Menyiapkan Matahari-Maharani

Oleh Wijatnika 21 Oct 2013

Aku belum menikah dan belum menjadi seorang ibu tentunya. Akan tetapi, aku selalu membangun mimpi-mimpi kecil jika kelak aku menjadi seorang ibu. Bagiku, seorang perempuan menjadi sangat cantik dan berwibawa ketika dia telah menyandang gelar paling terhormat di bumi, yaitu menjadi seorang ibu. Namun demikian, aku paham bahwa dengan melahirkan saja, seorang perempuan tak serta merta mampu mencetak anak-anaknya menjadi generasi unggul yang kelak bisa memimpin sebuah komunitas atau bahkan bangsa ini. Ada banyak hal yang harus disiapkan, dilakukan dan dijaga kontinuitas-nya dalam mendidik diri sebagai ibu, dan anak-anak yang kelak akan kulahirkan. Seorang ibu, bukan saja pemilik anak-anaknya, melainkan pemimpin yang menuntun kemana anaknya akan diajak melangkah dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, aku mencoba menyederhanakan mimpi-mimpi yang selama ini kubangun ketika aku menjadi seorang ibu. 

Menyiapkan Calon Ibu dan Ayah

Menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Oleh karena itu aku telah dan akan terus menyiapkan diriku baik secara mental, spiritual maupun finansial agar kelak menjadi ibu teladan bagi anak-anakku. Meskipun demikian, mendidik anak unggulan dan teladan akan sangat berat jika dilakukan sendirian. Sehingga, untuk mencapai mimpi-mimpi tersebut harus dibarengi dengan calon ayah yang memiliki visi-misi sama dalam membangun keluarga dan mendidik anak. Saat ini, anggap saja aku telah mendapatkan calon ayah yang tepat sehingga aku bisa fokus melatih diriku sendiri agar siap menjadi ibu teladan. 

a) Menyiapkan Pengetahuan

Ada banyak cara untuk menjadi ibu teladan. Konsepnya bisa diadaptasi dari pengetahuan tradisional maupun modern, bahkan bisa diambil yang terbaik dari cara menjadi ibu teladan dari berbagai bangsa di dunia. Hingga saat ini aku telah melakukan beberapa hal yang kuanggap terbaik, sebelum aku siap menjadi seorang ibu. 

a.1) Berpendidikan tinggi & Berwawasan Luas

Seorang artis papan atas bernama Dian Sastrowardoyo mengatakan bahwa seorang perempuan harus berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi seorang ibu, dan seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas. Aku sepakat dengannya. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi dan berwawasan luas terbuka pada ilmu pengetahuan terkini dan senantiasa membekali diri dengan asupan ilmu pengetahuan yang kelak bisa membantuku dalam menjadi ibu teladan. Misalnya, aku terus mengumpulkan dan membaca buku-buku tentang parenting, membaca artikel di internet tentang parenting dan juga mencoba mengumpulkan informasi terbaik tentang traditional parenting dari para ibu yang kukenal seperti bibi, sepupu, tetangga, teman dan ibuku sendiri. Bagiku, pengetahuan mengenai parenting adalah mutlak untuk dipahami sebelum aku benar-benar menjadi seorang ibu. 

a.2) Berlatih Sabar

Menjadi seorang ibu berarti menjadi pribadi paling sabar sedunia. Nah, sebelum benar-benar melakukan praktek ilmu sabar saat kelak aku menjadi ibu, aku telah berlatih ‘bersabar’ sejak 10 tahun lalu. Mengapa? Kesabaran itu ibarat buah mangga. Kita tentu tak serta merta bisa menikmati buah mangga yang manis dan harum jika tak ada yang menanam biji mangga bertahun-tahun sebelumnya. Begitulah aku menganalogikan pelajaran bersabar pada diriku sendiri. Sabar itu sebuah pelatihan sepanjang hayat dan aku harus melakukannya dengan tekun. Misalnya, aku berusaha tidak mudah marah ketika aku mengalami masalah dengan pekerjaanku, atau menahan diri dari berkata-kata yang buruk dan menyakitkan ketika ada orang yang mencela pekerjaanku. Aku belajar dari lingkungan disekitarku, bahwa perilaku seorang ibu akan mudah ditiru oleh anak-anaknya sebab mereka menganggap ibunya sebagai role model sebelum mereka paham kebenarannyaKelak, aku tak ingin perilaku anak-anakku menjadi buruk karena meniru perilaku burukku sehari-hari

