Membedah Mitos Coronavirus Penyebab Covid-19

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 May 2020

Dunia tengah berperang melawan pandemi coronavirus (virus corona), termasuk Indonesia. Penting untuk memastikan bahwa semua orang mendapat informasi yang benar terkait penyakit yang disebabkan virus dengan tingkat penularan yang mencengangkan ini.

Masih banyak mitos tentang coronavirus penyebab Covid-19 yang beredar di dunia maya, yang dapat dengan mudah memberi informasi yang salah kepada orang-orang yang mengakses internet. Berikut ini sejumlah mitos coronavirus yang umum dan fakta untuk meluruskannya

Mitos: Saat ini telah ada vaksin Covid-19

Sayangnya, masih belum ada vaksin untuk melawan coronavirus yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan (pneumonia), meskipun para ahli dan produsen sedang bekerja keras untuk mengembangkannya sesegera mungkin. Proyeksi optimistis vaksin Covd-19 mungkin akan tersedia sekitar tahun 2021.

Mitos: Coronavirus akan menghilang saat cuaca panas

Hal ini tidak dapat dipastikan kebenarannya. Kerentanan pasien terhadap virus tidaklah sama dengan virus flu, karena coronavirus baru tidak mengikuti pola yang sama dengan penyakit menular lainnya.

Mitos: Orang tanpa gejala tidak mungkin menularkan virus

Ini anggapan yang sama sekali salah. Faktanya, banyak orang tanpa gejala dapat menularkan virus ke orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa coronavirus dapat dengan mudah menyebar. Riset terbaru menyebut sejumlah besar kasus Covid-19 yang dikonfirmasi mungkin berasal dari pembawa asimptomatik (tanpa gejala) yang tidak menyadari bahwa mereka membawa virus.

Mitos: Bayi dan anak-anak aman dari infeksi coronavirus

Ini tidak benar, karena ada juga kasus anak-anak dan bayi yang sakit - bahkan meninggal - akibat infeksi virus crona. Dan karena masih banyak yang tidak diketahui tentang sifat virus corona, lebih baik menjaga semua orang dari berbagai kalangan dalam posisi aman.

Mitos: Virus dapat ditularkan melalui gelombang 5G

Ini anggapan yang salah. Virus tidak dapat melakukan perjalanan di gelombang radio/jaringan seluler. Covid-19 menyebar di banyak negara yang tidak memiliki jaringan seluler 5G. Yang benar adalah virus corona menyebar melalui tetesan (droplet) pernapasan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin atau berbicara. Orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mereka memegang mata, mulut atau hidung tanpa terlebih dulu cuci tangan dengan sabun.

Mtos: Virus akan mati di suhu lebih tinggi dari 25 derajat C

Ini anggapan yang salah dan membahayakan. Siapa saja bisa tertular virus corona tidak peduli seberapa cerah atau panas cuacanya. Negara-negara dengan cuaca panas telah melaporkan peningkatan kasus Covid-19. Untuk melindungi diri, pastikan selalu mencuci tangan selama 20 detik, serta menghindari menyentuh mata, mulut, dan hidung.

Mitos: Mandi air panas bisa mencegah penularan coronavirus

Faktanya, mandi air panas tidak akan mencegah kita terpapar Covid-19. Sebenarnya, mandi air panas dengan air yang sangat panas bisa berbahaya, karena bisa menyebabkan kulit terbakar. Cara terbaik untuk melindungi diri dari infeksi virus corona adalah sering membersihkan tangan dengan sabun.

Mitos: Menyemprotkan alkohol/klorin ke seluruh tubuh bisa membunuh coronavirus

Sama sekali tidak benar. Menyemprotkan alkohol/klorin ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus yang telah memasuki tubuh. Melakukan tindakan semacam itu malah bisa berbahaya bagi selaput lendir (misalnya mata dan mulit). Alkohol dan klorin memang dapat berguna untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi harus digunakan dengan cara yang tepat.

Mitos: Antibiotik bisa mencegah dan mengobati Covid-19

Jawabnya tidak. Antibiotik tidak bekerja melawan virus, hanya bakteri. Coronavirus baru (2019-nCoV) adalah virus dan, oleh karena itu antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan. Namun pasien yang dirawat di rumah sakit terkait infeksi 2019-nCoV bisa saja menerima antibiotik karena koinfeksi bakteri mungkin terjadi.

Mitos: Thermal scanner dapat mendiagnosis coronavirus

Thermal scanner atau pemindai suhu dapat mendeteksi apakah seseorang mengalami demam atau tidak. Namun, kondisi lain, seperti flu musiman, juga dapat menyebabkan demam. Selain itu, gejala Covid-19 dapat muncul 2-14 hari setelah infeksi, yang berarti bahwa seseorang yang terinfeksi virus corona bisa saja memiliki suhu normal selama beberapa hari sebelum demam muncul.

Referensi

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters

https://www.medicalnewstoday.com/articles/coronavirus-myths-explored