Menyiapkan Anak Yang Sehat Lahir dan Batin

Oleh fuatuttaqwiyah 21 Oct 2013

Menyiapkan Anak Yang Sehat Lahir dan Batin
Ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Banyak anak yang berhasil bermula dari seorang ibu. Sosok perempuan yang mau berkorban apapun demi keberhasilan anaknya.
Ibu di mataku adalah sosok yang tergantikan. Ribuan hari yang berlalu tidak akan pernah memupus kehadiran dan jasanya di dalam hidupku. Ia yang membuatku berarti dan penyokong semangat utamaku.
Menjadi ibu adalah kodrat seorang wanita. Dipanggil dengan sebutan ibu adalah keinginanku. Aku ingin anakku memanggilku ibu seperti halnya aku memanggil perempuan yang telah bertaruh nyawa demi kelahiranku.
Alasan pemanggilan ibu adalah karena anakku nantinya lahir dan besar di Indonesia. Aku ingin mengenalkan budaya negeri Indonesia dimulai dengan panggilan pertama kepada orangtuanya. Begitupun ketika dia memanggil ayahnya. Cukup dengan bapak. Panggilan yang lebih membumi terutama di keluarga besarku.
Bagi orang yang tinggal di pedesaan, panggilan yang asing akan dianggap menyalahi adat. Aku ingin anakku membumi semenjak dia dilahirkan. Begitu juga dengan bahasa yang akan kugunakan sebagai alat komunikasi utama di keluarga kecilku. Aku memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di keluarga. Biar sejak kecil ia mengenal bahasa bangsanya. Bila ia sudah agak besar, sekitar usia sekolah dasar baru kukenalkan dengan bahasa asli kedua orangtuanya dengan berimbang. Yakni bahasa asli ibu dan bapaknya bila aku dan suamiku berbeda suku.
Mendidik anak untuk menjadi pemimpin dimulai sejak ia lahir. Di sinilah peran ibu sangat penting. Aku pun menyadari hal itu. Pola kepemimpinan seorang ibu dan ayah dalam sebuah keluarga akan menentukan bagaimana seorang anak akan bersikap.
Ibu adalah kaca tempat anak bercermin. Sebagaimana kata seorang pakar intelegensia Munif Chatib bahwa anak kecil adalah peniru orang dewasa di sekitarnya. Maka, bagiku tidak ada pilihan lain selain membiasakan diri berperilaku santun di depannya. Alasannya sederhana agar bila dewasa kelak ia akan berperilaku sama dengan orangtuanya.
Bila sejak kecil seorang anak terbiasa dididik dengan kasih sayang, santun, maka ketika besar ia akan menyayangi sesamanya. Ia tidak akan melakukan kekerasan atau membangkang sebagaimana yang kita saksikan di media massa saat ini.
Seorang ibu akan berperan besar membentuk karakter anak dimulai dari sejak masih di dalam kandungan. Bila sejak kecil dibiasakan untuk mendengar hal-hal yang positif, maka ia pun terbiasa untuk berpikir positif.
Mendidik anak tidaklah mudah. Terlebih di dunia serba layar seperti sekarang ini. Perlu aturan dan disiplin kuat agar anak bertanggungjawab terhadap dirinya dan lingkungannya.
Perilaku disiplin hendaknya dibangun semenjak ia lahir. Sebagai contoh adalah pemberian Air Susu Ibu(ASI). Pemberian ASI yang terjadwal akan membuat bayi terbiasa hidup disiplin. Di samping memudahkan sang ibu, anak pun terbiasa hidup teratur, terjadwal dan sabar. Ini yang terkadang terlewat di mata ibu-ibu modern yang mengganti ASI dengan susu formula.
