arti ibu bagiku

Oleh titis rakhma 21 Oct 2013

Memiliki buah hati mungkin merupakan impian setiap pasangan. Tuhan menitipkan kepada kita buah hati yang sehat dan lucu merupakan suatu kebahagiaan luar biasa yang tak ternilai harganya. Namun ketika kita sudah mendapatkan kepercayaan tersebut, bagaimanakah cara kita membentuknya? Sebagaimana kertas putih yang masih bersih, tugas kita lah sebagai orang tua untuk menulisnya. Apakah kita isi dengan tulisan yang baik atau yang buruk.

Saya pribadi belum menikah, tapi di usia saya yang 22 tahun ini, saya sudah berpikir ke depan. Dengan siapakah saya nanti akan menikah ?, ingin punya anak berapa ?, dan bagaimana mendidik anak-anak saya kelak ?.

Hal ini membuat saya teringat pada ibu saya yang sering berkata “punya anak tu gampang-gampang susah”. Nah saya sendiri pada saat itu belum terlalu mengerti dengan maksud ibu. Namun sekarang setelah saya pikir-pikir ada benarnya juga perkataan ibu waktu itu.

Menjadi orang tua yang baik memang tidak mudah. Tanggung jawab yang dipikul tidak main-main besarnya. Pengalaman saya pribadi sebagai anak, saya merasakan sendiri bagaimana susahnya kedua orang tua saya membesarkan saya. Menanamkan ilmu-ilmu kehidupan yang mungkin tidak akan saya dapatkan di sekolah manapun.

Keluarga kami bisa dibilang lumayan kental akan ilmu agama. Ayah yang alumnus pondokan dan pernah menjadi guru agama mungkin sudah cukup menjelaskan mengapa sedari kecil saya dan kedua saudara saya sudah paham apa pentingnya solat, puasa, dan zakat itu. Namun yang tidak kalah penting adalah ibu yang selalu dengan sabar mendukung ayah. Pendekatan yang dilakukan ibu untuk mendidik anak mungkin berbeda dari ayah. Ibu yang biasanya cenderung lebih lembut dan sabar menghadapi anak menjadi kunci utama sehingga saya dan kedua saudara saya bisa menjadi seperti sekarang ini. Pedoman-pedoman yang paling saya ingat dari ibu saya adalah jangan pernah lupa untuk sholat tiap hari dan selalu minta ijin kalau kamu akan mengambil sesuatu milik orang lain sekalipun itu hanya uang Rp 100,-.

2 hal tersebut menjadi landasan dalam hidup saya sampai saat ini. Dengan selalu mengingat Tuhan, maka Tuhan pun akan mengingatmu. Dalam melakukan sesuatu saya termasuk orang yang banyak berpikir dulu sebelum mengambil keputusan. Seringkali saya bingung dan tidak dapat memutuskan, saya pasti bertanya kepada ibu saya. Ibu berarti penting sekali bagi saya. Saya tidak bisa bayangkan apa jadinya saya tanpa ibu. Ibu juga selalu menanamkan sikap terbuka, jangan pernah menyimpan sendiri masalah, ceritakan, diskusikan bersama untuk mengambil keputusan terbaik. Hal tersebut membuat kami sekeluarga saling dekat dan terbuka. 

Apalagi ketika ayah meninggal dunia, sangat terasa sekali bagaimana perjuangan ibu membesarkan kami bertiga. Bekerja keras, bahkan lembur. Seringkali ibu sampai membawa pekerjaan kantor ke rumah dan mengerjakannya sampai larut malam. Cobaan paling besar mungkin ketika suatu hari keluarga kami terkena musibah tertipu oleh seseorang yang sudah kami anggap saudara. Kejadian ini mebuat keluarga kami terlilit hutang yang tidak sedikit. Saya yang belum mapan dalam hal ekonomi merasa malu karena tidak bisa membantu apa - apa. Saya hanya bisa berusaha mandiri bagaimana tidak menyusahkan ibu lagi.

Satu hal yang berusaha saya lakukan sampai sekarang adalah bagaimana membuat ibu selalu tersenyum. Saya selalu berusaha menjadi anak berprestasi dan membanggakan orang tua serta bisa diandalkan dalam segala hal. Saya menyadari membesarkan anak itu tidak mudah apalagi kalau sendirian. Ibu menjadi inspirasi bagi saya bahwa kita harus bisa menjadi wanita yang serba bisa. Mengurus rumah tangga memang kodrat kita sebagai wanita, tetapi bukan berarti hanya itu yang kita bisa. Jadilah wanita mandiri. Jika bisa melakukan suatu hal sendiri, lakukanlah sendiri. Jangan terbiasa menyusahkan orang lain.  

#LombaBlogNUB

lomba penulisan blog