Mewaspadai Diabetes Gestasional Selama Kehamilan

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 Nov 2019

Dunia memperingati Hari Diabetes setiap 14 November. Diabetes kerap disebut sebagai ‘ibu dari segala macam penyakit’ alias ‘Mother of Disease’ karena mereka yang terdiagnosis diabetes bisa terancam mengalami gangguan di berbagai macam organ tubuh, dari mata, jantung, lambung, hati, ginjal, kulit, sampai kaki.

Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Diabetes tipe 2 adalah bentuk yang paling umum, biasanya pada orang dewasa - terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin. Dalam tiga dekade terakhir, prevalensi diabetes tipe 2 telah meningkat secara dramatis di negara-negara dari semua tingkat pendapatan. Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, terutama di negara berpenghasilan menengah dan rendah.1

Diabetes tipe 2 mungkin telah menjadi hal umum. Lantas bagaimana dengan diabetes gestasional? Diabetes yang muncul selama kehamilan, atau disebut diabetes gestasional memang dapat terjadi, bahkan pada wanita yang dalam kondisi normal dan tidak memiliki diabetes. Diabetes gestasional ditandai dengan gula darah tinggi yang berkembang selama kehamilan dan biasanya hilang setelah melahirkan. Seperti jenis diabetes lainnya, diabetes gestasional memengaruhi bagaimana sel-sel tubuh menggunakan gula darah.

Umumnya pada penderita diabetes gestasional, gula darah akan kembali ke normal setelah melahirkan. Apakah hal ini bisa dianggap sepele? Sayangnya tidak. Penelitian menunjukkan wanita yang mengalami diabetes gestasional saat hamil memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 naik 3-7 kali lipat dalam 5-10 mendatang.2

Hingga kini belum diketahui apa persisnya penyebab diabetes gestasional, namun para ahli memiliki sejumlah petunjuk: Saat hamil, plasenta terbentuk untuk mendukung pertumbuhan janin. Nah, hormon dari plasenta akan membantu janin berkembang baik. Sayangnya, hormon-hormon ini juga menghalangi kerja insulin ibu dalam tubuhnya (disebut resistensi insulin). Resistensi insulin inilah yang membuat tubuh ibu hamil sulit untuk menggunakan insulin – dan membutuhkan hormon ini hingga tiga kali lipat.

Diabetes gestasional dimulai ketika tubuh ibu tidak mampu membuat dan menggunakan semua insulin yang dibutuhkannya untuk kehamilan. Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat meninggalkan darah dan diubah menjadi energi, sehingga terjadi penumpukan glukosa di dalam darah (disebut hiperglikemia).

Faktor risiko untuk diabetes gestasional antara lain hamil di atas usia 25 tahun, riwayat kesehatan keluarga atau pribadi, pernah melahirkan bayi besar (di atas 4 kg), kelebihan berat badan (indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih tinggi), ras Asia atau Hispanik memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan diabetes gestasional.

Diabetes gestasional umumnya terjadi di paruh kehamilan, kira-kira di usia kehamilan 20 minggu (setelah tubuh janin terbentuk). Jika kondisi ini tak diobati/dikelola maka dapat membawa dampak negatif untuk janin, misalnya memicu makrosomia atau ‘bayi gemuk’ akibat kelebihan energi yang disalurkan lewat plasenta. Bayi makrosomia berpotensi menghadapi sejumlah masalah kesehatan, termasuk kerusakan pada bahu saat lahir (jika dilahirkan normal).

Sayangnya diabetes gestasional tidak selalu menunjukkan tanda atau gejala yang nyata. Oleh karena itu konsultasi secara teratur dengan dokter disarankan sebelum atau selama kehamilan. Saat hamil, pemeriksaan diabetes gestasional merupakan bagian dari perawatan prenatal: Dokter akan memantau kadar gula ibu dan kesehatan janin. Dokter mungkin dapat merujuk ibu hamil ke spesialis diabetes, jika diperlukan, untuk mengelola kadar gula darah selama kehamilan.

Tidak ada jaminan bahwa diabetes gestasional bisa dicegah. Namun wanita yang merencanakan kehamilan (sedang hamil) bisa melakukan berbagai langkah antisipasi untuk meminimalkan peluang terjadinya diabetes kehamilan, antara lain mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjalani gaya hidup aktif (sempatkan 30 menit aktivitas fisikmoderat dalam sehari atau 150 menit dalam seminggu), juga turunkan kelebihan berat badan jika mengalami berat badan berlebih.

Referensi

1. https://www.who.int/health-topics/diabetes

2. Andrew Curry. Exploring Why Gestational Diabetes Leads to Type 2. Diabetes Forecast. January 2015.

http://www.diabetes.org/diabetes-basics/gestational/what-is-gestational-diabetes.html

https://www.webmd.com/diabetes/gestational-diabetes-guide/gestational-diabetes#1

https://www.healthline.com/health/gestational-diabetes#prevention