Persembahan Terbaik untuk Khalil Sang Calon Pemimpin

Oleh rizkimuhajar 21 Oct 2013

Putra pertamaku bernama Khalil, usianya kini enam tahun. Membicarakannya berarti kembali pada masa-masa kehamilanku dulu. Aku dinyatakan positif hamil setelah sebulan pernikahan digelar, saking cepatnya diberikan kepercayaan untuk hamil, ada yang menyangka aku hamil duluan. Tapi aku memilih cuek, dan fokus pada kehamilanku saat itu.

Di kehamilan pertama aku minim ilmu, tapi justru itu yang membuatku semangat membaca buku seputar kehamilan, dan menggali berbagai informasi terkait hamil dan menyusui. Rupanya ini berpengaruh pada pola hidupku, terutama soal memilih makanan mana yang baik untuk dikonsumsi, yang pasti setahuku trimester pertama adalah saat-saat genting bagi janin, terutama pada perkembangan otaknya. Makanya aku betul-betul menghindari makanan yang mengandung msg, dan rajin mengonsumsi sayur, buah, serta protein hewani.Tak lupa minum susu ibu hamil sebagai tambahan nutrisi. Kebiasaan ini berlanjut hingga aku menyusui, Khalil pun terlihat montok dan berat badannya di atas rata-rata.

Khalil saat berusia di bawah satu tahun

Khalil bisa berjalan saat usianya sebelas bulan, dan bisa bilang ‘minum uu(susu), saat usianya satu tahun setengah. Tapi buatku, itu adalah hal yang wajar karena semua anak juga mengalaminya. Ketika Khalil berusia tiga tahun, kami sekeluarga pindah sementara ke negeri paman sam, suatu pilihan yang tidak mudah memang, tapi mau tidak mau harus dijalani. Tahun pertama dan tahun kedua adalah masa-masa sulit bagi Khalil, karena Khalil tidak bisa beradaptasi terutama dari sisi bahasa. Saking sulitnya, setiap kali Khalil bermain aku harus selalu mendampinginya sebagai penerjemah. Pernah suatu kali, Khalil bicara dalam bahasa Inggris dicampur bahasa betawi, ceritanya waktu itu Khalil sedang bermain pasir dengan beberapa teman sebayanya. Mereka memasukan pasir ke dalam ember kecil, lalu dituangkan kembali dengan posisi terbalik hingga membentuk sebuah gundukan mirip gunung bentuk silinder.  Ketika ada satu temannya kesulitan melakukannya, Khalil dengan cekatan menyambar beberapa ember berisi pasir tadi, dan bilang ‘let me tublek-tublekin this pasir’. Oh no!..Khalil sedang mengajarkan bahasa betawi pada teman-temannya secara tidak langsung, aku pun tertawa mendengarnya. Dan dari sini muncul keyakinan dalam diri, bahwa suatu saat Khalil pasti bisa beradaptasi. Aku pun senantiasa berdoa agar Khalil dimudahkan dalam hidupnya, serta dilancarkan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

teman mainnya di taman belakang

Di US, memasukkan anak usia lima tahun ke sekolah TK adalah kewajiban, dan nantinya akan ditempatkan di sekolah yang jaraknya paling dekat dengan tempat tinggal. Aturan ini pun berlaku pada Khalil yang tahun lalu berusia lima tahun, beruntung lokasi sekolahnya tak jauh dari rumah dan Khalil senang bersosialisasi dengan teman sebayanya. Rupanya doaku didengar, karena Khalil begitu percaya diri di sekolah dan cepat beradaptasi, sampai-sampai sekolahnya memberikan beasiswa yang digelar setiap semester. Bukan berupa uang, tapi voucher makan gratis di rumah makan dan fotonya terpampang di mading sekolah. Ketika pembagian rapot tiba, bu guru mennyampaikan segala hal tentang perkembangan akademik Khalil, ternyata hasilnya sangat memuaskan untuk anak seusianya dengan kondisi yang berbeda dengan teman sekelasnya. Khalil juga disebut anak yang aktif, dan bu guru bilang cukup kewalahan meminta Khalil bersabar untuk tidak mengangkat tangan ketika bu guru sedang menjelaskan.

