Waspadai Kegemukan pada Anak dan Risiko Diabetes

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 18 Apr 2021

Apakah sahabat NUB mengetahui setiap 18 April diperingati sebagai Hari Diabetes Nasional? Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai kadar gula (glukosa) darah tinggi. Banyak faktor yang memicu munculnya diabetes tipe 2, antara lain kegemukan/obesitas. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the Endocrine Society, anak-anak dengan obesitas menghadapi risiko empat kali lipat terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan anak-anak dengan indeks massa tubuh (BMI) dalam kisaran normal.

Sejak lama telah diketahui bahwa obesitas memang menjadi faktor risiko untuk banyak penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, jantung, dan diabetes tipe 2. Penyebab utama obesitas adalah konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, serta kurangnya aktivitas fisik. Jika tidak dikelola dengan baik, obesitas ini dapat menuntun pada munculnya diabetes tipe 2, bahkan di usia muda.

Kegemukan pada anak harus menjadi ‘alarm’ bagi setiap orangtua agar tidak berlanjut hingga dewasa. Obesitas pada anak tak hanya meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, namun juga bisa membuat anak merasa rendah diri. Laman Mayo Clinic menyebut, selain memicu munculnya diabetes tipe 2, kegemukan pada anak juga dapat memicu kondisi yang disebut sindrom metabolik, yaitu gabungan berbagai penanda faktor risiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya. Kondisi ini meliputi tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, HDL (kolesterol baik) rendah, dan lemak perut berlebih.

Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan yang kompleks. Kenaikan berat badan berlebih pada remaja pada umumnya serupa dengan yang terjadi pada orang dewasa, yaitu melibatkan masalah perilaku (gaya hidup) dan genetika. Obesitas juga dipengaruhi oleh komunitas/lingkungan, yang biasanya mempengaruhi kemampuan membuat pilihan yang sehat.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), perilaku yang mempengaruhi penambahan berat badan berlebih termasuk makan makanan dan minuman berkalori tinggi namun miskin gizi, hingga kurang tidur. Tidak banyak bergerak juga berperan dalam menambah berat badan.

CDC menyebut, lingkungan yang tidak sehat juga bisa memicu anak menjadi gemuk. Alasannya: Sulit membuat pilihan makanan sehat dan mendapatkan aktivitas fisik yang cukup di lingkungan yang tidak mendukung kebiasaan sehat. Tempat-tempat seperti pusat penitipan anak, sekolah, atau komunitas dapat mempengaruhi pola makan dan aktivitas melalui makanan dan minuman yang ditawarkan dan peluang untuk aktivitas fisik yang tersedia. Faktor komunitas lainnya yang turut berperan pada obesitas anak adalah akses pada pilihan makanan sehat, dukungan teman sebaya dan sosial, hingga promosi makanan/iklan.

Obesitas pada masa kanak-kanak dapat membahayakan tubuh. Anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi (merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular), peningkatan risiko gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2. Obesitas anak juga dikaitkan dengan masalah psikologis seperti harga diri rendah, hingga masalah sosial seperti perundungan (bullying).

Yang perlu diwaspadai adalah, anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung menjadi orang dewasa dengan obesitas. Laman CDC menyebut, obesitas pada orang dewasa dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa kondisi kesehatan yang serius termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker. Anak-anak gemuk cenderung memiliki faktor risiko obesitas dan penyakit lebih berat di usia dewasa.

Berat Badan dan Diabetes Tipe 2

Pada diabetes tipe 2, pankreas (organ yang bertugas memproduksi insulin) masih bisa menghasilkan insulin, namun hormon ini tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sebagai imbasnya, kadar gula darah menjadi terlalu tinggi. dilaporkan laman KIdshealth, sebagian besar anak-anak dan remaja mengalami kelebihan berat badan saat didiagnosis menderita diabetes tipe 2.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kelebihan berat badan/obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2. Selain itu, penambahan berat badan pada penderita diabetes tipe 2 membuat kadar gula darah lebih sulit dikendalikan. Penyandang diabetes tipe 2 memiliki kondisi yang disebut resistensi insulin: Tubuh mampu membuat insulin, tetapi tidak dapat berfungsi dengan benar dalam mengangkut glukosa ke dalam sel. Akibatnya, jumlah glukosa dalam darah meningkat. Pankreas kemudian membuat lebih banyak insulin untuk mencoba mengatasi masalah ini. Pankreas bisa rusak karena bekerja begitu keras dan mungkin tidak dapat membuat cukup insulin untuk menjaga kadar glukosa darah dalam kisaran normal. Pada titik ini, seseorang dikatakan mengidap diabetes tipe 2.

Perlu diketahui bahwa resistensi insulin dapat terjadi pada orang tanpa diabetes, tetapi hal itu menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit tersebut. Untuk orang yang kelebihan berat badan tanpa diabetes tipe 2, menurunkan berat badan dan berolahraga dapat mengurangi risiko terkena penyakit yang belum ada obatnya ini.

Pentingnya Dukungan Orangtua

Dukungan orangtua merupakan bagian penting dalam membantu anak mencapai berat badan yang sehat. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung anak mencapai berat badan normal atau mencegahnya mengalami kegemukan:

1. Jadikan gaya hidup sehat sebagai kebiasaan di dalam keluarga. Sediakan makanan bergizi seimbang, lengkap dengan buah dan sayur.

2. Usahakan anak memiliki waktu tidur yang cukup karena krang tidur dapat meningkatkan risiko kegemukan.

3. Hindari membeli dan menyimpan camilan dengan kandungan garam, gula, dan kalori tinggi di rumah. Sebagai pilihan yang lebih sehat sediakanlah buah potong sebagai camilan sehat.

4. Hindari memaksa anak menghabiskan isi piringnya. Tindakan ini bisa menjadi pemicu berat badan berlebih. Biarkan anak berhenti makan saat ia merasa kenyang.

5. Periksakan berat badan anak secara berkala menjalani penghitungan Indeks Massa Tubuh (BMI) guna mendeteksi risiko obesitas, terutama jika anak terlihat mengalami kelebihan berat badan.

6. Ajak anak untuk lebih banyak bergerak dengan mengurangi waktu menonton televisi, atau bermain game. Sebagai gantinya, ajak ia berjalan santai di sekitar rumah atau melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan fisik.

Saat mendampingi anak obesitas, pastikan orangtua menerapkan pola makan sehat dan mengajaknya melakukan aktivitas fisik agar berat badannya turun. Anak-anak umumnya tidak disarankan melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan. Oleh karenanya, jika anak kegemukan, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan panduan yang tepat dalam mengelola berat badan.

Referensi

https://www.cdc.gov/obesity/childhood/causes.html

https://kidshealth.org/en/parents/weight-diabetes.html

https://www.endocrine.org/news-and-advocacy/news-room/2017/childhood-obesity-quadruples-risk-of-developing-type-2-diabetes

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/childhood-obesity/symptoms-causes/syc-20354827