Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Investasi Dini untuk Calon Pemimpin

Oleh papa_eflyn 11 Oct 2013

Eflyn

Butuh waktu tidak sebentar dan sedikit pergumulan hingga akhirnya saya merelakan agar istri saya berhenti dari pekerjaannya demi merawat tumbuh kembang putri kami, Eflyn Abigail Simangunsong. Keputusan yang sulit namun juga tidak sia-sia karena putri kami tumbuh besar, sehat, cerdas dan memiliki bakat pemimpin.

Eflyn lahir pada 28 Mei 2012 di Rumah Sakit Sri Ratu, Medan. Ia lahir pada pukul 09.37 WIB setelah melalui operasi Caesar oleh dr. Mangatas Silaen SpOg. Berat badannya 4,1 kg dan tingginya 52 cm ketika pertama kali menatap dunia.

Kami begitu bahagia. Begitu juga segenap keluarga. Namun, tiga bulan berlalu, muncul satu pertanyaan, apakah ibunya akan kembali bekerja sementara Eflyn akan dirawat pengasuh selama bekerja. Atau, ibunya berhenti bekerja agar bisa merawat Eflyn lebih intensif.

Kami berada pada pilihan yang sulit ketika itu. Mama Eflyn sudah lebih dari enam tahun bekerja sebagai jurnalis. Saya sendiri juga bekerja sebagai jurnalis. Dan saya tahu betul bagaimana jurnalis bekerja dengan waktu. Setiap hari harus berkejar-kejaran dengan deadline. Jika ibunya tetap bekerja, kemungkinan besar ia tidak akan memiliki waktu banyak untuk anaknya. Sementara kasih sayang ibu sangatlah penting, apalagi pada masa tiga tahun pertama.

Ci

Butuh waktu lama buat kami untuk memutuskan apakah bunda mengorbankan karir yang sudah lama dibangun. Akhirnya kami sepakat, mama Eflyn mengorbankan pekerjaannya demi merawat dan membesarkan Eflyn dengan asuhannya tangannya sendiri. “Anak yang dirawat oleh ibunya sendiri pasti akan lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya,” kata perempuan yang saya nikahi pada 28 Oktober 2010 itu.

Saya sendiri sempat bertahan pada ego saya agar Eflyn dirawat oleh baby sitter atau saudara pada saat kami berdua pergi bekerja. Tidak apa-apa mengeluarkan biaya tambahan asalkan pekerjaannya tidak dilepaskan. Sayang rasanya meninggalkan pekerjaan mengingat tingkat kebutuhan hidup sehari-hari yang terus naik.

Sempat juga terpikir untuk menitipkan Eflyn di rumah penitipan bayi yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Pagi diantar dan sore sepulang dari kantor dijemput. Tapi, lagi-lagi istri saya menolak dan ragu. Ia ingin proses tumbuh kembang Eflyn dilihat dan ikut dirasakannya setiap saat. Satu hal penting yang mengkhawatirkannya sebenarnya, ia tidak yakin nutrisi untuk Eflyn terpenuhi dengan maksimal jika dititipkan di rumah penitipan anak.

Eflyn

“Mama nggak bisa kontrol nutrisinya. Kalau mama yang rawat, pasti makanannya bisa diatur dan berikan yang terbaik. Apalagi saat ini Eflyn sedang melewati golden age (masa emas), di saat inilah otaknya membutuhkan asupan nutrisi yang baik. Tidak apa-apa melepaskan pekerjaan, toh ini juga buat investasi masa depan Eflyn. Lagian, mama nanti bisa bekerja kembali,” begitulah istri saya berkeras agar Eflyn tumbuh besar di tangannya.

Seiring waktu, saya pun menyadari bahwa apa yang dilakukan istri saya benar. Ia rela mengorbankan pekerjaannya demi investasi masa depan Eflyn. Dari beberapa literatur yang saya baca, masa emas untuk pertumbuhan otak anak ialah pada masa balita. Di saat itulah otaknya membutuhkan asupan nutrisi yang baik dan didikan dari ibu agar mentalnya juga bertumbuh dengan baik.

Bukan bermaksud memuji berlebihan, pertumbuhan Eflyn sangat baik di bawah perawatan ibunya. Pada umur tiga bulan ia sudah bisa tengkurap. Dua bulan kemudian ia sudah bisa merangkak. Dan empat bulan kemudian sudah belajar berjalan dan sebulan kemudian sudah mulai bisa berdiri dan berjalan tanpa bantuan orang lain.

Eflyn

Saya sempat ragu dengan pertumbuhan Eflyn karena mamanya hanya sanggup mengasupinya ASI eksklusif hingga usia lima bulan saja. Setelah itu, Eflyn mulai minum susu formula S-26. Namun, pertumbuhannya berjalan baik. Eflyn terbilang kuat minum susu. Dalam sehari ia bisa menghabiskan 5 – 6 botol susu dengan takaran antara 120 - 180 ml.

Di samping minum susu, mamanya mulai memberinya makanan tambahan biskuit bayi di usia tiga bulan. Dan pada usia keenam diberi nasi tim dengan campuran ikan-ikanan, telur dan sayur-sayuran seperti wortel, brokoli, kentang. Mamanya juga rajin memberinya buah-buahan berupa jus jeruk, pepaya, pisang dan jus jambu biji.

