Pentingnya Bunda Kelola Stres Selama Pandemi Covid-19

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Mar 2021

Lebih banyak diam di rumah, menjaga jarak dengan orang lain di masa pandemi COVID-19 menimbulkan tekanan tersendiri, tidak hanya secara fisik, namun juga mental. Menurut American Journal of Lifestyle Medicine, karantina selama pandemi dikaitkan dengan stres dan depresi, yang mengarah pada gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, dan berkurangnya aktivitas fisik. Disebutkan di Journal tersebut, wanita lebih mungkin menderita depresi dan stres dan karantina telah bertindak sebagai pemicunya.

Di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung, dibutuhkan upaya untuk memperbaiki gaya hidup tidak sehat yang cenderung berkembang dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hilangnya kebebasan, ketidakpastian status penyakit, dan ketakutan dapat mempengaruhi status kesehatan perempuan.

Menurut studi yang dipublikasikan di American Journal of Lifestyle Medicine, wanita selama karantina dilaporkan mengalami kenaikan berat badan, stres, insomnia bahkan depresi. Journal menyebut, wanita mengalami tekanan yang lebih besar selama pandemi COVID-19, ditandai dengan meningkatnya penggunaan obat antidepresan meningkat selama wabah. Laporan bulanan dari Express Scripts, sebuah program manajemen manfaat untuk apotek yang berbasis di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada Maret 2020, resep obat anti-anxietas (anti-kecemasan) meningkat 34% dalam sebulan, sedangkan resep untuk antidepresan meningkat 18% dan tiga perempatnya merupakan kenaikan resep baru.

Stres telah diakui sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular, terutama pada wanita. Stres dan depresi dikaitkan dengan peradangan dan depresi, melemahnya sistem kekebalan, faktor-faktor yang terlibat dalam COVID-19. Mengidentifikasi cara konstruktif untuk mengatasi tantangan kesehatan mental ini penting dilakukan - bukan hanya untuk kesehatan jangka pendek, tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang.

Berikut adalah lima tips yang kami rangkum dari laman Psychology Today guna membantu mengatasi stres akibat pandemi. Silakan simak di uraian berikut ini:

1. Bunda tidak sendiri

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, tetapi virus corona telah mengancam kita dengan isolasi sosial. Apalagi bagi mereka yang tinggal sendiri, ketiadaan hubungan antarmanusia ini dapat memperburuk stres dan menciptakan tingkat kecemasan yang tidak sehat. Untuk membantu menjembatani hubungan dan membina koneksi yang lebih besar dengan orang lain, cobalah untuk menjangkau mereka secara daring dan bersosialisasi secara digital. Gunakan ponsel, pesan teks, dan panggilan video untuk terus merasa terhubung dengan teman, kolega, dan keluarga dengan tetap menjaga jarak sosial yang aman.

2. Bangun kebiasaan sehat

Ketika kita merawat tubuh dengan baik, itu akan mengoptimalkan kemampuan otak untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, dan mengelola emosi. Lakukan sejumlah kebiasaan sehat saat menghadapi stres akibat pandemi, antara lain cukup tidur dan ciptakan lingkungan yang menunjang, tetap aktif, dan fokus pada nutrisi (konsumsi makanan yang banyak vitamin, mineral, dan antioksidan guna membantu menyehatkan otak dan melindungi dari stres oksidatif), serta cukup asupan cairan.

3. Hindari meratapi kesedihan

Saat ini, orang-orang merasakan kesedihan atas hilangnya rutinitas, kepastian, dan persepsi tentang diri mereka di masa pandemi. Ketidakpastian yang tumbuh dan munculnya berita buruk yang terus berkembang membuat orang merasa semakin tidak aman. Hindari meratapi situasi yang tidak menguntungkan ini dengan memperbanyak syukur karena lebih banyak waktu bersama keluarga, menjelajahi hobi baru, mengekspresikan perasaan kepada teman dan membuka dialog positif.

4. Jangan lupa tertawa

Banyak data yang mendukung dampak positif tertawa terhadap kesehatan - baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tertawa tidak hanya meningkatkan kondisi mental namun juga menyebabkan perubahan fisik dalam tubuh, antara lain merangsang asupan oksigen, menstimulasi jantung, paru-paru, dan otot untuk meningkatkan endorfin yang dilepaskan oleh otak, mengaktifkan dan menghilangkan respons stres, serta merangsang sirkulasi dan meningkatkan relaksasi otot —yang penting untuk mengurangi gejala fisik stres.

5. Pahami kecemasan

Beberapa kecemasan itu produktif, namun ada juga yang sebaliknya. Kecemasan yang tidak produktif dapat membuat pikiran kita ‘melantur’ ke segala arah. Untuk meminimalkan hal ini, cobalah untuk fokus pada saat ini dan tidak usah terlalu cemas memikirkan situasinya. Lakukan tindakan pencegahan yang wajar, misalnya menyimpan persediaan penting dan mempraktikkan kebersihan yang baik dan menjaga jarak sosial, serta hindari kepanikan.

Waspadai reaksi ketidaknyamanan. Kesulitan tidur, sulit berkonsentrasi, dan perasaan tidak aman merupakan tanda-tanda reaksi stres. Jika gangguan kecemasan berlanjut, jangan segan untuk berkonsultasikan dengan penyedia kesehatan mental guna mengidentifikasi sumber daya yang tersedia yang bisa dilakukan dengan aman. Mari jaga tubuh dan pikiran kita di masa pandemi dengan sebisa mungkin berpikir positif.

Referensi

https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1559827620981014

https://www.psychologytoday.com/us/blog/mind-matters-menninger/202003/5-ways-deal-pandemic-induced-stress