a.3) Menjaga Kesehatan

Hal krusial yang tak boleh dilewatkan dalam menyiapkan diri menjadi ibu teladan adalah menjaga kesehatan. Sebab, kelak anak akan mewarisi gen ibunya, maka sebagai calon ibu aku berusaha untuk menjaga kesehatan agar kelak anakku hanya menyerap nutrisi yang baik dari tubuhku. Misalnya, tidak mengonsumsi fastfood dan softdrink yang notebene adalah junkfood. Kita tentu memahami bahaya junkfood bagi tubuh dan bagi keturunan yang kelak dilahirkan. Selain itu, aku berusaha menyederhanakan makanan sehari-hariku seperti lebih banyak mengonsumsi sayur, buah, umbi-umbian dan kacang-kacangan sehingga aku tidak menabung terlalu banyak sumber penyakit didalam tubuhku. Selain itu, aku juga menerapkan pola makan dan minum sesuai standar kesehatan internasional, dan sebisa mungkin melakukannya secara konsisten. Aku berharap, kelak aku tidak mewariskan sumbe rpenyakit kedalam tubuh anak-anakku. Mottoku untuk gerakan ini adalah: “Ibu yang sehat akan melahirkan anak yang hebat.” 

Menyiapkan Lingkungan yang Baik

Dewasa ini lingkungan semakin buruk akibat tata kelola yang kacau, polusi udara akibat kemajuan industri dan teknologi, juga krisis air bersih akibat pencemaran baik oleh limbah domestik maupun limbah usaha. Aku merasa sangat khawatir akan hal ini, sebab jika tidak ada pihak yang mau bersusah payah melakukan perbaikan lingkungan, kelak bisa jadi anak-anakku akan hidup dalam lingkungan yang buruk. Ada beberapa hal yang kulakukan untuk memberikan lingkungan yang baik dan sehat di masa depan, bagi anak-anakku kelak:

a) Melakukan gerakan penyelamatan lingkungan hidup

Sejak bergabung dalam sebuah NGO lingkungan hidup pada 2007 lalu, aku mengalami titik balik dalam memandang fungsi lingkungan hidup. Intinya, kita tak mungkin mendapatkan lingkungan sehat dan baik kalau hanya menunggu pihak lain melakukannya. Maka, aku harus menjadi bagian dari orang-orang yang melakukan perbaikan itu. Bersama rekan-rekan di NGO tempatku bekerja, beberapa organisasi lingkungan hidup tingkat lokal, masyarakat, mahasiswa dan berbagai pihak aku melakukan upaya kampanye dan advokasi lingkungan hidup. Gerakannya macam-macam mulai dari gerakan sederhana seperti penanaman pohon, membuat pupuk kompos dari limbah rumah tangga, hingga melakukan penghijauan di lingkungan tempat tinggal. Kami semua punya mimpi yang sama, yaitu lingkungan yang sehat, kedaulatan pangan, air bersih dan tata kelola yang tepat. Meski lelah dan kadang-kadang dicibir sebagian kalangan, kami tak peduli. Kami melakukan gerakan ini bukan hanya untuk kepentingan kami, melainkan generasi yang akan datang, bahkan generasi yang belum kami lahirkan. Pun denganku, aku melakukannya bukan hanya untukku, melainkan untuk anak-anak yang kelak akan kulahirkan. 

