mencegah tertular malria dan demam berdarah, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan, antara lain:

  • Vaksinasi dengue untuk anak usia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.
  • Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu.
  • Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu. Menutup rapat tempat penampungan air.
  • Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
  • Memasang kawat anti-nyamuk di ventilasi rumah. Pakai kelambu saat tidur.
  • Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras.
  • Tidak menggantung pakaian yang mengundang nyamuk.
  • Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi.
  • Menggunakan krim anti-nyamuk.

Referensi

  1. https://www.medanta.org/patient-education-blog/world-malaria-day-dengue-and-malaria/

http://www.medicinearticle.com/JMR_201512_06.pdf

http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/