Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Sikap Pertengahan Bagi Ibu Dalam Mendidik Anak

Oleh adiswebid 23 Sep 2013

Anak adalah calon pemimpin masa depan. Ungkapan yang telah sering kita dengar ini mengandung makna yang dalam. Ungkapan ini tentu bukan berarti di masa mendatang semua anak akan menjadi Presiden atau pemimpin perusahaan. Tapi ketika telah beranjak dewasa, seorang anak paling tidak akan menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Artinya mereka akan bertanggungjawab atas semua yang dia kerjakan, dan bukan lagi menjadi tanggung jawab orang tua. Melalui tulisan ini saya akan menjabarkan poin-poin penting bagian dari masterplan saya sebagai orang tua dalam mendidik anak.
Untuk mempersiapkan anak sebagai calon pemimpin, kita hendaknya mendidik mereka dengan cara dan metode yang tepat. Anak tidak boleh kita perlakukan terlalu keras dengan terlalu menuntut kemampuan anak ataupun menyamakan anak kita dengan diri kita waktu kecil. Di sisi lain kita juga tidak boleh memanjakan anak dengan memberikan apapun yang mereka minta atau bahkan memberikan sesuatu yang belum waktunya untuk diberikan. Dalam melakukan semua ini, ibu memainkan peran sentral yang tidak tergantikan.

Jangan terlalu menuntut

 

Ibu sebagai guru pertama bagi si kecil sudah selazimnya memberikan bimbingan demi mempersiapkan kedewasaan anak. Sudah selazimnya pula seorang guru akan bangga dan merasa berhasil jika hasil didikannya menguasai apa yang telah diajarkan dengan baik dan cepat. Akan tetapi seorang ibu tidak boleh terlalu menuntut kemampuan seorang anak. Setiap anak memiliki minat yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa kita paksakan untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai. Tentu saja hal ini berlaku pada hal-hal yang bersifat pilihan, seperti anak lebih suka mewarnai daripada melukis, lebih senang membaca cerita daripada puisi. Bukan dalam hal-hal yang bersifat wajib seperti patuh kepada orang tua, bergaul dengan baik kepada teman dan lain-lain.

Anak kita tidak sama dengan kita

 

Dalam konteks tertentu, peribahasa “pengalaman adalah guru yang terbaik”, adalah benar. Tapi dalam konteks mendidik anak, implementasi atas hal ini tidak selalu benar. Kita tidak bisa sepenuhnya menerapkan pengalaman kita dulu sebagai anak untuk kita terapkan kepada anak kita sendiri. Lebih spesifik lagi, seorang ibu tidak seharusnya membandingkan dirinya dengan anaknya. Perkembangan zaman dan teknologi menuntut kita untuk mendidik anak dengan cara yang adaptif terhadap zaman, meskipun tetap memegang teguh prinsip pokok dalam mendidik anak yang tidak tergantikan. Tidaklah bijak jika kita menyuruh anak kita pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, ketika sarana angkutan umum telah tersedia.

Berikanlah yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan

 

Akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri jika seorang ibu dapat memenuhi semua kebutuhan anak. Tetapi kadang ibu menyalahartikan hal tersebut dengan memberikan segala sesuatu yang anak inginkan. Seorang ibu kadang tidak tega jika melihat anak mereka merengek dan menangis meminta sesuatu yang belum tentu baik untuk mereka. Apabila setiap keinginan anak dipenuhi oleh ibu, maka akan memicu sikap manja anak kepada ibu mereka. Dan jika setiap menangis setiap permintaan anak dituruti, maka anak secara tidak sadar akan melanjutkan kebiasaan menangis mereka setiap akan meminta sesuatu dari ibu. Dalam hal ini perlu ketegasan seorang ibu untuk menentukan mana permintaan yang patut dikabulkan dan mana yang harus tegas ditolak. Ibu harus secara jelas membedakan mana fasilitas yang dibutuhkan anak, bukan sekedar fasilitas yang diinginkan si anak.

Berikanlah pada waktunya

 

Salah satu faktor yang membedakan kebutuhan tiap anak adalah umur mereka. Fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak umur 21 tahun belum tentu dibutuhkan oleh anak berumur 13 tahun. Intinya dalam memberikan sesuatu kepada anak, seorang ibu juga hendaknya memperhatikan apakah anak seumuran mereka telah pantas menerima sesuatu pemberian dari kita. Jika hal ini diperhatikan, tentu bisa dihindari kejadian seorang anak berumur 13 tahun mengemudikan mobil dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Demikianlah beberapa poin penting yang menjadi dasar saya sebagai orang tua dalam mendidik anak. Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa seorang ibu tidak boleh terlalu keras ataupun terlalu memanjakan anak. Seorang ibu hendaknya bersikap pertengahan dalam mendidik anak. Bersikap tegas bukan keras dan bersikap lunak bukan memanjakan.

#LombaBlogNUB

#LombaBlogNUB