b) Melakukan kampanye lukisan #mataharimaharani

Selama tiga tahun lamanya, seorang aktivis lingkungan yang kukenal melukis secara otodidak mengenai krisis lingkungan dan kemanusiaan. Bulan ini ia melakukan pameran tunggal dengan tajuk: Bumi Boeat Generasi Jingga. Lukisan-lukisan itu ia dedikasikan untuk seorang anak kecil bernama Jingga -anak seorang aktivis perempuan- yang menjadi representasi generasi mendatang, yang harus menikmati lingkungan yang sehat. Darinya aku belajar, dan sejak Juni 2013 lalu aku mulai melukis secara otodidak mengenai hal serupa: Impian tentang lingkungan yang sehat. Lukisan-lukisan itu tentu saja kudedikasikan untuk anak-anak yang anak kulahirkan dan teman-teman mereka. Oleh karena itu, lukisan itu kuberi tema #mataharimaharani. Lelaki atau perempuan, anak yang kelak akan kulahirkan harus menikmati lingkungan yang sehat agar tumbuh kembangnya baik dan jiwa mereka bahagia. Aku melakukan kampanye lukisan ini melalui akun Facebook, Twitter dan blog pribadiku. Anak-anak dengan jiwa yang bahagia tentu mampu memimpin tidak hanya dirinya, bahkan dunia yang luas ini. 

Merencanakan Pendidikan Anak

Oke, aku telah bicara panjang lebar tentang persiapan yang kulakukan sebagai calon ibu. Kini, saatnya aku bicara rencana bagi anak-anak yang akan kulahirkan. Sebuah buku yang berjudul “A to Z Cara Mendidik Anak” tulisan Gunawan Ardiyanto secara singkat menyatakan bahwa: mendidik anak seperti seni karena setiap orang termasuk anak-anak adalah individu yang unik. Oleh karena itu, para orangtua harus melakukan pendidikan dengan cara yang unik. Dalam hal ini, aku telah membuat perencanaan dalam pendidikan anak-anak yang akan kulahirkan, yaitu: 


a) Pendidikan didalam Kandungan

Dua poin diatas, dari sudut pandangku sebagai calon ibu, yaitu #menyiapkan calon ibu dan ayah dan #menyiapkan lingkungan yang baik adalah modal dasar dalam melakukan pendidikan kepada anak-anak. Nah, ide, gagasan dan karya itu tentu saja akan menjadi bagian terpenting dalam proses pendidikan anak sejak dari dalam kandungan. Anak akan belajar saat ibunya belajar, anak akan bersabar saat ibunya bersabar, anak akan belajar mencintai makanan sehat saat ibunya memberinya nutrisi terbaik dari makanan sehat dan anak akan bahagia saat ibunya bahagia. Pendidikan anak dalam kandungan adalah pendidikan dasar yang mutlak harus dilakukan dengan baik dan cermat. Kelak, saat aku mengandung janin calon anakku, aku akan menjadi ibu teladan agar anakku terbiasa dengan hal-hal baik sejak dalam kandungan. 


b) Pendidikan Usia Dini dan Dasar

Setiap ibu pastilah bangga manakala mengetahui bahwa pangeran atau putri kecilnya tumbuh menjadi anak yang membanggakan, penuh inspirasi, baik hati dan punya banyak sahabat. Mendidik si kecil untuk tumbuh dan berkembang sebagai calon pemimpin tentulah melalui proses yang panjang. Dalam proses ini, aku merencanakan untuk melakukan banyak hal menyenangkan bersama si kecil, misalnya: 

Kegiatan sehari-hari:

Kegiatan ini merupakan latihan agar anak siap untuk menjadi pribadi yang dispilin, tepat waktu, mencintai kebersamaan dan menghargai apa yang dimilikinya, seperti: 

