Generasi Emas Pemimpin Masa Depan

Oleh Nur Rohmah 10 Oct 2013

We worry about what a child will become tomorrow, yet we forget that he is someone today -Stacia Tauscher- *

*Kita khawatir akan menjadi apakah anak kita kelak, tetapi terkadang kita lupa bahwa anak kita adalah seseorang (manusia juga) -Stacia Tauscher-

Orang tua terutama Ibu adalah ujung tombak perkembangan putra putrinya. Ibu itu ibarat madrasah (sekolah) yang idealnya mampu menghasilkan sebuah generasi emas yg kokoh dan kuat. Generasi emas pun tidak tumbuh dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuknya. Membentuk anak-anak kita menjadi generasi emas dapat disiapkan semenjak masa kehamilan hingga mereka terlahir di dunia.

1. Masa Kehamilan

Masa kehamilan adalah masa yang sangat penting, karena disini dimulainya pembentukan dan perkembangan janin. Dalam kandungan, janin akan mengalami fase pertumbuhan di seluruh bagian tubuh tak terkecuali otak dan panca indranya. 

Di dalam kandungan terutama memasuki minggu ke 24, janin sudah bisa mendengar dan mulai bisa mengenali suara orang-orang terdekatnya yaitu suara ayah atau ibu. Sehingga penting bagi orang tua untuk mulai berkomunikasi dengannya dalam kandungan. Komunikasi bisa dengan sekedar mengajaknya ‘ngobrol’, membacakan cerita atau ayat-ayat Al Quran, selain itu bisa juga dengan memperdengarkan musik klasik. Berkomunikasi dengan janin atau memperdengarkan ayat Al Quran dan musik klasik akan memberikan dia dampak positif hingga kelak ia dewasa. Seorang bayi akan menjadi lebih baik, teratur dan terarah dalam kepribadiannya, mampu mengendalikan emosi, lebih cerdas karena terjadi rangsangan sel-sel dalam otak sejak dini, serta lebih peka terhadap kondisi di sekitarnya.

Sebaliknya, ada sebuah hormon yang bernama “Kortisol” yaitu hormon yang diproduksi secara berlebihan apabila seseorang sedang dalam keadaan stress. Akibat produksi hormon tersebut timbullah tekanan darah tinggi, dada sesak, dan emosi menjadi tidak stabil. Khusus pada ibu hamil, hormon kortisol ini akan dapat menuju plasenta dan akhirnya bisa sampai ke janin melalui pembuluh darah. Akibatnya, janin pun bisa ikut stress. Bila selama hamil seorang ibu mengeluarkan hormon kortisol cukup banyak, hal ini dapat membawa pengaruh kurang baik tidak saja pada dirinya, tetapi juga pada janinnya, bahkan hingga si anak dewasa.

Selain komunikasi dengan janin dan mengontrol emosi selama kehamilan, faktor gaya hidup seorang ibu juga sangat berpengaruh pada janin dalam kandungan hingga masa depannya. Kurangnya nutrisi dan seringnya terpapar zat-zat berbahaya dapat meningkatkan risiko seorang ibu untuk mengalami masalah-masalah kehamilan. Faktor ini juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit-penyakit, kurangnya kemampuan otak, dan sikap buruk anak nantinya. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang akan sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik dan otak janin.

2. Golden Age

Seribu hari pertama dalam perkembangan anak (telah terlahir di dunia) merupakan periode emas atau masa terpenting pertumbuhan anak. Anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari perkembangan berpikir, emosi, motorik, fisik dan sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya. Saat perkembangan anak khususnya saat perkembangan dini, orang tua harus memberikan perhatian khusus, karena hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang. Guna mendukung hal tersebut berikut adalah beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua terutama ibu mengenai perkembangan anaknya.

a. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap: 

  • Tahap Sensorimotor, kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun. 
  • Tahapan Pra-operasional, anak belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan tempat masih terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun. 
  • Tahap konkret operasional, anak sudah bisa berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun. 
  • Tahap Formal Operasional, anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga sudah bisa menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain. 

b. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:

  • Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya. 
  • Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain. 
  • Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar.

c. Perkembangan Sosio-emosional

Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: 

  • Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan. 
  • Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul ketika anak sudah menguasai seluruh anggota tubuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan. 
  • Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu berinisiatif, bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak. 

Kebutuhan fisik berupa nutrisi dalam bentuk air susu ibu (ASI) eksklusif hingga anak berusia 6 bulan, makanan tambahan dan susu tambahan (saat anak telah berusia di atas 6 bulan) juga penting untuk dipenuhi. Selain itu, dibutuhkan imunisasi guna melindungi anak dari wabah dan penyakit menular. Setelah kebutuhan fisik terpenuhi, selanjutnya adalah kasih sayang (tetapi tidak boleh berlebihan) dan stimulasi interaktif dari orang tua. Stimulasi ini berguna untuk mengarahkan serta mengembangkan potensi anak. Misalnya orang tua memberikan contoh langsung, mengajak anak bermain, memberi kebebasan berimajinasi, selalu memuji serta menghargai anak, dan tidak melarang anak.

Hendaklah adab sopan santun anak-anak dibentuk sejak kecil karena ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirusakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan. (Hamka)

Pengalaman beberapa sahabat saya tentang pembentukan mental pemberani dan pemimpin untuk anak-anak berikut ini semoga juga bisa menjadi referensi. Orang tua selalu menghargai setiap usulan/ide anak walau kadang idenya aneh supaya anak berani mengeluarkan pendapat, jika ide itu kurang tepat, maka orang tua mengarahkan dengan bahasa mereka (bahasa anak). (Saur, Kesehatan Masyarakat)

Mengizinkan anak berusaha mengandalkan kemampuannya sendiri, supaya anak punya kepercayaan diri. Memberikan reward ketika berhasil dan tetap mendukung jika belum berhasil. Memberi tugas sesuai masa perkembangan si anak dan memantaunya menyelesaikan tugas. (Hamda, Perawat)

Mengikutsertakan anak dalam setiap event, misalnya lomba mewarnai, menggambar, menari, bernyanyi dan tak pernah menyalahkan si anak jika dia belum berhasil. (Laili, Farmasi)

Menanamkan pengalaman organisasi pada anak sejak dini untuk melatih jiwa kepemimpinannya. (Firza, dokter)

Sehingga dalam proses pembentukan mental pemimpin pada anak memang harus dimulai sejak dalam kandungan dan sejak dini setelah dia terlahir di dunia. Senantiasa menanamkan pada anak kebiasaan-kebiasan positif agar kelak ia terbiasa dengan kebaikan. Diperlukan sebuah kolaborasi yang apik antara ayah dan ibu. Orang tua tidak pernah meremehkan, senantiasa mengexplore kemampuan anak dan selalu mendukung serta mengarahkannya kepada hal-hal positif. Hal yang demikian akan membentuk mental anak, menjadi kannya seseorang yang pemberani dan bermental pemimpin.

Spesial Terimakasih untuk yang terkasih Ibu dan Bapak yang senantiasa sabar dan penuh kasih sayang membimbing dan merawat kami selama ini… <3

 Sumber: