Merawat dan Membesarkan Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Oct 2019

Memiliki anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) memang bukan suatu hal mudah. Sejumlah orang tua mungkin tidak siap saat dokter memberitahu bahwa Si Kecil ternyata memiliki kelainan jantung sejak lahir.

Membesarkan dan merawat anak PJB menjadi hal yang menantang, bukan hanya bagi orang tua di Indonesia, namun juga orang tua di negara lain. Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam merawat dan membesarkan anak dengan PJB, antara lain:

1.Cek kondisi jantung secara rutin

Sebagian besar anak dengan PJB membutuhkan pemeriksaan jantung secara periodik. Pada anak yang baru saja terdiagnosis dan menjalani operasi maka diminta kontrol ke dokter lebih sering (setiap minggu, bulan) lalu berkurang frekuensinya secara bertahap. Anak dengan PJB ringan biasanya hanya butuh kontrol setiap 1 hingga 5 tahun. Serangkainan tes berkala dapat dilakukan bergantung dengan kondisi anak, antara lain rekam jantung (EKG), USG jantung, rontgen dada, MRI/CT scan jantung, stress test, kateterisasi, dan tes lain yang mungkin diminta dokter.

2. Aktivitas fisik

Sebagian besar anak dengan PJB bisa tetap aktif dan mungkin tidak perlu pembatasan. Dokter ahli jantung bahkan mendorong anak dengan PJB untuk aktif secara fisik agar tetap bugar dan terhindar dari obesitas. Anak dengan kelainan jantung bawaan bisa melakukan sejumlah kegiatan yang menyehatkan seperti berenang, bersepeda, lari, lompat tali, dan tenis. Untuk beberapa kondisi PJB tertentu, ahli jantung mungkin menyarankan anak dengan PJB menghindari beberapa kegiatan fisik yang berat dan olahraga yang kompetitif.

Hindari aktivitas fisik yang memaksa anak menahan napas seperti sit up, push up, menyelam, angkat beban. Selain itu hindari pula aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.

Meski tetap bisa aktif, namun orang tua perlu waspada dan menghentikan aktivitas fisik ketika anak mengeluhkan pusing atau ingin pingsan, napas tersengal hingga sulit bicara, terlihat pucat, berdebar-debar, mengeluh amat lelah, kulitnya membiru (bila PJB sianotik). Diskusikan dengan dokter mengenai batasan aktivitas fisik bagi anak dengan PJB karena setiap anak memiliki kondisi yang berbeda.

3. Makanan dan gizi penunjang

Anak dengan PJB perlu mengikuti panduan makan sesuai dengan usia. Dokter, perawat, atau petugas kesehatan dapat memberikan informasi tentang makanan dan gizi penunjang. Bayi dan anak-anak dengan PJB memerlukan diet kalori tinggi atau memerlukan diet khusus untuk menunjang tumbuh kembangnya. Harus disadari bahwa anak dengan PJB tidak dapat tumbuh dan berkembang secepat anak lain yang memiliki jantung normal. Anak dengan PJB cenderung gampang lelah ketika makan karena jantungnya harus memompa lebih kencang. Kondisi ini membuat anak PJB cenderung makan lebih sedikit dan tidak mendapat kalori yang cukup untuk tubuhnya. Anak akan terlihat lebih kecil dan kurus dibadingkan dengan anak seusianya. Untuk menyiasatinya, berikan makanan sedikit tetapi sering sehingga anak tidak terlalu lelah ketika mengunyah. Pada anak yang sudah dioperasi biasanya kondisi ini akan membaik. Orang tua perlu memastikan anak mendapat gizi yang baik untuk menunjang tumbuh kembangnya.

4. Mencegah infeksi

Anak dengan PJB juga rentan terkena infeksi. Salah satu infeksi yang memiliki dampak serius adalah endokarditis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi katup dan ruang jantung. Anak dengan PJB harus menjaga kebersihan gigi dan rongga mulutnya, pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi sangat dianjurkan. Alasannya, infeksi gigi merupakan salah satu rute masuknya kuman penyebab endokarditis.

5. Rekam medis

Penting untuk tetap rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jantung meski anak dengan PJB sudah beranjak dewasa untuk menjaga kesehatan. Beberapa anak yang sudah dewasa tidak mengetahui penyakit jantung yang dideritanya. Mereka harus mengetahui tentang perjalanan penyakit dan pengobatan yang pernah dan sedang dilewati agar menyadari perlunya menjaga diri agar tetap sehat dan kondisinya terkontrol.

6. Dukungan emosional

Seiring pertambahan usia, menginjak remaja, anak PJB mungkin merasa rendah diri. Mereka bisa saja mendapatkan bekas luka jahitan bekas operasi di dada, tubuh terlihat lebih kecil dibandingkan teman seusianya atau tak bisa melakukan aktivitas fisik sepertii teman-temannya. Namun jangan cemas, sebagian besar anak dapat beradaptasi dan menerima kondisinya, meskipun sebagian lain mungkin cukup sulit. Dukungan orang tua sangat dibutuhkan pada fase ini terutama saat anak mulai beranjak remaja.

Seiring kemajuan teknologi kedokteran, banyak dengan PJB yang dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta mendapatkan pekerjaan yang layak. Tak sedikit dari anak PJB yang bekerja sebagai dokter, dokter gigi, pegawai bank, dan profesi lain.

Diskusikan mengenai perawatan anak dengan PJB dengan dokter ahli jantung atau perawat terlatih, dan jangan sungkan minta saran dari mereka.

Referensi

https://familydoctor.org/how-to-care-for-your-baby-and-yourself/

https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/care-and-treatment-for-congenital-heart-defects/special-needs-for-children-with-a-congenital-heart-defect

https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=growth-and-development-in-children-with-congenital-heart-disease-90-P01792