Mitos vs Fakta tentang Gangguan Jantung

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 29 Sep 2021

Mengandalkan asumsi yang salah bisa menjadi malapetaka bagi jantung. Sayangnya masih banyak mitos yang beredar terkait penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satu mitos yang paling sering terdengar adalah: Anak muda lebih aman dari penyakit jantung. Kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang yang lebih tua.

Benarkah demikian? Menurut Asosiasi Jantung Amerika (AHA), Bagaimana cara seseorang menjalani hidupnya di masa lalu akan berdampak pada kondisi jantungnya di masa depan. Pada awal masa kanak-kanak dan remaja, plak dapat mulai menumpuk di arteri dan kemudian menyebabkan arteri tersumbat.

AHA menyebut, satu dari tiga orang Amerika memiliki penyakit kardiovaskular, tetapi tidak semuanya adalah warga lanjut usia. Bahkan orang muda dan paruh baya dapat mengembangkan masalah jantung - terutama karena obesitas, diabetes tipe 2 dan faktor risiko lainnya menjadi lebih umum pada usia yang lebih muda.

Lantas apa saja mitos dan fakta yang perlu diketahui terkait jantung dan pembuluh darah? Berikut rangkumannya dari laman resmi Asosiasi Jantung Amerika (AHA) dan Yayasan Jantung Inggris (BHF)

“Tekanan darah tinggi akan muncul dengan tanda peringatan”

Jangan terlalu percaya dengan anggapan itu. Tekanan darah tinggi kerap disebut sebagai ‘pembunuh senyap’ karena biasanya tidak memunculkan gejala. Jadi jangan tunggu sampai gejalanya muncul, karena bisa jadi sudah terlambat. Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipertensi tentu dengan mengukur tekanan darah.

Pengobatan dini tekanan darah tinggi sangat penting karena jika tak ditangani hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal dan masalah kesehatan serius lainnya.

“Serangan jantung selalu ditandai dengan nyeri dada”

Belum tentu. Meskipun nyeri dada atau ketidaknyamanan bisa menjadi penanda umum, namun serangan jantung dapat menyebabkan gejala yang tidak kentara. Termasuk di antaranya sesak napas, mual, merasa pusing, dan nyeri atau ketidaknyamanan pada satu atau kedua lengan, rahang, leher atau punggung.

“Diabetes tidak akan mengancam jantung selama rutin minum obat”

Mengobati diabetes memang dapat membantu mengurangi risiko atau menunda perkembangan penyakit kardiovaskular. Tetapi bahkan ketika kadar gula darah terkendali, seseorang masih berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan stroke.

Itu karena faktor risiko yang berkontribusi terhadap timbulnya diabetes juga membuat seseorang lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular. Faktor risiko yang tumpang tindih ini termasuk tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas, aktivitas fisik dan perilaku merokok.

“Penyakit jantung turun-temurun di keluarga, jadi tidak ada cara untuk mencegahnya”

Meskipun orang-orang dengan riwayat keluarga penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi, namun tetap dapat dikurangi dengan sejumlah cara, misalnya memiliki gaya hidup aktif, mengontrol kadar kolesterol, pengaturan pola makan, mengelola tekanan darah, menjaga berat badan, mengontrol gula darah dan berhenti merokok.

“Tidak perlu periksa kolesterol di usia muda”

Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan semua orang agar periksa kolesterol Anda setiap 5 tahun mulai dari usia 20 tahun. Sebaiknya lakukan tes kolesterol lebih awal jika dalam keluarga memiliki riwayat penyakit jantung. Anak-anak dalam keluarga ini dapat memiliki kadar kolesterol tinggi, sehingga menempatkan mereka pada peningkatan risiko penyakit jantung saat dewasa.

“Gagal jantung berarti jantung berhenti berdetak”

Jantung tiba-tiba berhenti berdetak selama serangan jantung, namun bukan gagal jantung. Pada gagal jantung, organ ini terus bekerja, tetapi tidak memompa darah sebaik yang seharusnya. Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas, pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki atau batuk terus-menerus. Selama serangan jantung, seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.

“Nyeri kaki akibat tanda penuaan, tak ada hubungan dengan jantung”

Nyeri kaki yang terasa di otot bisa menjadi tanda suatu kondisi yang disebut penyakit arteri perifer. Kondisi ini terjadi akibat penyumbatan arteri di kaki akibat penumpukan plak. Risiko serangan jantung atau stroke meningkat pada orang dengan penyakit arteri perifer.

“Jantung berdetak sangat cepat, ini pasti serangan jantung”

Beberapa variasi dalam detak jantung dianggap sebagai hal normal. Detak jantung cenderung meningkat saat berolahraga atau ketika bersemangat, dan melambat saat kita tidur. Umumnya perubahan detak jantung tidak perlu dikhawatirkan. Namun terkadang, itu bisa menjadi tanda aritmia, yaitu detak jantung yang tidak normal atau tidak teratur. Sebagian besar aritmia tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat bertahan cukup lama dan dapat mempengaruhi kinerja jantung sehingga memerlukan perawatan.

“Setelah serangan jantung sebaiknya hindari olahraga”

Anggapan itu tidak benar. Justru, usahakan untuk bergerak sesegera mungkin, dan diskusikan aktivitas fisik yang sesuai dengan ahlinya. Penelitian menunjukkan bahwa penderita serangan jantung yang aktif secara fisik dan membuat perubahan kesehatan jantung lainnya hidup lebih lama daripada mereka yang tidak. Orang dengan kondisi jantung kronis biasanya aman melakukan aktivitas fisik intensitas sedang. Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan setidaknya dua setengah jam aktivitas fisik intensitas sedang setiap minggu.

“Minum statin memiliki efek samping yang merusak”

Penelitian yang didanai Yayasan Jantung Inggris (BHF) telah memberikan bukti yang sangat kuat dan jelas bahwa statin mengurangi risiko seseorang meninggal karena atau menjadi lemah karena serangan jantung atau stroke. Statin adalah salah satu obat yang paling aman dan paling banyak dipelajari yang tersedia saat ini.

Tapi, seperti semua obat, statin memiliki potensi efek samping. Yang paling umum adalah nyeri otot dan nyeri, tetapi kebanyakan orang tidak mengalaminya sama sekali. Efek samping yang serius jarang terjadi. Bila mengalami efek samping, atau jika efek samping itu berubah atau menjadi lebih buruk, beri tahu dokter.

“Batuk hebat saat serangan jantung bisa menyelamatkan nyawa”

Tidak ada bukti medis yang menunjukkan bahwa seseorang yang terkena serangan jantung dapat membantu diri sendiri dengan batuk sekuatnya. Saat mengalami serangan jantung biasanya orang yang terkena menjadi tidak sadar. Dan tanpa CPR (kompresi dada dan napas bantuan) segera, maka orang yang terkena serangan jantung bisa tidak tertolong.

Referensi

https://www.bhf.org.uk/informationsupport/heart-matters-magazine/medical/7-most-common-heart-disease-myths

https://www.heart.org/en/health-topics/consumer-healthcare/what-is-cardiovascular-disease/top-10-myths-about-cardiovascular-disease