Kenali Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 03 Oct 2019

Penyakit jantung sejauh ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab teratas kematian di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut tak kurang 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.1

Salah satu yang menjadi sorotan adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease (CHD), yaitu kelainan pada struktur maupun fungsi jantung yang didapat sejak masih berada dalam kandungan. Kelainan ini dapat terjadi pada dinding jantung, katup jantung, maupun pembuluh darah yang ada di dekat jantung. Akibatnya, dapat terjadi gangguan aliran darah di dalam tubuh penderita, misalnya terjadi sumbatan aliran darah, atau darah mengalir ke jalur yang tidak semestinya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut, 7 hingga 8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan PJB. Relatif tingginya angka kejadian PJB menyebabkan kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering di antara kelainan-kelainan bawaan jenis lain.2

Jantung terbentuk mulai hari ke-15 kehamilan dan telah selesai pada hari ke-50, jadi pada usia kehamilan 7-8 minggu jantung telah menjalankan fungsinya. Pada masa itu, apabila terjadi gangguan maka proses pembentukan struktur jantung menjadi tidak sempurna.

Struktur dan fungsi jantung yang normal sangat dibutuhkan untuk mempertahankan peredaran darah yang stabil guna mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada tubuh anak. PJB memiliki variasi kelainan yang sangat luas sehingga anak bisa tumbuh normal, terutama pada kelainan yang tidak tampak biru. Meski PJB merupakan kelainan struktur jantung yang sudah terdapat sejak lahir, namun gejala dan tandanya dapat timbul di kemudian hari.

Meskipun ratusan bahkan ribuan tipe kelainan, secara garis besar PJB dapat dikelompokkan menjadi dua tipe.

Tipe 1, yaitu PJB biru (sianotik), jenis PJB yang menyebabkan warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan selaput lendir terutama di daerah lidah/bibir dan ujung-ujung anggota gerak akibat kurangnya kadar oksigen di dalam darah.

Tipe 2, PJB non-sianotik, yaitu PJB yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. PJB non-sianotik umumnya menimbulkan gejala gagal jantung yang ditandai dengan sesak yang memberat saat menyusu atau beraktivitas, bengkak pada wajah, anggota gerak, serta perut, dan gangguan pertumbuhan yang menyebabkan kekurangan gizi.

Bagaimana mengenali gejala PJB?

Website Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut, gejala dan tanda PJB dapat dikenali sejak lahir atau sebaliknya hanya menimbulkan gejala minimal, seperti berat badan sulit naik atau infeksi saluran napas berulang sehingga tidak terdeteksi hingga dewasa.

Dokter biasanya mencurigai adanya PJB bila mendeteksi adanya tanda/gejala gagal jantung, kebiruan, ataupun mendengar kelainan bunyi atau bising jantung. Namun sering kali PJB tidak memberikan gejala/tanda yang khas saat bayi baru lahir mengingat sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi dari masa janin ke periode pascalahir. Untuk itu, perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi adanya PJB.

Deteksi dan identifikasi PJB sangat penting mengingat waktu yang tepat untuk tindakan pengobatan berbeda-beda menurut jenis dan berat-ringannya kelainan. Terdapat PJB yang memerlukan tindakan operasi/intervensi kateter segera setelah lahir, tetapi sebaliknya terdapat tipe kelainan yang hanya memerlukan pemantauan hingga anak tumbuh dewasa.

Kabar baiknya, saat ini hampir semua tipe PJB dapat dikoreksi, baik melalui tindakan operasi ataupun intervensi kateter (non-bedah).

Jadi, jika Bunda mencurigai ada hal yang tidak wajar pada Si Kecil, misalnya berat badan sulit naik atau kulitnya membiru, terlihat sesak saat menyusu, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Referensi

1 https://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/atlas/en/

2http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-kelainan-jantung-bawaan-pada-anak

https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/about-congenital-heart-defects/common-types-of-heart-defects