Mitos vs Fakta Susu yang Perlu Kita Tahu

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 Apr 2020

Susu merupakan sumber kalsium yang baik dan memiliki nilai gizi tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa minum susu dapat meningkatkan kepadatan tulang. Sayangnya masih banyak beredar mitos di masyarakat yang membuat orang menahan diri minum susu.

Berikut ini sejumah mitos yang kerap ditemukan terkait susu. Kenali faktanya agar tidak terseret ke pusaran informasi yang kurang tepat ya Bun:

“Hanya susu murni yang mengandung vitamin D”

Mitos. Semua susu, terlepas dari kandungan lemaknya, mengandung vitamin D. Susu menempati urutan pertama sebagai sumber makanan kalsium, kalium dan vitamin D (semua penting untuk perkembangan tulang).

“Susu memasok lebih banyak nutrisi daripada jus”

Fakta. Per gelas takaran 8 ons, susu menyediakan nutrisi dan vitamin dua kali lebih banyak daripada jus.

“Susu beraroma tidak baik dikonsumsi karena ditambahkan gula”

Mitos. Penelitian menunjukkan anak-anak yang minum susu yang diberi perasa (misal stroberi, vanila atau coklat) memenuhi lebih banyak kebutuhan nutrisi, namun tidak mengonsumsi lebih banyak gula, lemak atau kalori. Susu putih atau yang diberi perasa mengandung sembilan vitamin dan mineral penting termasuk protein dan kalsium.

“Minuman kedelai, almond, dan beras lebih sehat daripada susu murni”

Mitos. Beberapa minuman pengganti susu merupakan sumber protein nabati yang baik, diperkaya namun tidak menawarkan paket nutrisi yang sama dengan susu. Satu gelas minuman almond seberat 8 ons hanya menyediakan 1 gram protein, sedangkan susu murni menyediakan 8 gram protein per porsi 8 ons.

“Susu pasteurisasi memberikan manfaat kesehatan lebih”

Fakta. Susu mentah dan makanan yang terbuat dari produk ini tidak memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik daripada susu yang dipasteurisasi. Susu mentah dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius, seperti paparan bakteri E. coli, Listeria dan Salmonella.

“Orang yang peka terhadap laktosa harus menghindari susu dan semua makanan olahan susu seperti keju dan yogurt”

Mitos. Intoleransi laktosa tidak berarti intoleransi susu. Keju dan produk olahan susu seperti yogurt memiliki sedikit atau bahkan tidak mengandung laktosa. Susu sapi bebas laktosa juga merupakan pilihan yang baik.

“Sapi perah diberi antibiotik sehingga mentransfer antibiotik ke susu yang kita minum”

Mitos. Pengujian yang ketat memastikan antibiotik tidak memasuki susu yang kita minum. Sapi kadang-kadang diberikan antibiotik dalam kondisi yang disetujui oleh dokter hewan. Begitu seekor sapi diberikan antibiotik, ia dipisahkan dari kawanannya dan terus diperah, tetapi susu itu dibuang. Jadi susu itu ttidak pernah mencapai konsumen.

“Orang harus menghindari susu karena hormon”

Mitos. Penelitian menunjukkan bahwa hormon dalam jumlah minimal muncul secara alami dan ditemukan dalam makanan hewani dan nabati, termasuk susu. Hormon-hormon alami ini rusak selama proses pencernaan. Beberapa peternak sapi perah menggunakan hormon sapi alami, bovine somatotropin atau rBST, untuk membantu sapi menghasilkan susu lebih banyak. Namun pemakaian hormin ini telah dijamin keamanannya oleh Departemen Pertanian AS, Administrasi Obat Federal (FDA) dan organisasi kesehatan terkemuka lainnya.

Referensi

https://thedairyalliance.com/dairy-nutrition/dairy-facts-and-myths/

https://med.stanford.edu/news/all-news/2018/08/christopher-gardner-busts-myths-about-milk.html