Memasuki usia 1 tahun, Eflyn mulai diberi nasi yang tidak lagi harus dihaluskan karena giginya sudah muncul di atas dan di bawah. Mamanya rajin memasaknya sop kepiting, udang dan iga sapi yang dicampur dengan wortel, kentang, sayur, jipang. Sejak dini, Eflyn diajarkan untuk menyukasi sayur-sayuran dan sampai kini ia jadi terbiasa makan dengan sayuran, seperti bayam, tauge, sawi pahit, sawi putih, buncis, wortel, kentang. Sesekali mamanya memasak bubur kacang hijau dan kolak pisang untuknya.

Kebiasaan

Semasa proses tumbuh kembangnya, kami sendiri tidak pernah telat membawa Eflyn ke dokter anak untuk imunisasi. Kartu Menuju Sehat berisi jadwal imunisasi campak, polio, DPT, BCG, MMR, dan lain-lain, kami penuhi dengan teratur. Sebab, kami yakin, imunisasi ialah perlindungan utama pada balita. Kami tidak ingin Eflyn kelak sudah besar memiliki fisik yang lemah dan rentan akan penyakit.

Hal itu perlu agar masa pendidikannya di sekolah juga berjalan baik sehingga ia bisa meraih cita-citanya pula dengan baik. “Imunisasi itu investasi, tidak boleh ketinggalan untuk perlindungan kesehatannya,” begitu pesan mama Eflyn tiap kali mengingatkan saya agar tidak lupa menyisihkan waktu kerja saya untuk mengantarkan mereka ke dokter anak.

Siap-siap

Eflyn yang kini memasuki usia 1 tahun 5 bulan bertumbuh sebagaimana yang kami harapkan sebagai orangtua. Beratnya kini 14 kg, tingginya 87 cm. Responnya begitu cepat pada hal-hal baru. Misalnya ketika ia diajak bermain, ia akan cepat merespon dan berinteraksi seperti ikut meniru ucapan dan gerak-gerik orang yang mengajaknya bermain.

Kalau ia haus, ia sudah pandai bilang “minum” meskipun cara pengucapannya belum sempurna. Begitu juga saat dia merasa lapar, dia akan sebut kata “mama, mam”.

Ia juga sangat aktif dan suka bereaksi terhadap hal-hal baru. Ia mulai mengekspresikan diri dengan tertawa, menangis dan berteriak. Ia suka tertawa lepas jika diajak bermain petak umpet, “ci luk ba”. Ia suka bersenandung, berjoget bila ada musik yang ia sukai. Ia juga menyukai musik, mobil, dan mulai pintar menirukan suara beberapa jenis binatang, seperti kucing dan sapi.

Wah

Bahkan, kami kadang cemas dengan keaktifitannya, misalnya saat ia mencoba memanjat meja, berlari, naik ke atas tempat tidur atau ingin menaiki sepedanya sendirian. Namun kami senang karena Eflyn cepat belajar. Misalnya ia semakin terbiasa buang air kecil dituntun ibunya sehabis tidur siang. Ia juga responsif untuk menirukan gerak-gerik anak yang lebih besar darinya.

Eflyn juga semakin menunjukkan bakat-bakat pemimpinnya. Ia semakin suka baris-berbaris yang awalnya ditirunya dari iklan di tv, ia suka mengerjakan sesuatu tanpa dibantu orang lain, misalnya menyusun puzzle bergambar binatang yang ada pada matras bermainnya.

Yang tidak kalah membanggakan, Eflyn sudah mulai belajar memakai sepatu dan sandal sendiri. 

Belanja

Ia juga mulai suka bermain sendiri dengan mainannya, misalnya menyusun lingkaran beranekaragam warna pada kerucut, mengumpulkan bola-bola berwarna. Ia mulai terbiasa merapikan susunan kotak sepatunya yang diobrak-abriknya sebelumnya. Ia juga sudah terbiasa mengambil sesuatu tanpa disuruh, mulai mengganti siaran tv sambil mengutak-atik remote control, mengungkap-ungkap majalah walau seringkali menariknya terlalu kuat sampai robek, mencoretkan pena dan lain-lain.

Saya mengakui, itu semua berkait ketelatenan mamanya mengurus Eflyn, mulai dari pengasupan nutrisi, susu, pengecekan kesehatan yang rutin dan didikan untuk merespon sel motoriknya dan mengajarkannya agar peka pada lingkungan sekitar.

Hayo

Pada sore hari selepas mandi, mamanya sering mengajaknya jalan-jalan agar ia bersosialisasi dengan anak-anak tetangga di komplek. Senang rasanya melihat Eflyn bisa bersosialisasi dengan sesama anak-anak lainnya dengan akrab. Ia senang mengajak teman-temannya berlari-lari sambil berteriak-teriak, tertawa. Tak pula keberatan jika sepedanya dipinjam temannya. Selain mengajaknya keliling komplek, pada akhir pekan, kami mengajaknya berenang dan mencari keramaian agar ia tidak gamang bersosialisasi.

Di usianya yang masih sangat dini, kami memiliki harapan besar pada Eflyn. Mamanya menginginkannya jadi dokter, seperti mungkin cita-cita kebanyakan ibu untuk anak-anaknya. Saya sendiri lebih moderat. Apa pun cita-citanya kelak, apakah ia akan menjadi seniman, pemusik, insinyur, jurnalis, penulis, saya ingin ia melakukan pekerjaanya dengan profesional, mandiri dan bisa membanggakan orangtuanya. Dan tentu tidak lupa berdoa kepada Tuhan agar ia diberi kesehatan dan dilancarkan semua perjalanan tumbuh kembangnya. Semoga! :-)