Persaingan Antar Saudara Kandung, Wajar atau Perlu Ditanggapi Serius?

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 08 Jan 2020

Persaingan antar saudara kandung tampaknya menjadi hal lumrah pada keluarga yang memiliki anak dua atau lebih ya Bunda. Tampakpnya persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry) tidak terhindarkan sampai tingkat tertentu. Namun Bunda tak usah cemas, persaingan ini bukan berarti bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak-anak atau ada yang keliru dalam pengasuhan buah hati.

Sebenarnya, anak-anak tetap mendapat manfaat dari persaingan antar saudara kandung, setidaknya mereka belajar tentang keterampilan hidup. Di dunia nyata, tidak semua hubungan berlangsung harmonis. Justru sebaliknya, kerap terjadi konflik yang bisa dipicu masalah apapun. Dengan merasakan persaingan di dalam keluarga, anak-anak akan belajar tentang bagaimana mengelola konflik sejak dini. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Orangtua perlu terlibat jika situasinya mulai memanas dan mengarah kepada kontak fisik di antara kakak dan adik.

Menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan antar saudara kandung dapat membantu orangtua untuk lebih memahami dan membantu menanggapinya dengan cara yang lebih sensitif terhadap masalah saudara kandung yang muncul. Urutan kelahiran anak akan berdampak pada mereka secara individu maupun pada hubungan saudara kandung.

Nah, mengetahui efek dari urutan kelahiran dapat membantu untuk lebih memahami tentang dinamika yang mendasari persaingan saudara kandung dan hubungan kakak adik secara keseluruhan. Dengan kata lain, orangtua dapat menggunakan informasi ini untuk merespons dengan cara yang lebih sensitif terhadap masalah saudara kandung yang timbul di antara buah hati.

Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah atau setidaknya meminimalkan persaingan antar saudara kandung menuju kepada hal-hal yang bersifat negatif. Simak dalam uraian berikut ini:

1. Tetapkan aturan

Orangtua perlu menetapkan aturan dasar untuk perilaku yang dapat diterima dan tidak. Beri tahu anak-anak untuk menjaga perilaku, tidak main tangan, termasuk memanggil dengan nama ejekan, tidak ada teriakan, juga tidak adegan membanting pintu atau barang-barang. Bicarakan aturan ini dengan anak-anak berikut konsekuensi jika mereka melanggarnya. Dengan menetapkan aturan ini anak-anak akan belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, terlepas dari situasi atau bagaimana mereka merasa terpancing.

2. Bersikap proaktif

Tanamkan pada anak-anak sejak dini bahwa segala sesuatu tidak harus selalu adil dan setara. Ini bukan soal pilih kasih atau menganakemaskan salah satu anak. Kadang-kadang satu anak memang membutuhkan hal lebih dari yang lain. Orangtualah yang paling mengerti tentang kebutuhan anak-anaknya. Bersikaplah proaktif dalam memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang diarahkan pada minat dan kebutuhan mereka. Misalnya, luangkan waktu untuk Si Sulung yang gemar bermain di taman. Sebaliknya, sempatkan waktu untuk Si Tengah atau Si Bungsu yang lebih suka duduk dan membaca. Soal waktu, bicarakan dengan anak-anak untuk menentukan saat yang tepat.

3. Berikan kebebasan

Pastikan anak-anak memiliki ruang dan waktu sendiri untuk melakukan hal yang mereka sukai, misalnya bermain dengan mainan sendiri, bermain dengan teman-teman tanpa bersama saudara kandung, atau menikmati kegiatan tanpa harus berbagi 50-50. Perlihatkan dan beri tahu anak-anak bahwa bagi Bunda dan Ayah, cinta bukanlah sesuatu yang datang dengan batasan. Pastikan anak-anak tahu bahwa mereka aman, dicintai, dan kebutuhan mereka akan terpenuhi.

4. Lakukan kegiatan bersama

Bersenang-senang bersama anak-anak. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama, seperti menonton film, melempar bola, atau bermain petak umpet. Permainan berkelompok merupakan cara bagi orangtua untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak dan berhubungan satu sama lain. Aktivitas ini dapat membantu meredakan ketegangan di antara kakak dan adik, dan membuat orangtua terlibat. Umumnya perhatian orangtua adalah sesuatu yang kerap menjadi bahan pertengkaran anak, sehingga kegiatan keluarga yang menyenangkan dapat membantu mengurangi konflik di antara saudara kandung.

5. Pertimbangkan me time dengan anak

Jika kerap terjadi pertengkaran pada kakak dan adik di usia sekolah, coba adakan pertemuan keluarga mingguan di mana orangtua dapat mengulangi aturan tentang konflik dan meninjau keberhasilan masa lalu dalam mengurangi konflik tersebut. Pertimbangkan membangun sebuah program di mana anak-anak mendapatkan poin ke arah kegiatan berorientasi keluarga yang menyenangkan ketika mereka bekerja sama. Kenali kapan anak-anak hanya perlu waktu terpisah satu sama lain demi meminimalkan konflik. Cobalah mengatur tanggal atau kegiatan bermain yang terpisah untuk setiap anak sesekali.

Ingatlah bahwa kadang-kadang anak-anak memang berjuang untuk mendapatkan perhatian orangtua. Dalam hal ini, orangtua harus meluangkan waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan setiap anak. Kuncinya sabar dan disiplin. Kelak, anak-anak saat dewasa akan mengenang dinamika persaingan antar saudara kandung ini sebagai salah satu pengalaman tak ternilai.

Referensi

https://centerforparentingeducation.org/library-of-articles/sibling-rivalry/coping-sibling-rivalry/

https://kidshealth.org/en/parents/sibling-rivalry.html