Penyandang Diabetes Bisa Puasa Ramadan, Ikuti Aturan Mainnya

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 08 Apr 2021

Puasa Ramadan telah tiba. Umat Islam tentu menyambutnya dengan suka cita. Bagi mereka yang sehat dan sanggup tentu saja berpuasa di bulan Ramadan bukanlah persoalan besar. Namun bagaimana dengan orang yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes melitus? Tentu saja ini bukan hal mudah dan butuh beragam pertimbangan untuk bisa menjalankan ibadah puasa tanpa membahayakan kondisi penyandang diabetes.

Penyandang diabetes mengalami kekurangan jumlah dan atau kualitas insulin, sehingga kemampuan menyimpan sisa energi yang masuk menjadi berkurang. Bagi penyandang diabetes yang gula darahnya terkontrol, maka cadangan energinya masih relatif cukup baik meskipun tidak senormal orang tanpa DM. Menurut ahli diabetes, dengan kondisi ini tak masalah bagi penyandang diabetes berpuasa.

Yang menjadi masalah adalah penyandang diabetes yang gula darahnya tidak terkontrol: Dalam situasi ini, cadangan energinya tidak mencukupi, sehingga akan terjadi pemecahan sumber energi lain seperti lemak awal yang mengandung risiko terjadinya komplikasi akut. Bila tidak berhati-hati dalam pengaturan obat bisa mengakibatkan kekurangan gula darah di sore hari, demikian menurut artikel yang dipublikasikan di laman Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Online.

Saat berpuasa, penyandang diabetes akan menggunakan cadangan energi dari dalam berupa pembakaran lemak, produksi dari hati dan cadangan otot. Biasanya pada awal puasa, berat badan menurun dan kembali normal pada akhir bulan Ramadan. Hal itu terjadi karena perubahan beban kerja sistem metabolisme energi, kekentalan darah berubah, akibat asupan cairan yang berkurang, penurunan gula darah puasa dan insulin, serta perubahan metabolisme lemak. Karenanya, penyandang diabetes perlu melakukan penyesuaian dosis obat dan waktu pemberian insulin - yang harus didiskusikan dengan dokter.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, sebelum berpuasa, penyandang diabetes harus melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Termasuk dalam hal ini pemeriksaan kadar glukosa darah apabila mengalami gejala hipoglikemia atau hiperglikemia. Jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah < 60 mg/dL atau meningkat >300 mg/dL puasa dapat dibatalkan.

Saat berpuka, panyandang diabetes perlu menghindari makanan berbuka yang terlalu manis atau yang mengandung karbohidrat berlebih untuk mencegah lonjakan gula darah. Makanan berbuka dapat berupa buah-buahan seperti kurma,pisang, melon, dan pepaya. Dapat mengonsumsi makanan selingan yang tidak terlalu manis menjelang tidur.

Usahakan makan sahur menjelang waktu imsak (saat puasa akan dimulai). Mengonsumsi makan malam dan sahur dengan porsi yang sudah diatur dan disesuaikan selama berpuasa (diskusikan dengan dokter/ahli gizi). Pengaturan porsi makan yaitu 40% dikonsumsi waktu makan sahur, 50% waktu berbuka dan 10% malam sesudah sholat tarawih.

Penyandang diabetes perlu memeriksa kadar gula darah dua jam sesudah sahur. Bila gula darah berada di bawah 80, sebaiknya berhenti puasa dan begitu pula kalau gula darah sangat tinggi. Tak lupa, selalu berkonsultasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya selama menjalankan ibadah puasa agar berjalan lancar dan menghindari hal yang tidak diinginkan.

Selama berpuasa, penyandang diabetes tetap dapat melakukan aktivitas fisik, namun sebaiknya yang ringan dan tidak berlebihan. Mengapa aktivitas fisik ini harus diperhatikan khususnya saat berpuasa? Karena kebutuhan glukosa yang cukup banyak saat aktivitas fisik dapat menurunkan kadar gula darah. Gula darah yang terlalu rendah atau hipoglikemia dapat terjadi saat tubuh menggunakan semua gula yang disimpan sehingga tidak ada lagi yang dilepaskan sebagai glukosa ketika otot membutuhkannya. Diskusikan dengan dokter untuk aktivitas fisik yang tepat berikut durasinya selama puasa Ramadan.

Referensi

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/6/bagaimana-penyandang-dm-pada-waktu-puasa

http://www.idionline.org/artikel/tetap-sehat-dan-bugar-selama-bulan-ramadhan/