Sering Konsumsi Telur Picu Bisulan?

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Feb 2020

“Jangan makan telur nanti bisulan lho…”

Bunda pernah mendengar saran ini? Telur kerap dituduh sebagai biang penyebab munculnya bisulan. Adanya kepercayaan ini sedikit banyak membuat orang membatasi atau bahkan menghindari konsumsi telur.

Hal ini patut disayangkan mengingat telur memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan. Selain susu, telur mengandung nilai biologis tertinggi (atau standar emas) untuk protein. Satu telur hanya mengandung 75 kalori tetapi memiliki 7 gram protein berkualitas tinggi, 5 gram lemak, dan 1,6 gram lemak jenuh, bersama dengan zat besi, vitamin, mineral, dan karoten.1

Telur merupakan pembangkit tenaga, kaya nutrisi penangkal penyakit seperti lutein dan zeaxanthin. Karotenoid ini dapat mengurangi risiko degenerasi makula terkait usia, penyebab utama kebutaan pada orang dewasa yang lebih tua. Kolin pada telur juga dapat menunjang perkembangan otak dan daya ingat.

Kembali ke soal bisulan, apakah memang telur menjadi biang penyebabnya? Jawabnya itu sebatas mitos. Bisul, atau furunkel, adalah infeksi folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus). Bakteri ini sebenarnya hidup alami di kulit manusia. S. aureus biasanya tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan berbagai infeksi ringan hingga berat, jika memperoleh akses ke jaringan yang lebih dalam.

Sejumlah area tertentu rentan terhadap bisul, termasuk wajah, tenggorokan, ketiak, selangkangan dan bokong. Bisul pada kelopak mata dikenal sebagai bintil. Bisul biasanya sembuh sendiri, tetapi kasus yang parah atau berulang membutuhkan perawatan medis.

Telur bukan menjadi penyebab bisul, namun protein hewani ini bisa menyebabkan alergi. Alergi telur merupakan jenis adalah alergi makanan yang paling umum pada anak-anak. Alergi telur biasanya muncul pada usia yang sangat dini, dengan reaksi terparah terjadi antara 6 dan 15 bulan.2

Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang zat yang tidak berbahaya, seperti protein dalam makanan. Sistem kekebalan menciptakan antibodi untuk menyerang makanan yang dikira sebagai ancaman. Ketika pangan pemicu alergi ini dimakan, maka tubuh akan bereaksi dengan melepaskan bahan kimia seperti histamin untuk melindungi tubuh.

Protein dalam putih telur lebih cenderung menyebabkan reaksi alergi daripada yang ada di kuning telur, meskipun beberapa orang bisa alergi terhadap keduanya. Gejala alergi telur mirip dengan jenis alergi lain, di antaranya reaksi kulit seperti eksim, gatal-gatal, atau bengkak; sakit perut, mual, diare, atau muntah; mengi atau kesulitan bernapas; hidung tersumbat atau berair, dan detak jantung cepat. Dalam kasus yang sangat jarang, syok anafilaksis dapat terjadi. Ini darurat medis.

Jika Si Kecil alergi terhadap telur, Bunda harus memperhatikan label pangan untuk memastikan apakah produk pangan mengandung telur yang bisa memicu reaksi alergi.

Referensi

1 https://www.webmd.com/diet/features/good-eggs-for-nutrition-theyre-hard-to-beat#1

2 https://www.healthline.com/health/allergies/egg#1

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/boils