Bila menjadi ibu nanti, aku pun akan menyusui anakku dengan ASI. Di mataku ASI sangat berguna untuk kecerdasan, kekebalan tubuh dan menjadikan seorang anak lebih manusiawi. Seorang anak akan merasakan ikatan yang kuat dengan ibunya. Ia pun akan menjadi menyayangi ibunya dan kaum ibunya. Sehingga tindakan kasar, tak bertanggungjawab, kekerasan verbal dan seksual tidak akan terjadi lagi.
Aku pun akan terus membimbing anakku dengan membisikkan kata-kata penuh semangat dalam menghadapi kehidupan. Meniru pelatih Indra Sjafrie yang berhasil membawa Timnas U-19 ke Myanmar, tak ada ruginya membiasakan anak dengan hal-hal yang penuh optimis. Kelak bila besar, ia akan selalu berjuang dan bekerja keras demi menggapai impiannya.
Aku pun tidak akan mengucapkan kata-kata larangan yang hanya akan membuat anakku takut melakukan sesuatu. Akan kuganti dengan kata yang lebih membuatnya berani, mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain.
Dalam urusan makan pun, akan kuajari mandiri sejak kecil. Bila belepotan, kuajak ia untuk membersihkan makanannya sendiri. Dengan begitu, ia tau menjaga kebersihan tanpa harus melarangnya dengan kalimat kasar.
Pendidikan agama akan kuberikan sejak dini. Ini penting karena menjadi landasan dan pedoman bagi anakku dalam mengarungi bahtera kehidupan. Tidak hanya ibadah yang ritual, namun juga pengamalan dalam kehidupan sehari-hari seperti menghargai orang lain, menyayangi sesama, berbagi dengan orang yang tidak mampu dan sebagainya.
Selain pendidikan agama, kejujuran juga menjadi fokus utama pembelajaran kepada anakku. Dimulai dari memberikan makanan yang halal kepadanya, hingga mengenalkannya kepada kejujuran dalam bentuk tindakan. Contohnya ketika ia jatuh, maka kalimat yang kuucapkan adalah “Nak, ayo berdiri lagi! Kamu pasti bisa!” Bukan kalimat seperti ini, “ini salah batunya atau pohonnya yang salah.” Kalimat ini tidak mendidik karena anak akan terbiasa menyalahkan orang lain dan tidak bertanggungjawab.
Ketika memberikan makanan dan minuman, kugunakan kalimat yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Karena air yang diberikan dengan kata-kata kasar akan membuat partikel di air menjadi hitam. Hal ini akan merusak tubuh sang anak sehingga menjadi brutal dan tak terkendali. Sebaliknya air yang diberikan dengan kelembutan akan membaut anak menjadi tenang, tentram dan terkendali.
Sejak di dalam kandungan, anakku akan mendapatkan nutrisi yang sehat. Sesuai dengan anjuran pemerintah empat sehat lima sempurna. Asupan gizi akan sangat kuperhatikan. Tentu dengan menggunakan bahan-bahan lokal. Aku termasuk warga negara Indonesia yang sangat mencintai produk lokal. Niatku menolong petani dan menjaga warisan tanaman Indonesia yang sudah banyak hilang dari tanah Indonesia.
Bila ASI sudah selesai, anakku tetap akan mendapatkan asupan gizi empat sehat lima sempurna. Kuusahakan untuk membuat makanan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. Makanan olahan dari pabrik sebisa mungkin kuhindari. Aku ingin membesarkan anakku dengan makanan yang alami dan sehat.
Asupan gizi yang pas, pendidikan yang sesuai dengan umurnya akan membuat anak jauh lebih berkembang. Aku pun tidak akan memasukkan anakku cepat-cepat ke sekolah. Biarlah ia belajar dengan teman sebayanya. Belajar bersosialisasi dan bermain sepuasnya. Aku pun tidak ingin anakku meniru artis-artis di televisi. Kuingin ia berkembang sesuai umurnya. Tidak ada pemaksaan ataupun manipulasi.

Kota Tangerang 21 Oktober 2013

 

//

 

//