Dia Butuh Setetes Darah untuk Membuka Matanya

Oleh Ainun Nadhifah 22 Dec 2014

Pada tahun 1996 kakak saya melahirkan anak kedua. Dia harus mengalami operasi caesar karena adanya plasenta previa. Operasi pun berhasil, namun sayangnya sang anak tak terselamatkan. Sedihnya keluarga kami saat itu. Kesedihan itu berlanjut saat dokter mengatakan kakak saya kehilangan banyak darah dan harus ditransfusi. Kakak ipar langsung menuju ke PMI, namun stok darah sedang habis. Kondisi kakak kritis. Kami sangat bingung, karena stok darah di mana-mana habis. Lalu dengan rela, ayah saya mendonorkan darahnya untuk kakak saya. Kebetulan golongan darah ayah cocok dengan golongan darah kakak. Transfusi pun dilakukan namun sampai tiga hari kakak saya belum sadarkan diri. Kami semua khawatir. Akhirnya di hari ke empat kakak saya sadar. Begitulah, betapa pentingnya setetes darah bagi kakak saya kala itu. Stok darah yang kurang akibat minimnya pendonor darah. Belajar dari pengalaman, saya tidak ingin ada ibu-ibu lain yang harus mengalami seperti kakak saya yang kehabisan stok darah. Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan donor darah pun saya ikuti, misalnya pengobatan gratis dan donor darah saat masih SMA, kegiatan donor darah di masjid dekat rumah, kampanye aksi donor darah di media sosial dan sebagainya. Tak kan ada setetes darah yang percuma, karena setitik kebaikan Anda itu sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.