Mengenal Lebih Dekat Tuberkulosis: Cerdas Bedakan Mitos vs Fakta

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 04 Mar 2019

Sahabat NUB,

Tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Penyakit tuberkulosis (TB atau TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, bukan saja di Indonesia namun juga di dunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis, yang mana sekira 33% dari total kasus penyakit TBC di dunia ditemukan di negara-negara Asia.

Tuberkulosis, yang juga sering disebut “flek paru” adalah gangguan pernapasan kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak setelah India.

TB menjadi infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Sayangnya, masih banyak yang tidak menyadari atau bahkan tidak tahu tentang bahaya TB dan bagaimana pengobatannya.

Berikut kami sajikan informasi seputar tuerkulosis yang penting diketahui:

Bagaimana kuman TB ditularkan?

Penyakit tuberkulosis bisa menular ketika pengidap TB mengeluarkan dahak atau cairan liur dari mulutnya yang berisi kuman M. tuberculosis ke udara (saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa), dan kemudian dihirup oleh orang lain.

Kuman yang keluar dari batuk pengidap TB dapat bertahan di udara lembap yang tidak terpapar sinar matahari selama berjam-jam. Akibatnya, setiap orang yang berdekatan dan berinteraksi dengan penderita TB secara langsung berpotensi menghirupnya sehingga akhirnya tertular.

Kuman yang terpapar sinar ultraviolet langsung akan mati dalam beberapa menit. Namun, kuman dapat terus hidup hingga satu minggu jika tinggal di dahak yang berada pada suhu di antara 30-37 derajat Celcius.

Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan.

Siapa yang rentan tertular tuberkulosis?

Faktanya, kebanyakan orang telah terpapar kuman TB selama hidupnya, namun hanya 10% orang yang terinfeksi TB akan menderita penyakit ini. Salah satu faktor penentu seseorang bisa terkena TB atau tidak adalah sistem imun tubuh: Makin kuat daya tahan tubuh, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB.

Orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah biasanya cenderung lebih mudah terinfeksi. Lansia, orang dengan HIV atau AIDS, penderita kanker, diabetes, ginjal, dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TB karena sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri.

Apa saja gejala infeksi tuberkulosis?

Meski ada yang tidak menunjukkan gejala, namun keluhan yang biasanya timbul adalah:

Demam yang tidak terlalu tinggi, hilang timbul, sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari perasaan demam. Curigai infeksi TB apabila demam lebih dari 3 minggu dan tidak jelas penyebabnya.

Batuk/batuk darah, batuk berdahak yang pada kasus tertentu dapat disertai dengan Sesak napas, juga nyeri dada.

Nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat di malam hari meski tidak kegerahan, nyeri otot.

Apakah tuberkulosis bisa sembuh?

Pengobatan TB menggunakan kombinasi antibiotik yang terdiri dari 2 fase dan biasanya berlangsung selama 6-9 bulan. Pasien dinyatakan sembuh tidaknya dari TB di akhir masa pengobatan oleh dokter yang menangani. Setelah dinyatakan sembuh pasien tetap dievaluasi untuk kekambuhannya selama minimal 2 tahun.

Meski termasuk penyakit kronis,TB bisa sembuh total hingga 99%, asal rutin berobat selama 6-9 bulan berturut-turut dan tidak pernah lupa minum obat.

Tingkat keberhasilan pengobatan TB sepanjang tahun 2008-2009 pernah mencapai 90%, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh WHO, meski di sepanjang tahun berikutnya terus merosot turun. Data terakhir pada tahun 2016 mencatat keberhasilan pengobatan TB di tingkat nasional sekitar 85 persen.

Untuk mengetahui apakah pasien sudah sembuh total baru bisa dipastikan lewat hasil tes laboratorium. Jika hasilnya menunjukkan keberadaan bakteri sudah negatif, pasien dinyatakan sembuh total.

Apakah tuberkulosis diturunkan?

Penyakit ini memang lebih sering menyebar di antara anggota keluarga, tapi tidak ada hubungannya dengan genetik atau riwayat kesehatan keluarga.

Potensi seseorang tertular TB besar ketika menghabiskan banyak waktu beraktivitas di sekitar pengidap TB tanpa perlindungan (misalnya masker). Besar kecilnya peluang Anda untuk tertular TB dari anggota keluarga yang sakit akan tergantung dari kondisi kesehatan, daya tahan tubuh, dan kebersihan pribadi.

Benarkah tuberkulosis hanya menyerang masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah?

Meski data profil kesehatan Indonesia tahun 2016 mencatat bahwa kasus TB di Indonesia terbanyak ditemukan pada kelompok orang berusia produktif (25-34 tahun) yang tidak bersekolah dan yang tidak bekerja, tapi faktor risiko TB tidak ada hubungannya dengan kondisi ekonomi dan status gizi seseorang.

Setiap orang berisiko terkena TB jika sistem kekebalan tubuhnya lemah, kebersihan pribadi dan lingkungannya kurang terjaga, tinggal di lingkungan yang lembap, sempit, dan tidak terpapar sinar matahari, juga kontak langsung secara dekat, dalam waktu lama, sering, dan terus-terusan dengan pasien TB aktif.

Benarkah TB hanya menyerang paru?

Begitu terhirup, bakteri TB memang akan mengendap di paru-paru dan mulai berkembang biak untuk menyebabkan TB paru. Jika dibiarkan tak ditangani, bakteri dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya lewat aliran darah.

Jenis infeksi TB lain yang umum ditemui adalah TB tulang, TB kelenjar getah bening, dan TB usus. Bahkan juga bisa menyerang jantung, sistem saraf, dan organ lainnya. Jenis-jenis TB ini tidak menular layaknya TB paru, karena tidak menunjukkan gejala batuk yang dapat menyebarkan bakteri aktif ke orang lain.

Referensi

https://www.healthline.com/health/tuberculosis

https://www.webmd.com/lung/understanding-tuberculosis-basics#1