Jangan Anggap Enteng Alergi, Dampaknya Besar dari Sisi Ekonomi Keluarga

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Apr 2020

Alergi tak bisa dianggap sepele. Bunda mungkin tahu belakangan ini tren penyakit dunia telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit tak menular dan kronis - salah satunya adalah alergi

Dampak elergi ini luas, dan bahkan kerap tidak disadari. Orangtua harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya perawatan rumah sakit, pengobatan, dan kunjungan ke dokter, hingga pemeriksaan menggunakan beragam metode - yang semuanya perlu biaya.

Tak jarang, penangan alergi butuh waktu lama dan tentu saja menghabiskan banyak biaya. Di Amerika Serikat misalnya, estimasi jumlah biaya untuk intervensi medis adalah sebesar US$3.700 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, biaya medis yang diperlukan adalah sekitar Rp7-10 juta per orang per tahun.1

Alergi makanan adalah masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di Amerika Serikat yang mempengaruhi 8% anak-anak. Alergi makanan pada anak mengakibatkan biaya medis langsung yang signifikan ke sistem perawatan kesehatan dan membebani biaya yang besar pada keluarga. Alergi makanan menelan biaya US$24,8 miliar per tahun atau US$4184 per anak di AS. Total biaya terdiri dari biaya medis langsung yang signifikan untuk alergi makanan (US$4,3 miliar) dan bahkan biaya yang lebih besar ditanggung oleh keluarga (US$20,5 miliar).2

Selain biaya langsung terkait intervensi medis untuk oenanganan alergi, jangan lupa ada pembiayaan tak langsung, mencakup ongkos transportasi hingga biaya tambahan kebutuhan pelayanan medis lainnya. Pengeluaran tak langsung ini diperkirakan menyamai atau sekitar 75-90% dari angka pembiayaan medis. Jika biaya medis yang diperlukan seseorang adalah sekitar 8 juta rupiah per tahun, maka biaya tidak langsung ini adalah antara Rp5-7 juta rupiah. 1 Cukup besar juga kan Bun?

Terkait beban biaya penanganan alergi, Kids With Food Allergies (KFA) melakukan survei My Kid’s Life With Food Allergies (April 2019). Survei melibatkan 1.234 orangtua yang memiliki anak alergi makanan. Tujuan survei untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang dampak penuh alergi makanan pada kehidupan keluarga - termasuk beban ekonomi dari mengelola penyakit kronis ini. Survei menyimpulkan bahwa alergi makanan memicu tekanan finansial yang signifikan pada keluarga:

Sebanyak 44% orangtua harus membuat perubahan karier untuk merawat anak mereka yang alergi makanan. Sedangkan 29% responden mengatakan mereka menghabiskan 15 jam atau lebih per minggu mengelola alergi makanan anak, sebanyak 18% memiliki utang karena harus mengelola anak dengan alergi makanan. 3

Penelitian lain mendukung besarnya dampak ekonomi terkait dengan alergi makanan. Sebuah studi tahun 2013 mengatakan biaya alergi makanan pada anak-anak di AS menelan biaya sekitar US$25 miliar per tahun, atau US$4.184 per anak per tahun. Biaya medis langsung tahunan karena alergi makanan diperkirakan US$4,3 miliar atau US$724 per anak. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk merawat anak-anak dengan alergi makanan mencapai US$5,5 miliar atau US$931 per anak, termasuk biaya untuk diet makanan khusus hingga urusan pindah sekolah.

Orangtua yang memiliki anak dengan alergi makanan bisa kehilangan produktivitas/pekerjaan karena harus membawa anak mereka ke kunjungan medis, besarannyaUS$773 juta atau US$130 per anak, Tak sedikit orangtua yang harus kehilangan pekerjaan, pindah kerja atau lebih sedikit pilihan kerja akibat perawatan alergi.

Mengingat besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani alergi,pencegahan alergi menjadi perhatian karena penyebabnya masih belum dapat didefinisikan dengan tepat. Sejauh ini baru diketahui bahwa munculnya alergi dikaitkan dengan faktor genetik pada keluarga.

Bunda dapat mengurangi beban keuangan akibat alergi adalah dengan upaya preventif, dengan melakukan pencegahan primer, salah satunya dengan memberi si Kecil ASI eksklusif selama 6 bulan.

Selain itu, penggunaan strategi formula hidrolisasi parsial (Partially Hidrolyzed Formula/ pHF) bagi Si Kecil bisa dilakukan sebagai salah satu metode penanganan kecenderungan penyakit alergi. PHF dapat menghemat sekitar 30% dari pembiayaan akibat gangguan alergi.1

Selain itu, Bunda perlu melakukan pencegahan sekunder dan tersier saat Si Kecil telah terdiagnosis alergi unuk mengurangi kerugian akibat alergi.

Penelitian masih terus dilakukan dalam upaya menemukan jenis terapi jangka panjang dengan biaya rendah dan efektivitas tinggi. Kombinasi antara proses pencegahan primer, sekunder, dan tersier dengan teknik terapi yang efektif dapat meningkatkan nilai keuntungan pembiayaan terhadap efek terapi.

Referensi

1. https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/pengaruh-alergi-terhadap-keuangan-keluarga/

2. https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/1738764

3. https://community.kidswithfoodallergies.org/blog/the-financial-impacts-of-food-allergies