Ibuku Contoh Pemimpin yang Hebat

Oleh megawati 25 Sep 2013

Ibuku adalah seorang yang hebat. Beliau mendidik dan membimbingku dengan kasih sayang yang tulus. Jiwa-jiwa kepemimpinan diajarkannya melalui contoh tindakan konkret. Banyak hal yang aku pelajari dari sikap ibu sehari-hari.

Seorang pemimpin yang besar selalu berkorban tanpa pamrih. Ibu mengajarkan jiwa berkorban tanpa pamrih. Walaupun ibu bekerja mencari nafkah karena ayahku sakit, ibu tidak pernah mengeluh. Tiap peluh yang menetes dibalasnya dengan senyuman penuh kasih. Setiap pagi ibu bangun pagi-pagi sekali menyiapkan makanan untuk kami semua. Setiap kali aku bangun, lauk pauk selalu terhidang dengan apik di meja.
Ibu selalu mengingatkanku untuk tidak memilih-milih makan. Susu, sayur, buah, daging, nasi semua kuperlukan untuk tumbuh kembang. Ibu sangat memperhatikan asupan gizi anak-anaknya. Beliau mengajarkan bahwa dalam makanan yang sederhana sekalipun terkandung sejuta manfaat untuk tubuh kita. Ibu membuatkan bekal yang tertata indah untuk kubawa ke sekolah. Berkat ibu, aku tidak suka jajan di luar. Ketika aku sudah agak besar, tanpa kusadari dalam diriku ada keinginan yang menggugahku untuk membantu ibu di dapur. Kubangun pagi, walaupun tidak sepagi ibu. Kubantu ibu dari hal-hal yang sederhana seperti menyiapkan piring dan peralatan makan. Seetlah aku beranjak dewasa aku mulai membantu ibu memasak dan mencuci piring.

Ibu juga mengajariku untuk hidup mandiri. Sedari aku masih balita, ibu mengajariku untuk makan sendiri. Dengan telaten ibu mengajariku memegang sendok, menggenggam tanganku, menggerakkannya untuk mengambil makanan dari dalam piring dan menyuapkannya ke dalam mulutku. Walaupun masih tercecer, ibu tetap membimbingku setiap hari sampai aku dapat makan sendiri.
Menjaga kesehatan adalah salah satu bentuk cara menyayangi diriku sendiri dan ibu. Berkat ibu, sekarang aku rajin menggosok gigi. Ketika aku masih kecil, ibu memberikan kesempatan kepadaku untuk belajar menyikat gigiku sendiri. Malam sebelum tidur dan pagi setelah sarapan, ibu mengajakku sikat gigi bersama. Sambil berjongkok di hadapanku ibu mencontohkan cara memegang sikat gigi dan cara menggosok gigi yang benar.
Ibu juga mengajariku untuk tidak ngompol. Sebelum tidur, ibu membawaku ke kamar kecil untuk buang air kecil. Hal ini membuatku tidak ngompol lagi waktu aku berumur 3 tahun.
Ketika aku beranjak TK, aku mulai membersihkan tempat tidurku sendiri. Sambil bernyanyi “Bangun Tidur”, ibu mengajariku cara membersihkan tempat tidur. Membersihkan tempat tidur sangat menyenangkan bersama ibu.
Kemandirian yang diajarkan ibu mulai dari hal-hal yang sederhana tertanam dalam dalam diriku sehingga aku terbiasa untuk mengerjakan tugas-tugas dengan tanganku sendiri ketika aku dewasa.

Ibu selalu berpikiran positif terhadap masalah-masalahku. Ketika ada teman yang mengolok-olokku bodoh di kelas, ibu selalu bilang, “Nak, temanmu ingin kamu lebih pintar dari sekarang. Makanya kamu harus lebih giat belajar.” Ibu selalu memberikan dukungan dan semangat untukku. Lewat pelukan dan senyumannya, ibu selalu membesarkan hatiku yang ciut.