Khalil ada di pojok kiri bawah

Satu semester Khalil mengecap pendidikan di US, semester berikutnya karena harus pulang Khalil mendaftar di taman kanak-kanak di Indonesia. Aku sempat khawatir apakah Khalil bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, ternyata bisa. Hari pertama di sekolah, Khalil sudah akrab dengan teman-teman sekelasnya.

Kini Khalil duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya di Madrasah Ibtidaiyah. Aku sadar, ini akan berat untuk Khalil karena basic agamanya sangat kurang dibanding teman-temannya, tapi bermodalkan keyakinan bahwa Khalil bisa beradaptasi dengan cepat, akhirnya aku daftarkan di Madrasah, dan syukur Alhamdulillah diterima. UTS dan pekan ulangan sudah dilewati, sejauh ini hasilnya baik dan rata-rata nilainya sembilan. Namun, angka-angka bukanlah tolak ukur keberhasilan bagiku, yang terpenting Khalil senang dengan sekolah barunya dan nyaman bermain dengan teman-temannya.

Khalil dan teman-teman TK nya

Jika diamati, ada beberapa karakter pemi mpin yang ada dalam diri Khalil, seperti mudahnya beradaptasi, kepercayaan diri yang cukup besar dan mudahnya Khalil bersosialisasi dengan temannya meski terhambat bahasa.

Tak Lepas dari Nutrisi Terbaik

Sejak kecil, aku agak ketat dengan jenis makanan yang dikonsumsi Khalil. Sayur dan buah adalah menu wajib yang harus ada setiap hari, tak perlu mengeluarkan biaya banyak karena Khalil suka sayur dan buah apa saja. Biasanya aku rajin mengkombinasikan menu agar tidak bosan, formasinya adalah lauk/protein hewani, sayur, buah dan kadang susu. Ketika tinggal di US, aku kesulitan mendapatkan tempe, akhirnya kucoba membuat tempe sendiri dan berhasil! akhirnya formasi menu kutambah, tak hanya protein hewani tapi juga nabati dari tempe dan tahu. Untuk pengganti msg, kugunakan gula dan rasanya tak kalah nikmat dan gurih.

Mengapa perlu formasi lengkap? karena aku ingin nutrisi terbaik untuk Khalil, jagoan kecilku. Seperti ikan dan tempe yang merupakan contoh protein, berguna untuk membentuk jaringan tubuh, pengatur dan penghasil energi. Sementara sayur dan buah merupakan penghasil vitamin dan mineral yang berguna bagi tubuh. Intinya, jika dirinci masing-masing sumber makanan ini, memberikan manfaat yang begitu besar bagi perkembangan tubuh anak-anak.

Beberapa Poin Penting dalam Membentuk Jiwa Kepemimpinan


Sebelum berumah tangga, aku memang bercita-cita memiliki anak yang berjiwa pemimpin. Minimal untuk dirinya sendiri, maka ketika kuputuskan untuk menikah, beberapa prinsip sudah kutanamkan dalam membuat rencana pendidikan anak, dalam bentuk kurikulum sederhana yang akan kuterapkan pada anak-anakku kelak. Diantaranya adalah, mengenalkan anak pada Tuhannya. Aku sangat yakin dengan sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa rasa takut kepada Tuhan membuat manusia tunduk pada aturan-Nya. Ungkapan ini sudah kubuktikan hingga sekarang, begitu mudah mengarahkan Khalil tanpa harus memberikan ancaman dan hukuman fisik, aku hanya perlu mengingatkan hubungannya dengan Sang Pencipta dan memintanya berbuat baik. Poin kedua yang tengah sedang kujalani adalah menanamkan rasa percaya diri dengan memberinya sebuah kepercayaan, dari hal-hal kecil, seperti memintanya untuk ke warung cukup ampuh untuk menjadikannya percaya diri. Hal lain yang tak kalah penting adalah menjadi teladan bagi anak, menanamkan jiwa sosial dan berbagai nilai positif lainnya yamg dibangun sejak dini.

Memang, membentuk anak berkarakter pemimpin tidaklah muda. Laksana mengukir di atas batu, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam mendidiknya, namun semua itu nantinya akan terbayar tatkala si kecil menjadi pemimpin untuk dirinya, teman sekelasnya maupun masyarakat bahkan negara. Semoga kita tak jemu untuk memberikan yang terbaik untuk si kecil, karena nantinya kita juga yang akan memetik hasilnya kan?