Kesehatan Ibunda Menentukan Ksesehatan Sang Buah hati

Oleh Fakhrul Ridha 09 Mar 2012

Kesehatan adalah harta yang paling sangat berharga bagi kita saat ini. Kesehatan merupakan kondisi yang mencakup mental, fisik, dan sosial. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat. Tahukah anda semua jikalau kesehatan seseorang itu dapat ditentukan sejak kita masih berada di dalam kandungan. Surat kabar Inggris Observer menulis, terdapat kemungkinan terjadinya serangan kanker pada anak-anak akibat dari gaya hidup ibunya yang kurang sehat, meskipun kondisi itu terjadi sebelum kehamilan. Beberapa faktor utamanya seperti merokok, minum alkohol, dan beberapa zat-zat beracun lainnya yang termakan saat dalam kehamilan, akan menyebabkan serangan kanker pada masa akhir hidupnya. 

Menurut seorang pakar dan spesialis gizi terkemuka, Prof. Ricardo Yu, kemungkinan seorang anak untuk terkena penyakit kanker tersebut bisa saja terjadi sejak sebelum kehamilan. Hal ini tergantung pada pola hidup sang ibu sebelum dan selama kehamilan.

Profesor yang juga merupakan penasehat WHO tersebut mengatakan bahwa kebiasaan sang ibu seperti merokok atau minum alkohol dapat memainkan peranan penting dalam kerentanan anak terkena kanker. Seorang peneliti di Fakultas Kesehatan dan Kedokteran London mengatakan, kemungkinan anak terkena kanker itu akan meningkat tergantung pada gen orang tua dan kebiasaannya setelah pubertas. Terdapat bukti ilmiah yang mengungkapkan besarnya peranan orang tua serta kondisi kehidupan keluarga dalam kesehatan anak.

Oleh karenanya, selama masa kehamilan kesehatan sang Ibu dan bayi di dalam kandungan harus mendapat perhatian yang khusus agar kelak hidupnya dapat sehat. 

Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu.

Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan baik saat masih di dalam kandungan maupun saat balita. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. 

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun.

Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.

Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.

Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.

Dalam hal melakukan upaya-upaya perbaikan perlu disadari bahwa hubungan ibu dan anak sangat erat dimana kondisi kesehatan ibu akan dapat secara langsung mempengaruhi kondisi kesehatan anaknya, baik mulai dari kandungan maupun setelah persalinan. Oleh karena itu, penting sekali menempatkan konteks reproduksi dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga diharapkan kondisi kesehatan seseorang benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep medis yang tepat sejak ia berada dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga dewasa.

Oleh sebab itu, mari bersama-sama kita kampanyekan menurut prospeksi kita masing-masing mengenai aksi pentingnya mendukung kesehatan bunda demi lahirnya sang buah hati yang sehat nantinya dan ikut mendukung gerakan Nutrisi Untuk Bangsa agar anak-anak Indonesia nantinya dapat hidup dengan sehat dan berprestasi.

——————————————————————————————————————————————————————

Referensi: USU digital library; 

Tulisan ini dilombakan pada: Blog Writing Competition