1) Melatihnya bangun pagi dan beribadah bersama dipagi hari

2) Melatihnya mandi pagi untuk menjaga kesehatan 

3) Melatihnya membereskan tempat tidurnya sendiri

4) Melatihnya menyiapkan sarapan bersama 

5) Melatihnya membersihkan alat-alat makan

6) Melatihnya menyiapkan perlengkapan sekolah

7) Melatihnya memakai seragam sekolah

8) Melatihnya memakai sepatu

9) Melatihnya bijak menggunakan uang jajan

10) Melatihnya tidur siang secara teratur setelah makan siang

11) Melatihnya membaca buku cerita pada sore hari

12) Melatihnya menyiram bunga di pekarangan

13) Melatihnya membereskan mainan

14) Melatihnya tidak sering-sering menonton televisi

15) Melatihnya mendengarkan dongeng sebelum tidur

16) Melatihnya tidur tepat waktu

Latihan moral:

1) Melatihnya mengucapkan terima kasih atas peran pihak lain dalam memudahkan urusan si kecil

2) Melatihnya mengucapkan permohonan maaf bila anak melakukan kesalahan

3) Melatihnya memberikan ucapan selamat pada dirinya sendiri dan orang lain atas prestasi yang telah dicapai

4) Melatihnya berbagi makanan pada teman-temannya

5) Melatihnya untuk menghargai perbedaan baik agama, warna kulit, bahas, hingga perbedaan jumlah uang jajan

6) Melatihnya memberi derma pada orang-orang yang membutuhkan

7) Melatihnya menegur temannya yang melakukan kesalahan

8) Melatihnya menghormati guru-gurunya dan orang yang lebih tua darinya 

9) Melatihnya untuk selalu tersenyum dan bergembira

10) Melatihnya selalu memotivasi diri dan bercita-cita

11) Melatihnya menghargai ide dan hasil karya orang lain

12) Melatihnya memimpin dirinya dalam melakukan berbagai hal

13) Melatihnya tidak menyesali kegagalan

14) Melatihnya menghargai makanan dan minuman

15) Melatihnya tidak mengeluh dan selalu percaya diri

c) Pendidikan Lanjutan

Aku berharap, kelak anak-anakku memperoleh pendidikan terbaik, secara formal maupun informal. Untuk pendidikan formal misalnya, aku bermimpi akan menyekolahkan anak-anakku di Sekolah Alam. Entah kenapa, aku tak ingin membebani anak-anakku dengan memasukannya ke sekolah internasional, sebab aku memang tak menyiapkannya untuk menjadi eksklusif dari anak-anak lainnya. Aku ingin ia tumbuh perlahan-lahan, dalam kesederhanaan dan kasih sayang. Aku ingin ia tumbuh secara inklusif dengan semua anak yang menjadi teman dan tetangganya. Kelak, saat tiba saatnya baginya untuk memperoleh ilmu yang lebih banyak dalam pergaulan internasional, aku akan memberinya kesempatan untuk meraihnya dengan tangannya sendiri. Aku akan memberinya dorongan untuk menjadi manusia antarbangsa dan bagian dari pribadi yang dilatih menjadi pemimpin global. 

Memimpin Anak

Memimpin bukanlah sebuah bakat, melainkan sebuah keterampilan. Oleh karena itu seorang pemimpin sesungguhnya diciptakan oleh pengalaman, lingkungan dan latihan-latihan dalam proses yang panjang. Sebagai ibu, tentu saja saya akan menyiapkan anak-anak saya untuk menjadi pemimpin, terlepas dari di level mana ia akan memimpin kelak. Hal yang paling penting sebelum anak mampu memimpin teman-temannya, saya akan melatihnya memimpin dirinya sendiri. Saat seorang anak tumbuh dalam asuhan yang baik saya yakin ia akan tumbuh sebagai pemimpin yang baik. Dalam proses ini, saya tentu akan menjadi pembimbingnya yang paling setia dan memotivasinya dengan sepenuh hati. Sebab mereka adalah #matahari-maharani dalam kehidupan masa depan yang menjadi milikku….

Link di blog: http://menunggu-hujanreda.blogspot.com/2013/10/menyiapkan-matahari-maharani.html