Bertindak secara kreatif dalam menghadapi masalah adalah hal yang tidak mungkin untuk tidak dilakukan. Ibu mengajariku untuk berpikir secara kreatif dalam mengerjakan tugas sekolah, seperti mengolah bungkus mie instan menjadi dompet untuk tugas prakarya sekolahku dan menggunakan daun-daun kering utuk mozaik.
Ibu menanamkan bahwa banyak cara untuk mencapai kesuksesan. Aku tidak boleh menyerah walaupun banyak halangan yang menjegal. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Aku tidak boleh patah arang jika aku jatuh.
Ibu mengingatkanku untuk selalu bertindak jujur, tidak boleh berbohong dan mencuri milik orang lain. Kekayaan materi bukanlah segalanya. Kebahagiaan dari materi hanya bersifat sementara. Tetapi kebahagiaan melalui tindakan sosial, seperti menolong dan berbagi dengan sesama akan membawa nikmat yang tiada tara. Ibu mengajariku berbagi dengan mengajakku ke panti asuhan, memberikan sumbangan untuk anak yatim, berbagi dengan teman dan bekerja kelompok dengan teman.

Ibu adalah inspirasiku dalam setiap langkah hidupku. Aku menjadi berani tampil di depan umum karena beliau selalu memberikanku ruang untuk mengaktualisasikan diri. Aku dapat bermain dengan teman-teman sebayaku di waktu libur. Ibu juga memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai proporsiku.

Aku terus belajar untuk berjiwa besar. Aku belajar untuk berani mengakui kesalahanku. “Maafkan Ibu, Nak ...,” itu kata-kata yang meluncur dari mulut ibu waktu ia terlambat menjemputku pulang sekolah karena masih harus bekerja. Ibu memberikan contoh kepadaku untuk tidak takut mengucapkan kata “maaf” dan mau mengakui kesalahan. Ibu mengingatkanku untuk selalu belajar dari kesalahan yang kulakukan agar jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tiada manusia yang sempurna. Aku juga belajar memaafkan kesalahan orang lain dari ibu. Mendendam hanya akan menambah kebencian dalam hati kita. Walaupun terkadang aku masih khilaf, aku terus belajar berani mengakui kesalahanku dan memaafkan orang lain.

Aku sangat menyayangi kedua saudaraku. Aku tidak pernah merasa iri karena mereka selalu menjadi juara kelas. Aku justru bangga karena memiliki saudara hebat seperti mereka. Hal itu karena ibu selalu berlaku adil terhadap kami. Beliau tidak pernah pilih kasih. Ibu selalu mengingatkan kalau setiap anak memiliki bakat dan talenta masing-masing. Ibu tidak pernah putus asa membina bakatku. Beliau menyekolahkanku bahasa untuk mengembangkan bakatku dalam bidang sastra.  Dalam setiap keberhasilanku, ibu selalu mengingatkanku untuk tidak menjadi sombong. Aku diajak bersyukur dalam segala keberhasilan dan kegagalan dan dalam kelebihan dan kekurangan yang ada. Setiap malam ibu mengajakku berdoa untuk mensyukuri hari yang telah berlalu dan mohon perlindungan Yang Kuasa dalam setiap langkah kehidupan yang kutempuh.

Seorang pemimpin yang bijak mau mendengarkan orang lain. Ibu adalah seorang pendengar yang baik. Di kala senggang ibu menyempatkan diri mendengarkan ceritaku tentang kejadian di sekolah dan masalahku dengan teman-temanku. Ibu tidak menghakimi perbuatanku. Ia hanya mendengarkanku sampai aku selesai mencurahkan segala keluh kesahku. Di akhir ceritaku, ibu selalu memberikan ilustrasi cerita-cerita bijak untuk membuka mataku.

Berkat ibu, sekarang aku bisa menjadi pemimpin untuk diriku sendiri dan rekan-rekan kerjaku di kantor. Aku akan berusaha untuk menjadi pemimpin yang lebih baik sebagai tanda terima kasihku untuknya.