Ragam Aktivitas Fisik untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 Oct 2019

Penyakit jantung bawaan (PJB) – ada yang menyebutnya dengan kelainan atau cacat jantung bawaan – merupakan masalah pada struktur jantung yang ditemukan dari lahir, masih belum diketahui penyebab pasti. Selain karena faktor keturunan, kelainan jantung juga bisa muncul ketika terbentuknya fetus pada ibu hamil yang mengidap infeksi atau terkena radiasi zat-zat beracun.

Orang dengan kelainan jantung bawaan memiliki risiko komplikasi penyakit, seperti gagal jantung, endokarditis, fibrilasi atrium, dan masalah pada katup jantung, bahkan pada kasus yang berat bisa menyebabkan kematian. Biasanya kelainan jantung ditemukan setelah anak dilahirkan, tetapi ada juga yang tidak ketahui selama bertahun-tahun.

Gaya hidup aktif penting untuk anak dan orang dewasa yang hidup dengan PJB

Aktivitas fisik merupakan konsep yang lebih luas yang menggabungkan semua jenis gerakan fisik, tidak hanya gerakan yang dirancang (aktivitas fisik berulang yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran).

PJB memang dapat membatasi aktivitas anak-anak, namun bukan berarti mereka tidak bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya. Mereka tetap bisa menjalani kehidupan normal seperti bersekolah dan melakukan aktivitas fisik lainnya.

Ada sejumlah hal yang perlu diketahui terkait dengan aktivitas fisik dan olahraga untuk pasien PJB. Yuk, kita simak salam uraian berikut ini:

Apakah pasien PJB masih bisa melakukan aktivitas fisik atau olahraga?

Ada beberapa anak dengan PJB memang dibatasi untuk berolahraga, namun ada juga yang tetap bisa melakukannya. Olahraga diketahui bermanfaat untuk kesehatan kardiovaskular, keterampilan motorik, dan juga dapat membuat anak membangun hubungan pertemanan tanpa merasa berbeda.

Selain mendapatkan teman, olahraga juga dapat membuat hormon bahagia. Pada anak dengan PJB yang aktivitas olahraganya dibatasi tetap bisa berolahraga dengan anjuran dokter. Dokter biasanya akan membantu orang tua untuk membuat jadwal kegiatan untuk anak dengan PJB. Tes perlu dilakukan sebelum anak melakukan program olahraga. Stress test EKG (seperti elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui dan mengukur respons jantung terhadap olahraga.

Jenis olahraga apa yang aman untuk pasien PJB?

Biasanya aturan yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan PJB adalah sekitar 30 sampai 60 menit per hari, jika tidak bisa melakukannya setiap hari, ia bisa melakukannya dua kali seminggu. Tetapi harus dibagi dengan interval 10 hingga 15 menit sepanjang olahraga1. Namun, apabila anak sudah kelelahan dan ingin beristirahat, sebaiknya biarkan dia istirahat.

Jenis olahraga yang paling aman untuk dilakukan adalah latihan aerobik, seperti jalan cepat, berenang, bersepeda, jalan santai, mendayung, mendaki atau menaiki-tangga. Atau olahraga di luar ruangan seperti basket, sepak bola, tenis, dan voli.

Cara mainnya adalah bernapas berat dan cepat, tetapi tetap bisa melakukan percakapan dengan seseorang. Jika anak bisa berbicara dengan kalimat lengkap, dan tetap merasakan debaran jantung, anak dengan PJB masih dapat mendapatkan manfaat yang sama dari level olahraga tersebut. Yang perlu ditekankan: Jangan memaksakan diri.

Olahraga apa yang harus dihindari?

Olahraga yang perlu dihindari adalah yang dapat menyebabkan ketegangan dan dengusan atau istilah medisnya disebut “maneuver valsava”. Olahraga seperti ini biasanya berupa sit-ups, push-ups, chin-ups. Tekanan yang ditimbulkan dari latihan tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, yang dapat meningkatkan tekanan juga pada jantung. Dampaknya juga akan terjadi peningkatan tekanan pada paru-paru yang dapat mempengaruhi aliran darah yang dibawa ke paru-paru.

Pasien PJB biasanya mengalami bekas luka bedah di dada. Jika tekanan pada paru-paru terjadi, hal ini dapat menekan dinding dada, sehingga bekas luka bedah tersebut dapat rusak, apalagi kalau operasinya baru dilakukan sekitar satu tahun.

Olahraga lain yang harus dihindari adalah rugby, tinju, dan hoki. Olahraga fisik ini dapat menyebabkan terluka dan penekanan pada sistem kardiovaskular. Aktivitas fisik ini memaksa anak untuk berkompetisi keras dalam melakukannya sehingga harus dihindari. Ketika tubuh bekerja terlalu keras, adrenalin dilepas ke dalam aliran darah, hal ini dapat berisiko melukai dan merusak jantung.

Semua sepakat bahwa aktivitas fisik memiliki banyak manfaat dan harus menjadi bagian rutin dari kehidupan hampir semua orang, tak terkecuali orang dengan PJB. Penelitian pada pasien PJB (bahkan penyakit kompleks), telah menunjukkan bahwa olahraga rutin rutin aman dan dapat bermanfaat.

Namun memang ada beberapa pengecualian dalam melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Untuk itu, bicarakan dengan dokter tentang situasi spesifik pasian PJB. Umumnya dokter akan mengingatkan agar pasien PJB berhati-hati dengan aorta yang membesar (aorta merupakan arteri utama dalam tubuh). Pembesaran aorta dapat terjadi pada orang dengan sindrom Marfan, sindrom Turner, koarktasio aorta, atau katup aorta bikuspid.

Untuk pasien PJB dengan aorta yang membesar umumnya tidak boleh melakukan olahraga yang berat, terutama aktivitas yang melibatkan mengejan atau mendengus seperti mengangkat beban berat.

Konseling aktivitas fisik harus menjadi bagian dari interaksi pasien dan dokternya. Konsultasikan jenis aktivitas fisik/olahraga yang sesuai, terutama jika dokter menyarankan sejumlah pembatasan.

Referensi

1 https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/care-and-treatment-for-congenital-heart-defects/congenital-heart-defects-and-physical-activity

https://ahajournals.org/doi/full/10.1161/cir.0b013e318293688f